Narasi

Mewaspadai “Kelindan” Wajah Baru FPI

Sebagai Secretary General dari pimpinan ormas Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab, yaitu Haikal Hassan Baras. Dia baru-baru ini membuat semacam “vlog” bersama berserta para pengikut ormas FPI lainnya. Dengan semangat dan canda-tawa dia mengatakan bahwa “FPI tidak akan bisa bubar”.  Ujarnya, “Jika dibubarkan, maka kita akan buat lagi dengan nama yang berbeda”. Dari Front Pembela Islam, berganti menjadi Font Persaudaraan Islam, Jika dibubarkan lagi, akan berganti Front Persaudaraan Islam. Bahkan jika dibubarkan lagi, mereka menyebutnya akan menggantinya lagi dengan Front Pemersatu Islam dan seterusnya sampai negeri ini bisa mereka kuasai.

Fenomena ini, sama dengan kelompok radikalisme-terorisme yang hidup transparan dan terus ber-transformasi mengubah strategi dan wajah barunya. FPI pun akan mengalami “kelahiran kembali” sekalipun dengan karakter dan misi ideologi yang sama. Tetapi mereka akan hidup dengan (wajah baru), strategi dan permainan yang baru pula. Sekalipun tetap pada wilayah-wilayah yang semacam itu. Mereka akan terus hidup dan menjadi “kutu busuk” yang bersembunyi di celah-celah masyarakat.

Karena ruh dari sebuah ideologi, seyogianya tidak akan lumpuh hanya karena dihalangi atau bahkan dibubarkan. Tentu ini juga akan berlaku kepada FPI yang tengah mencari celah-celah paling efisien untuk menghidupkan kembali dengan nama, strategi dan kekuatan yang berbeda. Karena ideologi, adalah prinsip dari segala orientasi dan substansi yang akan mereka tempuh.

Dia akan “berkelindan” dan bergerak transparan mencari celah untuk bisa hidup dan bangkit kembali. Akar-rumpur ormas yang selama ini selalu menyatakan dirinya sebagai pemegang kebenaran Islam, mulai membangun dikotomi, fitnah pembenar dan bahkan hikayat palsu tentang keberadaannya yang sebetulnya hanya memanfaatkan “wajah” Islam untuk memperkuat kepentingan politik praktis yang mereka gelar di negeri ini.

Secara legalitas hukum FPI memang resmi dilarang. Mereka sudah tidak memiliki perizinan di dalam melakukan segala aktivitas apa-pun di negeri ini. Tetapi, kenyataan-kenyataan yang ada, sangat dimungkinkan “rasa sakit” yang akan melahirkan dendam itu akan membangun kekuatan lebih besar tanpa kita menyadari setiap aktivitas provokasi ideologi yang mereka bangun.

Karena legalitas dan perizinan dalam suatu ormas yang mengemban ideologi anti-NKRI, anti-Keharmonisan, anti-Persaudaraan dan anti-pemerintah ini memang sangat mudah bergerak oposisi. Melakukan gerakan separatisme dengan instrumen keagamaan. Mereka akan mencari wajah baru yang lebih pas dan pantas untuk mereka gunakan. Mereka akan membangun strategi baru yang memungkinkan kita tidak menyadari pergerakan mereka. Apakah akan berfungsi untuk mengadu-domba atau memanfaatkan masyarakat agar termakan fitnah dan ungkapan busuk mereka.

Tetapi yang jelas, kita mewaspadai ini bukan sesuatu yang biasa-biasa saja. Karena semangat mereka untuk bergerak menghancurkan bangsa ini akan terus membara. Mereka akan berlindung di atas demokrasi. Lalu mengatasnamakan “berjuang demi keadilan rakyat” yang sejatinya tidak akan pernah mati hanya karena dibubarkan. Justru dengan cara dibubarkan inilah, mereka akan membentuk “fitnah baru” kepada masyarakat awam yang tidak mengerti apa-pun. Agar mereka mengikuti mereka dan mendukung tujuan-tujuan politik busuk mereka.

Apa yang diungkapkan oleh Haikal Hassan Baras itu tidak ubahnya dengan kelindan radikalisme dan terorisme yang akhir-akhir ini mulai hidup dan bergerak transparan. Sama-sama bergerak di tengah larangan. Mereka bisa saja bergabung dan berafiliasi membentuk sebuah kekuatan. Ormas ini begitu lincah menghasut umat agar bergabung di dalamnya. Seperti fitnah dan ungkapan mengenai (ketidakadilan, Penodaan Islam dan rezim yang jahat). Ini telah menjadi senjata andalan mereka untuk meracuni pola-pikir masyarakat. Mereka juga menjanjikan sebuah “negara yang adil” sebagaimana tujuan politik mereka untuk menguasai dan menghancurkan pemerintahan di era Jokowi.            

Kewaspadaan kita hanya jangan sampai membiarkan masyarakat termakan omongan busuk mereka sekalipun mereka berdiri tegak di atas agama dan ketidakadilan. Ketahuilah bahwa mereka dibubarkan karena sebuah alasan yang logis dan etis. Karena selalu berbuat kerusakan, kericuhan, ujaran kebencian dan bahkan kemungkaran di negeri ini. Lantas, solusi negara yang seperti apa yang akan mereka tawarkan? Jika semua tindakan mereka dari awal sudah merepresentasikan negara yang mereka sebut (rusak). Mereka menggaungkan untuk menumpas keburukan di negeri ini yang sebetulnya keburukan itu sudah “menempel” dalam ormas tersebut. Karena Pada kenyataannya mereka hadir justru berbuat yang semacam itu. Mereka akan selalu begitu dan akan terus begitu.

This post was last modified on 11 Januari 2021 11:44 AM

Saiful Bahri

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

23 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

23 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

23 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago