Narasi

Semangat “Memerah-Putihkan” Dunia Maya

“kemerdekaan hanya didapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad ‘Merdeka, merdeka atau mati’!”

Demikianlah, petuah Presiden Soekaro kala itu untuk membangkitkan semangat para pejuang Bangsa Indonesia dalam menghadapi kaum penjajah. Semangat dan tekad bulatlah yang menjadi poin penting dalam menggapai kemerdekaan yang berimplikasi pada bebasnya Negera Indonesia dalam mengibarkan bendera Merah-Putih di bumi pertiwi ini. Maka tak heran, Calvin Cooledge mengatakan bahwa tekad yang bulat merupakan salah satu kunci sukses dalam meraih sebuah cita-cita.

Di zaman milenial sekarang ini, dunia maya menjadi hal sangat diperhitungkan dan pertimbangkan. Sebab, kebutuhan masyarakat akan teknologi hampir menjadi kebutuhan primer, jadi setara dengan sandang, pangan dan papan. Akan tetapi, hal tersebut ibarat pisau bermata dua, yang apabila tidak digunakan dengan baik, maka akan membahayakan, bahkan “membunuh” orang banyak.

Beredarnya aliran-aliran yang membelot dari nilai Pancasila dan berbau radikal menjadi hal yang biasa di dunia maya, baik berbentuk tulisan, pesan, gambar, meme dan lain sebagainya yang tentu harus kita lawan. Dengan demikian, perlu adanya solusi jitu, guna membendung Bangsa Indonesia dari pesan-pesan radikal yang bermunculan dunia maya.

Salah satu usaha konkrit yang harus dilakukan adalah dengan menyebarkan konten-konten positif, damai, dan bernuansa persatuan. Menyebar konten-konten tersebut menjadi hal yang paling urgen dalam membendung persepsi masyarakat agar dapat menimbang-nimbang konten-konten yang sudah tersebar. Dalam konteks penyebaran konten-konten positif tentu tidak hanya berkutik dalam penangkalan radikalisme belaka, melainkan harus ada formulasi tambahan, yakni dengan memasukan pesan-pesan penanaman jiwa nasionalsme terhadap Negara Kesatuan Republik Indoenesia.

Semangat “merah putih”

Bendera merah putih

Bendera tanah airku

Gagah dan jernih tampak warnamu

Berkbarlah di langit yang biru

Bendera merah putih

Bendera bangsaku

Jika kita meresapi dan dan mengerti kandungan makna dari sepenggal lirik lagu yang diciptakan oleh Ibu Sud tersebut, tentu kita merasa berhutang budi pada para pahlawan Indonesia. Sebab, berkibarnya bendera merah putih di bumi pertwi pertama kali tentu tidak terlepas dari pengorbanan dan jasa para pahlawan, karena harus berperang melawan para penjajah. Tidak tangung-tanggung, harta, tahta, dan jiwa pun mereka korbankan untuk mengibarkan bendera sang saka merah putih di bumi pertiwi.

Senada denggan itu, dalam buku karya Heri Herdiwanto, berjudul Spritualisme Panacasila, menjelaskan bahwa bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Yakni merah berarti berani, dan putih bermakna suci. Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melabangakan jiwa manusia. Kedua hal tersebut, saling melengkapi untuk Negara Indonesia. Maka dari itu, jika kita menanamkan semangat nasonalis dan cinta tanah air kepada lngkingan sekitar, berararti kita telah berkontrbusi dalam menjaga kesatuan Negara Indonesia.

Terlepas dari konteks itu, selain penyebaran konten-konten positif yang bersifat nasionalisme juga harus menggunakan strategi yang jitu. Sebab, masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam penduduk, maka selera mereka juga berbagai macam pula. Misal, penggunaan konten berbentuk meme kartun dan vidio singkat yang menarik, diperuntukan bagi anak-anak. Sedangkan untuk kalangan intelektual, lebih cocok ketika tulisan tersebut bermakna dalam dan filosofis.

Melihat realitas demikian, maka dirasa penting untuk membumikan semangat “merah putih” di media masa. Mari kita bersatu padu untuk mweujudkan dunia maya yang aman dan tentram. Sekaranglah waktunya bagi kita untuk bergerak menyebarkan pesan-pesan positif, damai, dan bernuansa persatuan. Sebab, kontribusi kita dalam menyebarkan pesan-pesan tersebut, berarti kita telah berpartisipasi aktif dalam mewujudkan Indonesia damai, aman, dan tentram. Wallahu a’lam bi al-shawaab.

Ahmad Asrori

Recent Posts

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

13 jam ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

13 jam ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

13 jam ago

Buku Al-Fatih 1453 di Kalangan Pelajar: Sebuah Kecolongan Besar di Intansi Pendidikan

Dunia pendidikan pernah gempar di akhir tahun 2020 lalu. Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, pada…

13 jam ago

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

1 hari ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

1 hari ago