Beragama adalah manifestasi dari keimanan seseorang kepada Tuhan dan merupakan salah satu aspek fundamental dalam kehidupan manusia. Dalam menjalankan ajaran agama, setiap individu diharapkan dapat menemukan keseimbangan antara keyakinan dan praktik ibadahnya dengan kehidupan sosial sehari-hari. Namun, sejarah menunjukkan bahwa berlebih-lebihan dalam beragama, atau ekstremisme, sering kali menjadi penyakit yang merusak tatanan kehidupan beragama dan sosial. Islam, sebagai agama yang mengajarkan jalan tengah, dengan tegas menyarankan umatnya untuk menghindari segala bentuk berlebihan dan ekstremisme dalam beragama, seperti yang termaktub dalam konsep wasathiyah atau moderasi.
Perintah Al-Quran yang Begitu Jelas
Moderasi dalam beragama adalah pendekatan/pola beragama yang mengedepankan keseimbangan, tidak berlebihan dalam segala hal, baik dalam keyakinan, ibadah, maupun interaksi sosial. Allah SWT dalam Al-Qur’an secara jelas menyerukan kepada umat Islam untuk menjadi “ummatan wasatan” atau umat yang berada di tengah-tengah dan adil. Hal ini tercermin dalam QS. Al-Baqarah: 143 yang menyatakan, ”Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan40) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…. ”
Sebaliknya, berlebih-lebihan dalam beragama sering kali membawa dampak negatif yang luas. Pertama, sikap ekstrem dalam beragama dapat memicu konflik dan kekerasan. Sejarah manusia penuh dengan contoh di mana ekstremisme agama menjadi pemicu perang, terorisme, dan tindakan kekerasan lainnya. Dalam konteks modern, berbagai kelompok ekstremis menggunakan tafsiran agama yang sempit dan kaku untuk membenarkan tindakan mereka, mengabaikan nilai-nilai dasar agama seperti keadilan dan kemanusiaan. Hal ini tidak hanya merusak citra agama, tetapi juga menimbulkan penderitaan bagi banyak orang.
Kedua, ekstremisme dalam beragama juga sering kali menyebabkan alienasi dan perpecahan dalam masyarakat. Sikap fanatik yang tidak toleran terhadap perbedaan pendapat dan keyakinan membuat individu atau kelompok merasa terisolasi. Ini menciptakan jurang yang lebar antara berbagai kelompok dalam masyarakat, menghilangkan rasa persaudaraan dan solidaritas. Dalam Islam, perbedaan pendapat (ikhtilaf) sebenarnya adalah rahmat, yang seharusnya memperkaya wawasan dan pemahaman kita tentang ajaran agama. Namun, ketika perbedaan ini tidak dihadapi dengan sikap moderat, yang terjadi adalah perpecahan.
Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam) sangat menekankan pentingnya moderatisme. Nabi SAW dalam berbagai haditsnya sering mengingatkan kita untuk menjauhi sikap berlebihan. Salah satu hadits yang sangat terkenal adalah: “Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah, dan tidak ada seorang pun yang mempersulit agama melainkan dia akan dikalahkan oleh agama itu sendiri. Maka, bersikap luruslah, dekatkan diri kalian (kepada Allah) dan berilah kabar gembira.” (HR. Bukhari).
Beragama secara moderat berarti mengamalkan ajaran agama dengan bijak dan proporsional, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan dan keadilan. Moderasi mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan, baik di antara sesama umat Islam maupun dengan pemeluk agama lain. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13).
Pada akhirnya, beragama secara moderat adalah jalan terbaik untuk menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam masyarakat. Berlebih-lebihan dalam beragama, atau ekstremisme, hanyalah penyakit yang merusak dan menghambat kemajuan umat manusia. Dengan mengedepankan sikap moderat, kita dapat membangun kehidupan beragama yang penuh kasih sayang, keadilan, dan keseimbangan, yang akan membawa manfaat besar bagi individu, masyarakat, dan dunia secara keseluruhan. Moderasi bukan hanya sebuah pilihan, tetapi juga keharusan untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan harmonis.
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…