Narasi

Rangkul Anak Dalam Bermedia Sosial

Kemajauan teknologi yang tidak diimbangi dengan pengawasan orangtua akan merusak masa depan anak-anak. Salah satunya disebabkan oleh kemudahan mengakses media sosial dengan bebas. Seperti belakangaan ini, paham radikalisme lewat media sosial menjadi salah satu modus oleh jaringan teroris yang dapat mempengaruhi pola berfikir anak-anak.

Lalainya pantauan orangtua terhadap konten-konten radikal di media sosal dapat berakibat fatal pada anak, hal tersebut juga ditegaskan oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Anak Berhadapan Hukum (ABH), Putu Elviana. Ia menjelaskan paparan paham radikalisme di media sosial pada anak sangat meresahkan orangtua. Oleh sebab itu pengawasan yang kurang maksimal dari keluarga semakin membuat anak-anak akan termakan paham radikalisme, nantinya anak akan semakin tidak mengetahui mana konten yang benar dan salah di media sosial.

“Anak gampang mengakses internet, mereka bahkan bisa mencari sendiri konten-konten radikal,” tegas Putu, dikutip dari liputan6.com, Rabu (16/05/2018).

Jika orangtua saat ini lalai pada aktivitas media sosial anak, nantinya akan berdampak buruk pada karakter anak yang cenderung sibuk dengan media sosialnya tanpa khawatir lingkungan sekitar. Anak-anak saat ini atau generasi milenial seharusnya bisa jauh lebih maju dari generasi sebelumnya, tetapi faktanya generasi milenial menjadi generasi yang rentan terpapar oleh paham paham radikalisme.

Baca juga : Mendidik Anak Cinta Damai dengan Teladan Nabi

Biasanya, anak-anak di era 90’an yang belum mengenal media sosial lebih menghargai perbedaan, karena lebih banyak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan mereka lebih banyak beriteraksi secara sosial.

Saat ini, Berbanding terbalik dengan generasi milenial yang sibuk dengan rutinitas bersosial media. Dengan mudah anak-anak saat ini  bisa mengakses apapun yang mereka ingin tahu. Tidak ada batasan ruang dan waktu, mereka bisa dengan mudahnya mencari tahu hal apa saja yang menjadi pertanyaan dibenak mereka tanpa bertanya terlebih dahulu pada orang tua. Saat berinteraksi dengan media sosial, hal tersebut dapat menyebabkan generasi milenial tidak tumbuh menjadi mahluk sosial, yang harusnya berinteraksi dengan sesamanya.

Kedepannya kemajuan teknologi juga harus dibarengi dengan pengawasan orang tua dalam pola mendidik anak. Rangkul anak-anak dan generasi saat ini agar mewaspadai konten-konten radikal yang beredar di media sosial.

Rini Ananing

Mahasiswa UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Aktiv Di LPM SiGMA

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

1 jam ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

1 jam ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

1 jam ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

1 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

1 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

1 hari ago