Narasi

Pers : Pilar Kokoh Menangkal Ujaran Kebencian

Kehadiran media digital menjadikan informasi melimpah ruah tanpa batas. Hal  ini bersamaan dengan berkembangnya aplikasi media sosial di telepon pintar. Tekhnologi semakin mempermudah untuk mendapatkan informasi dan berpendapat. Bahkan, kita bisa menghadirkan infomasi yang ada pada sekitar.

Di sisi lain media sosial menyebabkan fenomena post Truth. Emosi dan keyakinan pribadi menjadi lebih berpengaruh dalam membentuk opini publik dengan fakta yang objektif. Terkadang opini publik lebih lantang  daripada fakta yang ada. Sehingga menyebabkan warga net tersulut emosi untuk menyebarkan ujaran kebencian dan isu hoaks. Di sinilah peran pers dituntut untuk  melakukan edukasi publik dengan berita yang akurat dan mencerdaskan.

Namun, saat ini media pers sedang memasuki transisi akibat kemajuan teknologi digital. Banyak beberapa media cetak yang tidak mampu terbit karena kesulitan pendanaan, tingginya produksi dan merosotnya pemasaran. Di sisi lain, banyak beberapa pemimpin tidak lagi melakukan jumpa pers, mereka lebih memilih jalan pintas yakni dengan membuat vlog untuk menyapa  publik.

Hari ini, pers seakan kehilangan peran untuk menjadi jembatan  bagi warga dan pemimpin. Pengguna medsos lebih memperbincangkan topik yang lagi viral, entah karena youtube,fb dan twitter.

Baca juga : Pers, Harapan Pembersih Sampah Informasi di Dunia Maya

David Levy, Direktur The Reuters Institute For Study Of Jurnalism Universitas Oxford. Mengingatkan pers atau media jurnalistik jangan sampai terjerumus pada habibat Facebook,Twitter dan Youtube dalam menyajikan sebuah informasi. Untuk itu perlunya inovasi dalam menyampaikan sebuah berita agar terlihat menarik dan lebih baik.  Sehingga pengguna medsos memberikan kepercayaan kepada media jurnalistik.

Media jurnalistik, apapun jenis dan platformnya adalah bagian dari Jurnalis sebagai perjuangan untuk menjaga keutuhan dan kedamaian bangsa Indonsia. Tugas dari jurnalis saat ini adalah menjaga dan merawat keberagaman kita, termasuk menyapaikan pendapat dengan pandangan-pandangan inovatif .

Di tengah arus informasi dan ketergantungan publik pada medsos, pers harus mampun menjadi pilar pertahanan yang kokoh, tempat publik untuk mengklarifikasi dan mengecek kevalidan sebuah informasi. Sehingga publik tidak lagi dengan mudahnya menyebarkan informasi yang belum jelas sumbernya.

Tugas pers saat ini adala menjadi media yang membawa angin segar bagi publik. Mengubah corong yang semula mengarahkan pada elite politik dan hiruk-pikuk ibukota jakarta, menjadi meliput tentang prestasi Indonesia di Kancah dunia, mulai dari sektor ekonomi, wisata dan budaya.

Publik  mengharapkan Pers menjadi media yang netral, yang menyajikan informasi yang dapat dipercaya. Informasi yang akurat dengan berbagai data lengkap yang digali di lapangan dengan objektif. Publik menginginkan pers menjadi media yang berfungsi untuk uedukasi, menjelaskan duduk perkara, konteks, isu-isu penting membantu audiens dalam mengambil suatu keputusan yang baik dan benar.

Media dituntut untuk tetap independen dan menjaga nilai-nilai kemanusian. Dengan bersinergi antara publik dan pers dalam menjalankan perannya ikut mengokohkan tali persaudaran antara sesama bangsa terlebih terciptanya ekonomi yang kuat demi mencapai keadilan dan kedamaian.

M Abdul Kholiq Suhri

View Comments

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

3 menit ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

7 menit ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

13 menit ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

24 jam ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

1 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

1 hari ago