Narasi

Milad Muhammadiyah ke-111: Konsistensi Muhammadiyah dalam Menjaga Sinergitas Ulama-Umara

Gelaran Milad Muhammadiyah ke-111 memunculkan tema “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta”. Tema ini diambil lantaran Muhammadiyah selalu menjadi penerang saat terjadi kekacauan. Garis khittah tersebut kian nyata saat kita melihat solusi yang dibangun oleh Muhammadiyah dalam permasalahan realitas hidup tentang kemanusiaan, sosial, kesehatan, dan pendidikan. Sehingga Muhammadiyah akan terus berkomitmen untuk berada di pihak solutif yang mengatasi realitas hidup tersebut.

Semangat Tajdid (semangat pembaharuan) adalah hal yang selalu ditekankan oleh KH. Ahmad Dahlan. Semangat ini terus dilatih dari fase awal berdirinya Muhammadiyah, hingga Muhammadiyah terus menumbuhkan kecerdasan umat Islam melalui sekolah, pengelolaan dan penyantunan kaum marjinal melalui wadah Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) serta gerakan gerakan charity lainnya adalah tonggak awal gerakan Muhammadiyah.

Maka dalam kontruk yang sama, Muhammadiyah juga mampu berbuat banyak dalam menyelesaikan permasalahan. Salah satu permasalahan yang saat ini sedang dihadapi dunia adalah konflik yang berkepanjangan antara Israel-Palestina. Konflik ini telah menjadi sorotan utama masyarakat dunia, dan berbagai cara telah dilakukan, termasuk memboikot produk-produk dari Israel untuk memutus aliran dana yang digunakan untuk berperang.

Di Indonesia, gerakan boikot barang yang terafiliasi milik Israel telah secara resmi diumumkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Fatwa ini adalah komitmen Indonesia yang mendukung kemerdekaan Palestina. Indonesia mengutuk keras segala bentuk penindasan dan pelanggaran hak kemanusiaan di atas dunia. Sehingga Indonesia sebisa mungkin membantu untuk menghapuskan hal tersebut yang ada di daerah Palestina.

              Salah Guna Narasi Kemerdekaan

 Narasi kemerdekaan yang berusaha di bangun oleh pemerintah, malah dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk menarasikan khilafah. Menurut mereka, boikot tidak cukup hanya difokuskan pada produk, tetapi harus dilakukan juga pada sistem pemerintahaannya. Sehingga sistem yang semula sudah dibangun, harus diganti dengan sistem khilafah.

Hal ini tentu saja merugikan Indonesia yang selalu mendengungkan demokrasi. Cita-cita Indonesia yang ingin menjadi negara yang menghargai semua orang, malah ingin dijadikan sebagai negara yang milik perorangan. Milik satu agama mayoritas, yang menihilkan konsep-konsep menghargai pendapat. Tentu saja konsep khilafah ini melanggar asas-asas yang telah diperjuangkan oleh pahlawan terdahulu.

Yang terjadi, justru konsep semacam ini akan menghapus pembelaan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina. Mendirikan khilafah sama saja dengan mendirikan prinsip intoleransi dan kesempitan berpikir. Sehingga nantinya akan melahirkan pertengkaran-pertengkaran baru akibat beda pendapat yang tidak terselesaikan dengan baik. Maka sudah seharusnya konsep khilafah dihapuskan dari nilai-nilai yang mendukung kemerdekaan Palestina.

              Sinergitas Ulama dan Umara dalam Kemerdekaan Palestina

Untuk mewujudkan dukungan yang murni tanpa adanya susupan khilafah, diperlukan sinergitas yang kuat antara ulama dan umara. Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi keagamaan yang besar di Indonesia punya kekuatan yang lebih dalam menyinergikan ulama dan umara dalam perjuangan murni membebaskan Palestina.

Seperti tema yang diambil dalam Milad Muhammadiyah ke-111 “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta”, Muhammadiyah juga bisa menyelamatkan Palestina dari penjajahan tanpa ada embel-embel khilafah. Muhammadiyah bisa menggerakkan massa dan mengedukasi seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama mendukung gerakan boikot barang yang terafiliasi dengan Israel, tanpa membawa ideologi khilafah didalamnya.

Kemudian Muhammadiyah juga bisa menggerakkan kader-kader ulamanya untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam menjalankan misi tersebut. Kader-kader ulama yang ada di Muhammadiyah adalah aset yang penting yang bisa mempengaruhi banyak orang, sehingga suara mereka sangatlah penting dalam mendukung kemerdekaan Palestina.

Begitu pula dengan pemerintah, kebijakan yang diambil sangat penting untuk menghapuskan kekerasan yang dialami oleh Palestina. Sehingga sinergitas dalam mengedukasi dan membuat peraturan sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai kemerdekaan rakyat Palestina secepat-cepatnya. Seperti halnya torehan solutif yang telah Muhammadiyah catatkan, Muhammadiyah bisa sekali lagi menyelamatkan semesta dari segala bentuk kekerasan dan pelanggaran hak kemanusiaan.

This post was last modified on 21 November 2023 1:04 PM

Nur Faizi

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago