Berbagai kondisi kalangan pemuda perguruan tinggi utamanya Organisasi Ekstra yang berhaluan Pancasila Kini kita dihadapkan pada hasil dari proses penghancuran atau kontra-revolusi gerakan politik rakyat oleh rezim orba. Konsep “massa mengambang” yang diterapkan oleh rezim orba telah membuat mahasiswa begitupula rakyat kebanyakan, terjerat dalam kesadaran palsu mereka dan imajinasi ketakutan terhadap perjuangan politik. Artinya gerakan mahasiswa ke depan harus mampu menghubungkan dan membangun kembali atau melampaui perjuangan politik rakyat serta penguatan dasar berdirinya Negara dengan landasan Pancasila dan mengukuhkan dasar moral Nasionalisme yang terbentuk pada 1912-1965.
Perlu diketahu bahwa kebebasan kampus adalah bidang akademik ilmiah bukan menyebarkan paham anti Pancasila, NKRI karena secara kode etik perguruan tinggi paham seperti itu tidak bisa diterima begitu saja secara substansial berdirinya perguruan tinggi untuk membangun bangsa dalam segala bidang mulai dari ekonomi, sosial dan teknologi perkembangan. Atas dasar itu kenapa kita tidak boleh mendukung gagasan berdirinya khilafah. Karena itu batasan yang jelas dan konkret. Kebebasan akademik menyangkut Intelektual, tidak menyangkut ide politik khusus seperti mengganti ideologi Negara dengan mendirikan Negara Islam, Daulah Islamiyah dan Khilafah.
Gerakan mahasiswa juga harus belajar dari perjuangan gerakan mahasiswa pada masa sebelumnya. Mereka harus bersikap tegas dengan berbagai kajian dan tidak hanya riuh dengan selebrasi politik diluar otonomi perguruan tinggi. Tidak hanya bergerak dalam dunia maya seperti dengan gerakan petisi online, akan tetapi bergerak dalam aksi nyata dan mengkaji betul dengan kondisi yang saat ini bahwa perguruan tinggi mengalami perubahan dengan tumbuh suburnya paham anti radikal dan anti pancasila.
Baca juga : Konsep Diri Pancasilais sebagai Favoritisme Kampus
Yang perlu menjadi analisis para akhtivis ekstra kampus mengerti dahulu bahwa tak semua pemahaman radikal bakal menjurus ke tindakan terorisme. Tetapi, para pelaku aksi terorisme bermula dari radikalisme keagamaan yang terus dipupuk. Perlahan, terjadi perubahan dari semula hanya di ranah pemikiran menjadi radikal pada sikap dan tindakan. Tindakan itu bisa mengganggu situasi masyarakat yang sebenarnya sudah kondusif. Penyebaran radikalisme ini melibatkan mahasiswa senior yang sudah lebih dulu menjadi bagian gerakan itu. Mereka menyasar mahasiswa baru, merekrutnya dengan berbagai pendekatan. Mulai mencarikan kos, meminjami buku, hingga mengajaknya ke forum tertutup.
Sebagai gerakan mahasiswa selain berkutat dengan teori, mereka harus turun ke massa rakyat melalui strategi grass root dengan melakukan aktivitas sosial-politik demi menciptakan kesadaran politik pada massa dan keyakinan atas kekuatannya terutama pada generasi mahasiswa era millenial untuk menyikapi gerakan anti Pancasila yang tumbuh semi membawa paham radikal dalam perguruan tinggi. Adanya gerakan OKP harus melihat realitas yang ada pada kondisi internal perguruan tinggi. Mulai sekarang harus ada upaya intensif untuk membuat strategi gerakan khusus menaggulangi gerakan paham anti pancasila.
Beberapa hal yang harus disikapi oleh Mahasiswa yaitu dengan melakukan berbagai kajian terbuka dan membentuk media propaganda seperti menjadi penting untuk memperkuat argumen dan memperluas kesadaran kesadaran mahasiswa pergerakan untuk memperkuat kembali rasa nasionalisme dan memperteguh kesepakatan terbentuknya Negara bangsa dengan menginternalisasi asas nilai Pancasila. Karena itulah demi stabilitas kebangsaan sebagai mahasiswa ekstra yang berlandaskan Pancasila harus mempunyai keyakinan yang tinggi bahwa mencegah gerakan radikal tidak cukup aksi, tetapi lebih penting adalah membangun strategi bersama dengan membuat narasi tanding (counter narrative) yang dapat menguatkan kekebalan para mahasiswa perguruan tinggi dari paham anti Pancasila. Strategi yang dibangun pertama gerakan Mahasiswa melakukan legitimasi kepada pimpinan Universitas untuk lebih memahami kesadaran dari bertumbuhnya paham radikalisme kampus, dengan mengontrol segala bentuk fasiltas kampus salah satunya masjid, mushalla dan ruang pertemuan internal kampus.
Pentinya memberikan tinjaun khusus kepada kurikulum tentang mata kuliah yang punya kaitan dengan penguatan kebangsaan. Misalnya, Pancasila, kewarganegaraan, sejarah dan ilmu sosial harus diperkuat dengan konteks kebangsaan. Upaya gerakan mahasiswa harus tanggap dengan berbagai perubahan kondisi kultur yang terjadi pada perguruan tinggi dengan mengembalikan citra dan landasan kita untuk mewujudkan kesatuan, keadilan dan stabilitas Negara serta kesejahteraan rakyat Indonesia.
This post was last modified on 1 Desember 2018 10:46 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…
View Comments