Narasi

Nalarmu juga Butuh Vaksin Agar Tidak Mudah Terpengaruh Hoax

Virus corona yang pertama kali muncul di Wuhan China kini telah menjadi pandemi global. Bukan sekedar ancaman kesehatan, pandemi telah merubah kehidupan masyarakat dari pola interaksi, komunikasi hingga berpikir. Bagaimana tidak, maraknya virus corona sejak awal juga ditandai dengan maraknya virus hoax yang bergentayangan.

Sebaran ancaman virus covid-19 saat ini sejalan dengan masifnya sebaran virus hoax yang bisa menghinggapi siapapun. Sebagaimana virus covid-19, dipastikan tidak ada satupun yang bisa dikatakan kebal dari serangannya. Begitu pun dengan virus hoaks. Virus hoaks tidak pandang identitas bahkan tingkat pendidikan. Jangankan masyarakat, mahasiswa bahkan dosen dan guru besarpun bisa termakan hoaks. Sungguh menakutkan.

Di tengah maraknya upaya untuk melawan covid-19 melalui distribusi vaksin, ternyata hoaks pun tetap menjadi ancaman. Sebaran hoaks mencoba untuk menggiring penolakan masyarakat untuk bersikap anti vaksin. Sekalipun Badan POM dan MUI telah memberikan menjamin dari segi efektifitas dan kehalalan, tetapi sebaran hoaks tentang vaksin ini terus menerus meningkat.

Melihat kondisi itulah, sejatinya di samping vaksin untuk tubuh masyarakat harus mempertimbangkan penting vaksinasi nalar dan pikiran agar tidak mudah terpengaruh hoaks. Sejak covid-19 ini bergulir terpaan narasi hoaks tidak ada hentinya menebar setiap waktu. Masyarakat pun sudah susah membedakan antara fakta dengan fiktif dan antara kenyataan dengan khayalan.

Vaksinasi nalar harus dimulai dari diri sendiri dengan mengaktifkan nalar kritis terhadap informasi apapun yang diterima. Masyarakat harus diajak untuk tidak mudah menerima dan terjebak dengan berbagai informasi yang dibingkai dengan gambar dan video yang seolah meyakinkan. Nalar kritis harus diaktifkan dengan selalu mempertanyakan validitas konten dan kredibilitas sumbernya.

Kata kunci mengaktifkan nalar dalam membaca berita adalah tidak mudah percaya. Ketika masyarakat tidak mudah percaya akan tumbuh sikap tidak mudah share apapun konten yang didapatkan. Nalar kritis adalah cara diri kita memvaksinasi diri dari virus hoaks.

Selanjutnya vaksin kedua yang harus digalakkan adalah perbanyak referensi. Referensi akan menjamin opsi dalam memilah informasi. Orang yang membiasakan untuk menimba informasi harus dilengkapi dengan berbagai referensi. Tidak cukup hanya menguras informasi dari satu sumber tanpa membandingkan dengan sumber yang lain.

Dengan cara inilah produksi hoaks akan mengalami trend menurun jika masyarakat mampu melakukan vaksinasi nalar dalam diri masing-masing. Hoaks adalah cara berpikir yang ingin merusak nalar ilmiah seseorang. Bayangkan, suatu fenomena seperti vaksin yang digarap dengan kerja ilmiah trial and error dan melalui proses empiris dan verifikasi keilmuan bisa runtuh dengan satu konten media sosial. Karena itulah, sejatinya semakin banyak hoaks semakin menunjukkan nalar manusia telah mati.

Membangkitkan nalar menjadi sangat penting agar menjamin akal sehat manusia tetap hidup. Hoaks akan menumpulkan akal sehat dan bahkan naluri kemanusiaan. Berusahalah untuk selalu memberikan vaksin terhadap nalar kita dengan sikap kritis dan memberikan suplemen referensi yang memadai setiap hari.

This post was last modified on 19 Januari 2021 12:31 PM

Ernawati Ernawati

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

1 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

1 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

1 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago