Di tengah era globalisasi yang semakin maju, konsep “ukhuwah global” sering digembar-gemborkan sebagai prinsip solidaritas antarbangsa yang melampaui batas negara dan identitas lokal. Meskipun menawarkan janji persatuan dunia, ilusi ukhuwah global dapat memperparah ketegangan, khususnya di negara-negara yang sedang mengalami konflik internal. Ketika identitas global lebih ditekankan daripada identitas lokal, potensi perpecahan menjadi semakin besar, sebagaimana terlihat dalam konflik yang berkepanjangan di Sudan, Suriah, Libya, dan Yaman. Konflik-konflik ini, selain disebabkan oleh lemahnya institusi negara, juga menunjukkan bagaimana identitas lokal yang terfragmentasi dapat dengan mudah dimobilisasi untuk kepentingan politik tertentu.
Di Sudan, misalnya, ketegangan antar kelompok etnis yang berbeda telah berkembang menjadi perang saudara yang berkepanjangan. Demikian pula di Suriah, perpecahan sektarian telah memperburuk kondisi sosial-politik negara tersebut, yang tidak hanya berdampak pada kehidupan dalam negeri, tetapi juga melibatkan intervensi kekuatan eksternal. Libya dan Yaman mengalami kondisi serupa, di mana identitas lokal yang terpecah menjadi faktor utama ketidakstabilan. Identitas yang seharusnya menjadi sumber kebanggaan dan persatuan malah menjadi alat untuk memperdalam perpecahan antar kelompok.
Konflik-konflik tersebut memberikan pelajaran penting bagi Indonesia mengenai betapa vitalnya menjaga persatuan dalam keberagaman, terutama di tengah tantangan global yang semakin kompleks. Di Indonesia, kita memiliki Pancasila sebagai rumus kompromi yang telah terbukti efektif dalam menjaga persatuan bangsa. Pancasila bukan hanya simbol ideologi negara, melainkan panduan hidup yang mengintegrasikan berbagai elemen bangsa dengan latar belakang budaya, suku, dan agama yang beragam. Pancasila menjadi benteng yang kokoh bagi persatuan Indonesia, baik di tingkat nasional maupun akar rumput.
Namun, menjaga persatuan bukanlah hal yang mudah. Tantangan terbesar terletak pada bagaimana kita memaknai kebanggaan kedaerahan tanpa terjebak dalam fanatisme yang bisa memecah belah. Kebanggaan terhadap daerah adalah hal yang wajar, tetapi jika tidak dikelola dengan bijaksana, hal ini bisa berkembang menjadi eksklusivisme yang menganggap kelompok lain sebagai musuh. Inilah yang terjadi di negara-negara yang terperangkap dalam konflik sektarian atau etnis. Ketika kebanggaan kedaerahan mengalahkan rasa cinta terhadap tanah air, negara akan terjebak dalam fragmentasi identitas yang tak terhindarkan.
Pancasila, dengan sila pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa,” mengajarkan pentingnya toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Sila kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,” mengingatkan kita untuk menjaga harkat dan martabat sesama, tanpa memandang latar belakang. Dengan demikian, Pancasila mendorong kita untuk merayakan kebanggaan kedaerahan dalam kerangka kebanggaan terhadap Indonesia secara keseluruhan. Sebagai bangsa dengan keberagaman suku, bahasa, dan agama, Indonesia seharusnya menjadi contoh bagaimana perbedaan dapat menjadi kekuatan, bukan kelemahan.
Untuk mencegah kebanggaan kedaerahan berkembang menjadi perpecahan, kita perlu memperkuat pemahaman nilai-nilai Pancasila di kalangan masyarakat, terutama generasi muda. Pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai toleransi, kerja sama, dan penghargaan terhadap perbedaan harus menjadi prioritas dalam pendidikan nasional. Selain itu, penguatan institusi negara juga penting untuk memastikan kebijakan yang ada tidak memihak pada satu kelompok.
Krisis-krisis yang terjadi di negara-negara seperti Sudan, Suriah, Libya, dan Yaman menjadi contoh tragis bagaimana identitas yang terpecah bisa dimobilisasi untuk kepentingan politik. Jika negara tidak mampu menjaga solidaritas sosial dan menyatukan identitas individu dalam satu wadah kebangsaan yang lebih besar, perpecahan akan mudah terjadi. Oleh karena itu, Indonesia harus belajar dari pengalaman ini dan terus memperkuat komitmennya terhadap nilai-nilai Pancasila. Inilah cara terbaik untuk melindungi persatuan kita dari ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.
Dengan memahami dan mengimplementasikan prinsip Pancasila serta merayakan kebanggaan kedaerahan dalam bingkai kebangsaan yang lebih besar, kita dapat memperkuat persatuan Indonesia. Pancasila adalah senjata ampuh untuk melawan segala bentuk perpecahan yang bisa muncul baik dari dalam negeri maupun dari pengaruh global yang bertentangan dengan nilai-nilai bangsa.
This post was last modified on 2 Desember 2025 8:37 AM
Di tengah momen duka bangsa akibat bencana alam di Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat,…
Menjadi khalifah di muka bumi adalah mandat moral dan spiritual yang diberikan Allah kepada manusia.…
Di tengah krisis lingkungan global dan meningkatnya gelombang ekstremisme, masyarakat dunia menghadapi dua ancaman berbeda…
Basa ngelmu Mupakate lan panemu Pasahe lan tapa Yen satriya tanah Jawi Kuno-kuno kang ginilut…
Fenomena radikalisme di kalangan siswa bukan lagi ancaman samar, melainkan sesuatu sudah meresap ke ruang-ruang…
Indonesia, sebagai negara dengan keberagaman etnis, agama, dan budaya, menghadapi tantangan besar dalam menjaga persatuan…