Nasihat bijak diatas semestinya menjadi pemantik bagi seluruh elemen bangsa untuk terus merekatkan kesetiakawanan sosial melalui jiwa nasionalisme. Perasaan memiliki bangsa dan negara ini, harus diletakkan sebagai pondasi untuk membangun persatuan. Jiwa nasionalisme akan semakin kokoh jika satu sama lain saling merekatkan hubungan perkawanan. Pada puncaknya, eratnya hubungan perkawanan antar anak bangsa, baik hubungan dengan satu golongan dan dengan golongan lain, akan mampu membawa bangsa ini pada kemajuan.
Sejarah perjalanan bangsa telah membuktikan, bahwa kesetiakawanan yang melahirkan persatuan menjadi senjata ampuh untuk menjaga dan merawat bangsa. Ketika bangsa ini masih terpecah-pecah dalam kerajaan, begitu mudah dikoyak dan dijajah. Upaya untuk membangun kemajuan tidak terpikirkan karena sibuk berperang mengusir penjajah.
Selama 350 tahun bangsa ini terkungkung dalam penjajahan karena ikatan persatuan dan kesetiakawanan tidak tercipta. Baru ketika awal abad 20 terjadi perubahan bagi Indonesia seiring dengan berubahnya sistem kebijakan pemerintah Belanda dengan diterapkannya aturan politik ethis tahun 1899. Para pemuda diberi kesempatan untuk belajar dan memperkaya wawasan. Meski baru sebatas kaum priyayi, tetapi upaya ini mampu melahirkan tonggak persatuan dan kesetiakawanan antar elemen bangsa. Salah satu hasilnya adalah lahirnya Budi Utomo (MC. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, 1995).
Lahirnya Budi Utomo menjadi babak baru dalam kehidupan berbangsa, yakni tumbuhnya kesadaran untuk memerdekakan bangsanya. Selain itu, tumbuh pula kesadaran untuk membangun kesetiakawanan sosial yang cakupannya luas. Maka hasilnya bisa dirasakan bersama, yakni kemerdekaan Indonesia pada 1945 sebagai hasil dari perjuangan bersama seluruh elemen bangsa. Mereka menanggalkan sikap kesukuan dan ego kedirian, sembari terus memupuk jiwa setia kawan tanpa memandang perbedaan golongan.
Jiwa setia kawan tersebut masih terus terwarisi dari generasi ke generasi. Hanya saja, tantangan zaman semakin lama bisa menjadikan rasa setia kawan ini pudar. Apalagi generasi milenial tidak bersentuhan dengan perjuangan melawan penjajah, sehingga mereka tidak merasakan senasib-sepenanggungan antar anak bangsa. Jika jiwa setia kawan ini tidak dipupuk, bisa jadi perpecahan akan bermunculan.
Karena itu, diperlukan beberapa langkah nyata guna menjaga agar kesetiakawanan sosial generasi milenial tetap terjaga. Langkah yang perlu ditempuh diantaranya : Pertama, memanfaatkan dunia digital untuk kampanye nasionalisme. Mengapa dunia digital? Sebab generasi milenial lahir dan tumbuh di zaman digital. Mereka setiap hari bersentuhan dengan dunia digital.
Memanfaatkan dunia digital untuk kampanye nasionalisme demikian penting, mengingat sifat dari dunia digital ini seperti pisau. Tergantung siapa yang memakainya. Dunia digital bisa dijadikan ajang kapitalisasi untuk meraih keuntungan. Menurut Husen Asyhari, peneliti Lembaga Pengkajian Teknologi dan Informasi (LPTI) Pelataran Mataram, sebagaimana dimuat dalam Majalah Aksara (2017), dunia digital bisa dijadikan komoditi industri untuk mencari keuntungan. Seperti kelompok Saracen yang memproduksi isu hoax untuk meraup uang. Mereka tidak berpikir bahwa apa yang dilakukan malah memecah belah bangsa.
Karena itu, konten-konten positif seputar nasionalisme, persaudaraan, toleransi, dan kebangsaan, harus diperbanyak agar generasi milenial tidak kehilangan sensitifitas sosialnya. Rasa memiliki kepada bangsa dan rasa menghormati serta memanusiakan sesama anak bangsa meski beda golongan, harus terus tertatam di sanubari generasi masa kini.
Kedua, selain melalui dunia maya, di dunia nyata juga harus terus dipupuk rasa setia kawan ini, diantaranya melalui penguatan organisasi kepemudaan. Organisasi dari tingkat kampung seperti Karang Taruna yang mampu mewadahi anak muda lintas golongan, harus terus dirawat. Begitu juga di tingkat nasional, pemuda Indonesia sudah semestinya saling merekatkan perkawanan.
Dengan demikian, seberat apapaun tantangan zaman, kita tidak khawatir akan kehilangan rasa kesetiakawanan sosial diantara generasi masa kini. Impian untuk merawat bangsa agar tetap dalam persatuan dan perdamaian, akan terus menemukan jalan.
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…