Narasi

Ramadan Syahrul Jihad di Negeri Damai

Ramadan selain dijuluki Syahrus Shiam (bulan diwajibkan berpuasa), juga dijuluki sebagai Syahrul Jihad (bulan jihad). Di mana pada bulan Ramadan, seluruh umat Islam berbondong-bondong meraih kemenangan dengan cara senantiasa beribadah mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta bertindak kebaikan terhadap sesama manusia semata-mata ingin mendapatkan pahala yang melimpah.

Julukan Syahrul Jihad pada bulan Ramadan, berkaca pada peristiwa perang badar yang terjadi di pertengan bulan Ramadan. Tidak sedikit orang yang memandang Jihad merupakan sebuah peperangan fisik dengan cara kekerasan. Padahal makna jihad yang sesungguhnya di bulan Ramadan yaitu sebuah perjuangan meraih kejayaan, di mana berpuasa dengan memerangi sesuatu yang tidak nyata atau hawa nafsu diri sendiri untuk mewujudkan perdamaian bukan merusak perdamaian.

Sebagaimana telah dituangkan dalam Al quran surah Al Anbiya’ ayat 107 “misi profetik Nabi Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam (dalam memaknai Jihad) adalah pembumian agama perdamaian dan kasih sayang, bukan kekerasan, penindasan, terorisme, dan perang.” seseorang yang memaknai jihad sekadar peperangan, berarti pengetahuannya tentang jihad masih dangkal, belum memahami sampai akar-akarnya.

Ramadan disebut sebagai Syahrul Jihad karena terjadi Perang Badar dengan fi sabilillah (orang-orang yang berjihad membela agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala) , pada bulan Ramadan tahun ke-2 H yang mana bertepatan dengan kewajiban umat muslim berpuasa. Perang Badar dilakukan untuk mempertahankan dan menegakkan eksistensi dari agama Islam.

Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda dalam hadist shohih riwayat ahmad tirmidzi : “Yang disebut dengan mujahid (orang yang berjihad) adalah orang yang bersungguh-sungguh melawan nafsunya dalam ketaatan kepada Allah.” Ketaatan kepada Allah bisa berupa menuntut ilmu, beramal, berdakwah, membantah orang-orang menyimpang, melawan orang-orang kafir dan yang lainnya.

Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ali M. Abdillah pada 12 April 2023 menjelaskan bahwa Ramadan merupakan bulan jihad karena dalam setiap manusia, ada nafsu yang harus dikendalikan. Menurutnya (Ali M. Abdilah) ada nafsu amarah dan lawamah, yang mana kedua nafsu tersebut sama-sama mengajak manusia untuk berpaling dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan membuat kerusakan di bumi yang berdampak pada kerusuhan.

Ramadan Syahrul Jihad di negeri damai maksudnya dalam negara yang cinta akan perdamaian, yakni negara Indonesia. Di negeri damailah umat muslim dengan tenang dan aman menjalankan ibadah puasa tanpa adanya ancaman yang mengganggu, serta tidak ada intimidasi dari masyarakat lainnya maupun dari pemerintah. Adapun beberapa negara yang melarang warganya berpuasa, yaitu Inggris dengan alasan mengganggu kegiatan belajar, Myanmar, dan China yang sama-sama mengancam masyarakatnya yang menjalankan ibadah puasa. Ancaman tersebut membuat masyarakatnya (Muslim) dihantui rasa kecemasan.

Bulan Ramadan di negeri damai dengan bebas selain berpuasa yaitu tadarus Al qur’an, sholat tarawih, atau menjalankan amalan ibadah yang lainnya. Sejatinya negeri damai memberikan kebebasan beragama bagi masyarakatnya dan terdapat tuntutan toleransi antar umat beragama demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mensejahterakan umat, serta tetap dalam perdamaian.

Kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai sebuah impian semua bangsa. Dengan begitulah masyarakat yang berada di negeri damai, hendaknya bersyukur dan senantiasa berupaya membangun keharmonisan bangsa demi menjaga perdamaian tanpa adanya ancaman dari dalam negeri. Sejatinya damai tidaknya sebuah negara yang menentukan adalah bangsanya sendiri, bagaimana bangsanya menyikapi keragaman yang ada.

Senantiasa cintai perdamaian demi kehidupan yang aman, tentram, nyaman, dan sejahtera. Dengan mencintai perdamaian, dapat menarik hal yang positif ke dalam diri sehingga tidak adanya pertikaian yang berakibat pada perpecahan bangsa. Seluruh bangsa dalam suatu negara hendaknya bersatu dengan satu kesatuan. Apalagi dalam nuansa Ramadan yang diyakini umat Islam sebagai bulan yang suci dan penuh dengan keberkahan, yang mana seharusnya di isi dengan hati yang damai tanpa adanya kebencian terhadap sesama manusia.

Ramadan Syahrul Jihad, yang paling berat adalah berjuang melawan hawa nafsu, seperti nafsu makan, minum, marah, dan juga maksiat selama bulan Ramadan. Menanamkan jihad di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala tepat dilakukan dalam bulan Ramadan, yaitu jihad di siang hari dengan berpuasa, dan jihad di malam hari dengan menegakkan salat malam.

This post was last modified on 14 April 2023 3:25 PM

Dzuriya Dzuriya

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

21 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

21 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

21 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

21 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago