Hari ini, jagat sosial media masih ramai dengan berita pengangkatan menteri-menteri baru oleh Presiden Jokowi. Hal itu tentu membahagiakan, karena salah satu dalam menteri-menteri yang direshuffle termasuk Menteri Agama. Sejauh ini, Menteri Agama dalam pegangan Fachrul Razi, dirasa gagal dalam membawa Indonesia jauh dari radikalisme. Hal itu terbukti, bahwa intoleransi, ujaran kebencian berbau agama, dan sekolah-sekolah milik negara masih banyak yang menjadi sarang pengkaderan radikalisme.
Walau awalnya dirasa akan mampu membawa Menteri Agama sebagai pelopor dalam mencegah radikalisme-intoleransi, nyatanya Fachrul Razi hanya plonga-plongo ketika menjalankan tugasnya. Karena ia sendiri notebenenya bukan alumni pesantren, maka ketika di awal ia menjabat, seringkali membuat pernyataan yang membingungkan publik. Pernyataan Fachrul Razi acap kali blunder dan kurang sesuai dengan visi misi Jokowi sendiri.
Setelah Presiden Jokowi mengganti Fachrul Razi dengan Yaqut Cholil Qoumas, Kementerian Agama kini mempunyai arah dan semangat baru. Gus Yaqut sendiri, diketahui sebagai Ketua Umum GP Ansor yang selama ini getol melawan HTI dan FPI ketika ingin mendirikan Negara Islam. Bahkan sebelum Pemerintah melawan dan melarang HTI, Gus Yaqut bersama GP Ansor dan Banser telah lebih dulu menghadapinya. Kepada setiap kader GP Ansor dan Banser yang ada di daerah-daerah, Gus Yaqut selalu menggaungkan dan menginstruksikan untuk terus melawan pihak-pihak yang ingin merongrong kedaulatan NKRI.
Jika menengok track record dari Gus Yaqut, beliau adalah seorang NU tulen yang lahir dan besar dari kalangan kyai. Lahir dari pasangan KH Cholil Bisri dengan Nyai Muhsinah Cholil, dan merupakan adik kandung dari Gus Yahya Staquf. Secara keilmuan agama, beliau jebolan pesantren sehingga sudah benar-benar matang keilmuannya. Gus Yaqut juga pernah mengenyam pendidikan formal di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Sampai di sini, sudah lengkap komposisi beliau antara ilmu umum dan ilmu keagamaannya.
Gus Yaqut juga pernah dikaitkan dengan insiden pembakaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Garut. Memang, saat ini ada beberapa kader Banser yang ditugaskan untuk mengawal dalam acara peringatan Hari Santri Nasional di Garut. Dalam aturan awal, setiap peserta tidak boleh membawa bendera HTI tersebut, namun ketika dalam pelaksanaan acaranya, Banser menemukan peserta ada yang membawa bendera HTI dan oleh Banser langsung dibakar. Sontak hal itu membuat marah kelompok FPI/HTI. Bahkan Wakil Ketua Umum DPP FPI Jafar Shodiq dalam audiensi dengan Kemenko Polhukam meminta agar Gus Yaqut sebagai ketua Banser untuk di adili dan dipenjara.
Gus Yaqut pun mempersilakan jika memang mau dibawa ke jalur hukum. Beliau juga mengatakan bahwa bendera yang dibakar adalah bendera HTI, bukan bendera tauhid seperti yang selama ini kelompok FPI klaim. Dan kasus tersebut akhirnya selesai dengan tidak jadi membawa Gus Yaqut ke meja hijau karena pengakuan dari Uus Sukmana sendiri, si pembawa bendera, yang menyatakannya memang membawa bendera HTI.
Ketika siaran pers di Istana Merdeka atas penunjukkannya sebagai Menteri Agama, Gus Yaqut menyampaikan beberapa planning kerjanya yang saya kutip dari KONTAN.CO.ID.
Pertama, menjadikan agama sebagai inspirasi bukan aspirasi. Maksudnya, sebisa mungkin agama jangsan sampai dijadikan alat politik untuk menentang pemerintah atau merebut kekuasaan, atau tujuan lainnya. Jika bisa seperti itu, maka dengan sendirinya agama akan memberi kebaikan untuk bangsa dan negara.
Kedua, meningkatkan ukhwah Islamiyah, karena mayoritas warga negara Indonesia beragama Islam. Memang jika dilihat, Umat Islam Indonesia sekarang masih terpecah belah, malahan cenderung saling menyerang hanya gara-gara pilihan politik.
Ketiga, Gus Yaqut akan berupaya meningkatkan ukhwah wathoniyah atau persaudaraan sesama warga negara Indonesia. Hal ini memang sangat diperlukan, karena Indonesia sendiri merupakan negara yang penduduknya memiliki beragam agama.
keempat, memajukan pendidikan agama di lingkungan Kementerian Agama. Agama yang dimaksud, bukan hanya agama Islam, melainkan semua agama. Hal ini agar tidak ada ketimpangan antara satu agama dengan agama lainnya, tersebab Indonesia adalah rumah bersama, bukan milik suatu golongan manapun.
Dari pemaparan di atas, sudah jelas bahwa sejatinya apa yang akan di usung oleh Gus Yaqut dalam kinerjanya mendatang adalah bagaimana menanamkan kembali semangat nasionalisme atau ukhwah wathoniyahnya. Saya kira, langkah Presiden Jokowi dengan mengangkat Gus Yaqut sebagai Menteri Agama sudah sangat tepat. Hari ini, Indonesia krisis intoleransi dan radikalisme, dan saya kira, Gus Yaqut telah berpengalaman dalam mengatasi intoleransi atau radikalisme yang selama ini terjadi.
This post was last modified on 24 Desember 2020 11:46 AM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…