Terasa tertarik menulis tentang siapa saja yang akan menghuni surga nanti mengingat kondisi yang kita saksikan akhir-akhir ini yang ditandai dengan berbagai bentuk kekerasan seperti bom bunuh diri, perlawanan terhadap aparat keamanan dengan klaim bahwa tindakan mereka akan berujung ke surga dengan 70 bidadari yang akan menjemputnya. Mereka meneriakkan takbir dan tahlil saat melakukan aksinya yakin bahwa apa yang dilakukan adalah benar dan ganjarannya adalah surga dan seakan akan mereka sudah memastikan bahwa ia akan langsung ke surga. Sebuah pemahaman konyol dan tidak beralasan apalagi jika dikaitkan dengan ayat-ayat Alquran tentang siapa saja yang akan menghuni surga nanti.
Fenomena tersebut telah membuat masyarakat awam tercengang dan bertanya-tanya apakah surga akan diperoleh melalui cara itu? Seberat itukah usaha yang harus dilakukan untuk mendapatkan surga, harus membunuh atau menikam atau bom bunuh diri? Bukan saja itu tetapi juga telah menimbulkan ketakutan di tengah-tengah masyarakat dan kecurigaan antara sesama. Ironisnya lagi, ada semacam klaim bahwa surga seakan-akan hanya akan dimonopoli oleh mereka dan yang lain masuk neraka.
Pemahaman monopoistik sebenarnya telah ada sebelum umat ini. Umat Yahudi dan Nasrani saat risalah Nabi Muhammad Saw diturunkan mengatakan bahwa hanya mereka yang akan masuk surga dan yang lain tidak akan masuk surga. Klaim ini dibantah oleh Tuhan bahwa bukan saja orang-orang Yahudi dan Nasrani yang akan masuk surga, tetapi umat lain juga akan masuk surga. Bantahan ini dapat dibaca pada firman Tuhan yang artinya “ Mereka berkata bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang-orang Yahudi dan Nasrani, demikianlah anggapan mereka, Katakanlah Wahai Muhammad bahwa datangkanlah dalil-dalil kalian jika anggapan kalian itu benar” Tidak demikian, bahkan mereka yang berislam atau menyerahkan diri kepada Allah dan berbuat baik, maka bagi mereka pahala di sisi Tuhan dan tidak ada keraguan dan ketakutan dan kesedihan di sisinya” . (QS Al Baqarah Ayat 111-112).
Al Quran ternyata tidak saja membatasi penghuni surga bagi umat Nabi Musa As dan Nabi Isa As yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dan mengikuti ajaran nabinya, akan tetapi juga umat-umat lain yang beriman kepada Allah seperti umat Nabi Muhammad Saw yang datang di kemudian hari juga akan menjadi penghuni surga. Apa yang diyakini oleh kelompok tertentu dewasa ini tentang monopoli surga bagi mereka juga diyakini oleh orang-orang sebelum umat Nabi Muhammad Saw.
Memang sangat naif jika meyakini bahwa hanya kelompok kita yang akan masuk surga dan kelompok lain tidak karena ia thogut, musrik dan kafir karena tidak menjalankan syariat Islam dalam pemerintahannya. Padahal dalam Al Qur’an sangat jelas menegaskan “Bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mendapat petunjuk dari kaum nasrani, sabiian dan mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dan berbuat baik atau amal salih, maka bagi mereka pahala di sisi tuhan dan tidak ada ketakutan bagi mereka dan kesedihan” (QS Al Baqarah Ayat 62). Di ayat lain Allah juga menegaskan “Bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mereka yang mendapat petunjuk, sabiin, nasrani dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta melaksanakan amal salih maka bagi mereka tidak ada ketakutan dan kesedihan baginya” (QS Al Maida Ayat 69).
Kedua ayat ini menegaskan bahwa semua yang beriman kepada Allah dan meyakini kehidupan akhirat akan masuk surga dan ini dipertegas lagi pada surah lain dan lebih umum lagi sebagaimana firmannya yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa tuhan kami adalah Allah lalu istiqamah maka bagi mereka tidak ada ketakutan dan kesedihan baginya. Mereka itu adalah penghuni surga kekal di dalamnya dan baginya balasan atas apa yang mereka lakukan “ (QS Al Ahqaf Ayat 13-14).
Al Quran telah memperluas jangkauan siapa saja yang akan masuk surga dan menekankan bahwa beriman kepada Allah dan hari kemudian serta beramal salih adalah prasyarat untuk menghuni surga. Ketiga syarat utama ini juga ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam hadisnya ketika seorang bertanya tentang surga dan keselamatan di hari kemudian, Rasulullah menjawab “Beriman kepada Allah kemudian istiqamah atau konsisten pada ajaran”.
Keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, pencipta segala apa yang ada di langit dan bumi dan keyakinan tentang hari kebangkitan kemudian amal-amal baik dan istiqamah dalam menjalankan perintah-perintah agama memberikan petunjuk bahwa surga tidak mesti harus membunuh, menikam atau menusuk atau mati di tangan aparat keamanan, tetapi dengan meyakini keesaan Tuhan dan hari kebangkitan serta konsisten terhadap ajaran agama dan berbuat baik akan membawa kita ke surga Tuhan. Wallahu a’lam.
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…