Narasi

Puasa dan Ketahanan Pangan Warga di Masa Pandemi

Bagi umat Islam momentum Ramadan merupakan momen yang ditunggu-tunggu. Di samping sebagai peningkatan untuk mencapai derajat takwa, banyak orang yang menggunakan momentum ini untuk berbagi. Ramadan saat ini terasa sangat istimewa karena, umat Islam dituntut untuk memiliki kesabaran lebih karena pandemi Covid-19. Masjid-masjid yang harusnya ramai menjadi sepi, sahut-sahutan suara speaker tadarus terpaksa ditiadakan, terutama di daerah-daerah yang berzona merah Covid-19. 

Meskipun demikian situasinya, bentuk-bentuk berbagi dan kepedulian sosial harus ditunjukkan. Karena di situasi seperti ini justru hal ini yang penting. Setidaknya kami melihat bentuk-bentuk kepedulian sosial di masa pandemi ini bisa dilakukan setidaknya dalam empat hal berikut. Pertama, sebagaimana sudah lazim diketahui, harus saling mengingatkan agar mengikuti protokol kesehatan yang diberikan oleh pemerintah, MUI, ataupun ormas-ormas keagamaan.

Petunjuk untuk melakukan physical distancing menggunakan masker kemudian menghindari kerumunan serta membasuh tangan sesering mungkin merupakan hal yang tidak bisa ditawar agar semua orang sehat dan tidak menulari orang lain. Protokol kesehatan ini wajib diikuti oleh seluruh penduduk Indonesia baik muslim ataupun nonmuslim.

Kedua, penyegeraan distribusi zakat kepada para mustahiq zakat. Hal ini telah ditunjukkan dalam edaran fatwa MUI mengenai zakat di masa pandemi. Situasi masa pandemi pada saat ini telah membuka pintu kemiskinan semakin lebar sehingga masyarakat yang terdampak oleh pandemi ini tidak dapat bekerja atau bahkan di PHK. Mereka kemudian menjadi kelompok yang masuk dalam kategori orang yang berhak mendapatkan zakat karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Di sini, mereka masuk dalam kategori miskin, yakni orang yang masih bekerja namun penghasilan dari bekerja tersebut tidak cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

Baca Juga : Puasa, Multiplisitas, dan Sesama

Pihak panitia zakat baik dari masjid,musalla ataupun LAZIS perlu segera memberikan pengumuman atau maklumat kepada umat Islam di daerahnya untuk menyegerakan zakat fitrah atau zakat mal, untuk dapat akan segera dibagikan kepada para kepada orang-orang yang berhak menerima zakat. Karena pada umumnya, umat Islam membayar zakat fitrah dan mal di akhir-akhir Ramadan. Pihak panitia zakat harus memiliki peta warga yang terdampak yang perlu disupport dengan hasil zakat. Penyaluran hasil zakat yang dilakukan dapat berupa uang tunai, atau kebutuhan pokok sehari-hari.

Ketiga, perlunya kesadaran dari orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang lebih untuk mengamankan para tetangga yang kurang mampu secara ekonomi dan tetangga yang terdampak langsung secara ekonomi dari pandemi ini. Yang kami maksudkan kurang mampu secara ekonomi ini adalah mereka-mereka yang kurang memiliki kemampuan menjalani puasa dengan layak karena faktor finansial. Setidaknya jika setiap orang yang mampu itu menyisihkan sedikit harta pada satu hingga empat tetangga yang ada di kanan kirinya sesuai arah angin maka kemungkinan masyarakat untuk bertahan dalam masa pandemi ini akan dapat dilalui.

Keempat, membuat suatu sistem yang memungkinkan masyarakat untuk mempertahankan pangan mereka. Hal ini bisa dilakukan di antaranya membuka grup jual beli satu kampong (misalnya, grup Whatsapp). Dengan begitu, para warga dapat membuka lapak jual beli. Grup ini penting, a) sebagai sarana silaturahim warga di era pandemi, dengan sistem penjualan yang diantarkan ke rumah pembeli (delivery); b) untuk membangun kepedulian dan untuk membangun sense of belonging and responsibility sesama warga dalam arti, jual beli yang dilakukan oleh warga perlu dibeli oleh warga yang lainnya supaya mereka dapat bertahan.

Grup seperti ini perlu didukung oleh seluruh warga, baik yang berada di level struktur ataupun warga biasa, sehingga di dalam grup ini para warga dapat menjual kebutuhan pokok yang yang dibutuhkan warga lain, menu buka, dll, kemudian warga lain menjual barang lain kemudian dibeli oleh para warga sehingga para warga tidak perlu membeli di tempat lain. Dari situ nanti akan tumbuh resiliensi atau kebertahanan masyarakat suatu kampung dalam menghadapi situasi seperti ini.

Empat hal di atas penting dilakukan demi menjamin berlangsungnya puasa Ramadan yang khidmat, sehat, memiliki sense of crisis, memiliki kepedulian yang tinggi, serta menciptakan sistem resiliensi pada masyarakat yang terdampak langsung dari pandemi ini.  Wallahu a’lam

This post was last modified on 5 Mei 2020 1:25 PM

Saifuddin Zuhri Qudsy

Staf Pengajar Prodi Ilmu Hadis, Fak. Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

View Comments

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

8 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

8 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

8 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

8 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

1 hari ago