Pertemanan adalah salah satu pintu masuk paling efektif dalam perekrutan jaringan terorisme. Relasi pertemanan bisa terjadi secara langsung dalam interaksi tatap muka dan bisa juga tidak langsung melalui pertemanan di media sosial. Karenanya, penting sekali mengenali teman atau saudara yang sudah terpapar paham radikal khususnya di lingkungan kerja.
Cara mengenali mereka yang sudah terpapar memang tidak mudah. Tidak ada ciri yang permanen untuk mengidentifikasi mereka sudah terpapar atau tidak melalui pengamatan langsung. Mereka terpapar paham karena ada perubahan pemikiran dan pandangan. Karenanya, hal paling mungkin dilakukan adalah melihat gejala. Tetapi, bisa jadi ada pula teman yang terpapar dengan tanpa gejala.
Setidaknya ada panduan secara umum yang bisa mendeteksi teman terpapar paham radikal melalui gejala yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, harus digarisbawahi bahwa gejala ini bukan ukuran seseorang adalah bagian dalam teroris, tetapi individu yang sangat rentan terekrut jaringan terorisme. Penting sekali mengenali gejala awal ini agar kita dapat mengambil tindakan pencegahan sejak dini untuk menyelamatkan teman dan lingkungan.
Gejala Teman Kerja Terpapar Radikalisme
Ada beberapa gejala yang bisa diidentifikasi dari teman kerja yang kemungkinan besar terpapar paham radikal.
Gejala-gejala di atas hanya cara mengenali agar mempunyai deteksi awal mencegah teman kerja tidak terpapar paham radikal. Tentu saja, gejala itu bisa timbul secara bersamaan atau tidak, bisa dalam tingkat ekstrem atau tidak, tetapi ketika menemukan gejala ini harus bisa mengambil langkah yang bisa mereduksi pengaruh keterpaparannya. Lalu bagaimana cara mencegah penyebarannya di lingkungan kerja.
Pencegahan radikalisme di Lingkungan Kerja
Ada tiga tindakan yang perlu dilakukan ketika mengetahui dan menghadapi adanya radikalisme di lingkungan kerja.
1. Preventif adalah suatu tindakan untuk menghalau penyebaran ide-ide radikal dan ancaman radikalisme. Pencegahan bisa dilakukan dengan menutup kanal dan media penyebarannya di lingkungan pekerjaan. Pimpinan, Direksi dan HRD dapat memanfaatkan kewenangannya dalam mengidentifikasi dan memutus kanal-kanal tersebut, tentu dengan pendekatan yang lunak.
2. Persuasif adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membujuk individu atau kelompok agar tidak terpapar ide-ide radikal atau melakukan tindakan radikalisme. Mengajak teman kantor untuk berdialog dan berinteraksi dalam komunitas yang terbuka. Pimpinan, Direksi dan HRD dapat memanfaatkan kewenangannya dengan menyelenggarakan event yang meleburkan perbedaan dan pandangan terbuka karyawan.
3. Intervensi adalah suatu tindakan campur tangan yang dilakukan dengan maksud untuk menghentikan penyebaran ide-ide radikal, serta ancaman radikalisme. Bagi teman kerja intervensi dimaksudkan adalah melaporkan jika ada bukti kuat teman terpapar paham radikal atau sedang nyata tergabung dalam jaringan kekerasan. Bagi pimpinan, direksi dan HRD harus berkoordinasi dengan aparat penegak hukum agar ada tindaklanjut penyelesaian. Mencegah adalah langkah terbaik sebelum kejadian buruk yang tidak diinginkan terjadi di lingkungan kerja. Radikalisme ibarat virus yang menyebar yang bisa menjangkiti siapapun tanpa melihat status sosial dan tingkat intelektualitas seseorang.
This post was last modified on 25 Agustus 2023 12:07 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…