Narasi

Solidaritas Masyarakat; Kunci Melawan Covid-19

Saat ini, pandemi covid-19 atau yang biasa disebut dengan corona semakin dahsyat menyerang masyarakat Indonesia. Semakin hari kasus covid-19 kian meningkat, bahkan angka kematiannya tertinggi di dunia, yakni 9,1%. Angka kematian Negara kita lebih tinggi dari rata-rata global yaitu 5%. Per 6 April 2019 di Indonesia total penyebaran virus covid-19 sebanyak 2,273 kasus dan korban meninggal meningkat menjadi 198 orang.

Melihat data tersebut, kita perlu terus waspada terhadap lingkungan sekitar, dan pentingnya mengikuti anjuran pemerintah untuk #dirumahaja ketika melakukan segala aktivitas dalam rangka mereduksi pandemi covid-19. Hingga tulisan ini dibuat, berdasarkan laporan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sudah 25 Dokter yang meninggal dunia akibat menangani pasien yang terjangkit covid-19.

Urgensi Physical Distancing

Untuk itu, saat ini kita perlu membalikkan logika umum yang dipahami masyarakat bahwa tenaga medislah yang mesti berada di garda terdepan dalam pertarungan melawan pandemi covid-19 ini. Sehingga seringkali masyarakat abai dan tidak menjalankan arahan dari pemerintah untuk melakukan isolasi diri serta menjaga kebersihan.  

Padahal sebenarnya pertarungan melawan pendemi ini sama halnya dengan pertarungan militer. Para tenaga medis bertugas untuk mengobati para pejuang yang terluka dan mereka mereka berada di posisi paling belakang, justru kitalah (sebagai masyarakat) yang harus berada di garda utama dan terdepan dalam melawan pandemi ini. Dengan cara melakukan social distancing dalam hal ini physical distancing untuk mereduksi penyebaran covid-19 di tengah-tengah masyarakat.

Baca Juga :  Corona: Senasib Sepenanggungan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menjadi terobosan pemerintah bisa dilakukan berdasarkan anjuran wilayah-wilayah yang masuk red zone dengan jumlah kasus kematian dan penyebaran virus covid-19 cukup tinggi. PSBB sendiri telah diatur dalam Permenkes nomor 9 tahun 2020. Pembatasan tesebut meliputi kegiatan pendidikan, keagamaan, berkegiatan di tempat umum, moda transportasi dan pembatasan lainnya yang berkaitan dengan aspek pertahanan dan keamanan.

Perlu dipahami dan disadari bahwa senjata dan pertahanan utama kita saat ini adalah rajin mencuci tangan dan memakai masker serta menjaga jarak (distance). Karena dengan hal itulah kita setidaknya membendung persebaran covid-19 yang tak kasat mata dan kadang tidak bergejala.  

Kunci dan strategi untuk melawan covid-19 adalah memahamkan masyarakat untuk tidak banyak melakukan aktivitas sosial yang bersinggungan dengan orang banyak. Dibutuhkan kesadaran dan solidaritas bersama, karena tanpa demikian apa yang dilakukan pemerintah melalui tim medis untuk memutus mata rantai covid-19 tidak akan bisa tercapai.   

Gerakan Filantropi

Salah satu langkah konkrit yang bisa dilakukan ketika menghadapi pandemi seperti ini adalah memperlebar sayap gerakan filantropi. Untungnya, hingga saat ini sudah banyak organisasi, komunitas sosial bahkan perusahaan yang mengelontorkan dananya melalui media virtual dengan berdonasi membantu meringankan beban pandemi covid-19 tersebut. Meskipun upaya ini tidak sepenuhnya menghilangkan beban secara sosial-ekonomi masyarakat. Tetapi hal ini tetap penting untuk terus digalakkan dalam rangka memenuhi kebutuhan domestik masyarakat.     

Selain gerakan bersama, di Makassar terdapat dua orang bocah yang menyumbangkan uang tabungannya untuk memenuhi kebutuhan APD di Makassar. Mereka adalah Tata dan Unsia yang masih berumur 7 tahun, mereka menyumbangkan tabungan sekolahnya melalui posko Jurnalis Peduli Kemanusiaan, Sulawesi Selatan sebagaimana diwartakan Kumparan (05/04).  

“ini untuk dokter biar bisa beli masker, ini dari tabungan kami selama enam bulan,” ungkap tata dan Unsia ketika menyerahkan sumbangan tabungannya. Mengingat saat ini kelangkaan akut alat pelindung diri (APD) untuk para tenaga medis. Gerakan filantropi menjadi sarana penting untuk menguatkan solidaritas bersama, bahwa kita harus saling menguatkan satu sama lain dengan soliditas.  

Untuk melawan pandemi ini, kita harus lawan bersama. Dengan #dirumahaja kita telah membantu mengurangi persebaran covid-19 yang cepat di masyarakat. Tidak bisa hanya satu komponen saja yang berperan untuk memutus persebarannya. Kita itu berperan sebagai garda utama dalam melawan covid-19, bukan justru mereka tenaga medis. Para tenaga medis hanya membantu menyembuhkan dan mengurangi persebaran bagi yang sudah terjangkit, sedangkan kita tugasnya lebih mudah hanya dengan #dirumahaja dan melakukan physicaldistancing sudah mampu memutus persebran covid-19. Mari bersatu, melawan pandemi covid-19 !!

This post was last modified on 8 April 2020 4:21 PM

Ferdiansah Jy

Recent Posts

Meluruskan Konsep Al Wala’ wal Bara’ yang Disimplifikasi Kelompok Radikal

Konsep Al Wala' wal Bara' adalah konsep yang penting dalam pemahaman Islam tentang hubungan antara…

21 jam ago

Ironi Kebebasan Beragama dan Reformulasi Hubungan Agama-Negara dalam Bingkai NKRI

Di media sosial, tengah viral video pembubaran paksa disertai kekerasan yang terjadi pada sekelompok orang…

21 jam ago

Penyelewengan Surat Al-Maidah Ayat 3 dan Korelasinya dengan Semangat Kebangsaan Kita

Konsep negara bangsa sebagai anak kandung modernitas selalu mendapat pertentangan dari kelompok radikal konservatif dalam…

21 jam ago

Reinterpretasi Konsep Politik Kaum Radikal dalam Konteks Negara Bangsa

Doktrin politik kaum radikal secara umum dapat diringkas ke dalam tiga poin pokok. Yakni konsep…

2 hari ago

Islam dan Kebangsaan; Dua Entitas yang Tidak Bertentangan!

Sampai saat ini, Islam dan negara masih kerap kali dipertentangkan, khususnya oleh pengusung ideologi khilafah.…

2 hari ago

Melihat Sejarah Kemerdekaan Indonesia: Meremajakan Kembali Relasi Agama dan Negara

Sejarah kemerdekaan Indonesia adalah perjalanan panjang yang dipenuhi dengan perjuangan, keberanian, dan komitmen untuk membebaskan…

2 hari ago