Narasi

Saatnya Kembali ke Islam yang Hanif

Islam akhir-akhir ini menjadi sorotan utama akibat ulah sekelompok pemeluknya  yang telah menunjukkan diri seakan seakan pegawai tuhan di muka bumi. Merekalah yang berhak menerjemahkan dan menafsirkan teks-teks Al Quran dan Hadis Nabi Muhammad Saw secara benar dan akurat dan yang lain semuanya salah dan keliru, Mereka esklusif dan taat pada doktrin satu sumber tanpa menganalisa, membaca dan membandingkan dengan ide-ide lain. Kebenaran hanya pada dirinya dan pemimpin-pemimpinnya, maka tidak ada salahnya jika mereka dicap sebagai kelompok ekstrim, radikal dan terorisme.

Isu radikalisme yang begitu marak di tanah air ini menjadi menu utama hampir semua media, walaupun kita semua sepakat bahwa Islam sama sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengakui berjuang di jalan Allah dengan cara bunuh diri. Namun dapat dipahami bahwa  mayoritas kelompok-kelompok radikal yang kini marak di tanah air cenderung membawa nama Islam sehingga mengesankan Islam sebagai agama anti kemanusiaan dan  kebhinekkaan akibat dari ulah dan cara pandang kelompok-kelompok radikal tersebut.

Masalah ini semakin memuncak dengan menguakny proyek ISIS untuk membentuk Khilafah Islam di Asia Tenggara di Filipina Selatan. Dengan masuknya anggota-anggota ISIS dari berbagai daerah ke wilayah Filipina Selatan telah memaksa pemerintah Filipina mengusir kombatan-kombatan tersebut melalui operasi militer. Pemerintah Indonesia juga secara tegas dan ketat mengawasi kombatan-kombatan tersebut masuk ke wilayah Indonesia karena dipastikan akan menimbulkan ketegangan di tanah air sebagaimana yang terjadi pasca runtuhnya pemerintahan Taliban di Afghanistan di mana alumni-alumni Afghanistan dari pengikut Al Qaeda melakukan serangkain bom bunuh diri di beberapa kota di Indonesia.

Persoalan ini sejatinya menjadi renungan bagi kelompok-kelompok radikal  di tanah air untuk kembali mengintrospeksi cara pandang mereka terhadap Islam yang semakin hari semakin dimusuhi oleh semua pihak, bukan saja orang Islam sendiri tetapi juga orang lain. Bahkan semua orang sepakat bahwa apa yang dilakukan oleh kelompok radikal terorisme yang mengatasnamakan agama sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama apapun  tetapi tidak lebih sebagai upaya untuk memuaskan hawa nafsu kekuasaan mereka

Islam tidak bisa dipahami secara sepihak dan semasa, tetapi Islam harus dipahami secara universal dan tanpa batas waktu karena Islam yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw bukanlah agama baru, tetapi agama sepanjang masa sejak manusia menghuni alam semesta ini hingga hari kiamat. Nabi Adam As telah mengajarkan kepada dua anaknya agar berlaku adil dan damai dalam memperjuangkan keinginanannya padahal agama dan hukum belum ada, tetapi Allah telah mengilhaminya prinsip-prinsip hidup yang harus dijalankan oleh setiap umat manusia.

Ajaran damai dan kebaikan bukan saja sarat ditemukan dalam teks-teks Al Quran dan Hadis nabi Muhammad Saw akan tetapi juga dalam kitab taurat dan injil juga tidak sedikit menyinggung kata damai. Salam dan shalom adalah kata kunci yang menunjukkan nilai-nilai bersama yang diajarkan oleh  nabi-nabi yang telah dutus oleh Allah Swt ke muka bumi.

Memahami Islam haruslah secara utuh dan meliputi semua zaman karena dengan demikian seseorang akan mampu memahami agamanya secara baik dan utuh. Sebaliknya memahami agama secara sepihak atau hanya memahami agama itu pada era itu saja tentu akan membawa seseorang memahami agamanya secara sepotong yang pada gilirannya akan membuat seseorang  fanatik pada kelompok atau golongan tersendiri dan sulit menerima eskistensi orang lain. Oleh karena itu, kini saatnya semua harus kembali menyadari betapa memahami teks-teks agama harus secara akurat dan komprehensif sehingga tidak menimbulkan esktrimisme dan radikalisme.

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Kultur yang Intoleran Didorong oleh Intoleransi Struktural

Dalam minggu terakhir saja, dua kasus intoleransi mencuat seperti yang terjadi di Pamulang dan di…

21 jam ago

Moderasi Beragama adalah Khittah Beragama dan Jalan Damai Berbangsa

Agama tidak bisa dipisahkan dari nilai kemanusiaan karena ia hadir untuk menunjukkan kepada manusia suatu…

21 jam ago

Melacak Fakta Teologis dan Historis Keberpihakan Islam pada Kaum Minoritas

Serangkaian kasus intoleransi dan persekusi yang dilakukan oknum umat Islam terhadap komunitas agama lain adalah…

23 jam ago

Mitos Kerukunan dan Pentingnya Pendekatan Kolaboratif dalam Mencegah Intoleransi

Menurut laporan Wahid Foundation tahun 2022, terdapat 190 insiden intoleransi yang dilaporkan, yang mencakup pelarangan…

23 jam ago

Jaminan Hukum Kebebasan Beragama bisa Menjamin Toleransi?

Indonesia, dengan kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan yang beragam, seharusnya menjadi contoh harmoni antar umat…

2 hari ago

Mencegah Persekusi terhadap Kelompok Minoritas Terulang Lagi

Realitas kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan di Indonesia seharusnya menjadi fondasi untuk memperkaya keberagaman, namun…

2 hari ago