Narasi

Pancasila Itu (Bukan) Berhala?

Penolakan untuk mengakui Pancasila sebagai dasar negara Indonesia pada akhir-akhir ini semakin merebak walaupun hanya segelintir. Alasan yang mereka tetap sama sejak dahulu bahwa Pancasila adalah landasan etika yang dibuat oleh manusia. Dengan pernyataan demikian, selanjutnya menimbulkan anggapan bahwa orang yang menjalankan dan mengamininya dianggap orang yang menyembah berhala atau musyrik.

Anggapan ini tidak tepat bila ditelaah lebih lanjut. Untuk melihat kekurangtepatan  penolakan tersebut, setidaknya ada dua pendekatan untuk membuktikan hal tersebut. Pertama, dilakukan dengan mengungkap arti dasar dari agama dan Pancasila itu sendiri. Kemudian selanjutnya menggali subtansi antara agama dan Pancasila.

Agama dan Pancasila merupakan komponen yang berbeda, tetapi saling melekat satu sama lain bagai kehidupan masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu, keduanya memiliki makna dan arti yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama. Sebab agama adalah suatu sistem yang mengatur seseorang untuk menjalankan komunikasi dengan Maha Agung. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Sedangkan Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Di mana Pancasila tidak hanya dibangun dalam satu sistem saja. Tetapi Pancasila mengayomi seluruh agama yang ada di wilayah Indonesia. Di samping Pancasila, untuk menyempurnakan hidup masing-masing, warga Indonesia boleh memilih agama apa pun ketika hal itu tidak melanggar anturan yang berlaku.

Dari pengertian ini, memperlihatkan bahwa agama mengurusi kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Sedangkan Pancasila hanya mengurusi kehidupan manusia saat di dunia. Tetapi keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni membuat seseorang untuk selalu beradab tetapi tidak menghilangkan ciri khas manusia yang memiliki akhlak dan pikiran.

Setelah memahmi berbedaan maupun persamaan dasar antara Agama dan Pancasila, maka kita masuk dalam nilai antara keduanya. Dalam hal ini kita mengambil sudut pandang agama Islam. Secara dasar, Pancasila memiliki lima ajaran pokok. Paling utama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara tegas, Pancasila menegaskan bahwa orang yang hidup di negara Indonesia harus memiliki Tuhan (Agama). Bisa dikatakan, setiap masyarakat wajib memiliki agama dan menyembah Tuhan Yang Esa.

Hal ini selaras dengan ajaran Islam. Coba kita perhatikan dalam QS. Al-Baqarah ayat 62. Kurang lebih memiliki arti sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang- orang Shābi-īn, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhan-nya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.

Ayat ini secara tegas, menyampaikan seseorang boleh beragama apa pun, baik itu Islam, Kristen maupun Yahudi. Tetapi Tuhan menegaskan bahwa orang yang selamat ada orang meyakini dan menyembah Tuhan Yang Esa. Secara tidak langsung, ayat tersebut juga menjelaskan  nilai-nilai toleransi, keseimbangan, keadilan yang terbingkai dalam konsep hubungan persaudaraan di antaranya persaudaraan seagama, persaudaraan kemanusiaan, dan persaudaraan kebangsaan.

Setelah meyakini bahwa keesaan Tuhan, tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah kesetaraan. Kesetaraan itu dilakukan negara agar selalu menjujung sikap kemanusiaan, kemudian bersifat adil dan beradab. Kata kemanusiaan didahulukan untuk simbol bahwa rasa kemanusiaan harus dibawa untuk mewujudkan keadilan dan beradab.

Dalam konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah hablun min al-nas, yakni hubungan antara sesama manusia berdasarkan sikap saling menghormati. Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menghormati dan menghargai sesama. Di antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maa’idah ayat 8-9.

Jika kita bisa menghayati agama secara mendalam dan Pancasila secara menyeluruh, maka tidak ada orang yang beragama menganggap bahwa Pancasila sebagai berhala. Sebab agama menghadirkan ajaran universal, sedangkan Pancasila adalah salah satu tafsir terhadap ajaran tersebut. Bisa dikatakan bahwa Pancasila ada tafsir yang sesuai dengan kultur budaya terhadap ajaran agama Islam yang universal tersebut. Melihat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sama halnya nilai-nilai ajaran agama Islam.

Kemudian pertanyaan terakhir adalah, apakah Pancasila sebagai berhala, Ketika ruh Islam sudah ada dalam nilai-nilai Pancasila?

This post was last modified on 4 Oktober 2016 2:00 PM

Ngarjito Ardi

Ngarjito Ardi Setyanto adalah Peneliti di LABeL Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga

Recent Posts

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

23 jam ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

23 jam ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

23 jam ago

Buku Al-Fatih 1453 di Kalangan Pelajar: Sebuah Kecolongan Besar di Intansi Pendidikan

Dunia pendidikan pernah gempar di akhir tahun 2020 lalu. Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, pada…

23 jam ago

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

2 hari ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

2 hari ago