Lamun sira paksa nelad
Tuladaning Kangjêng Nabi
O gèr kadohan panjangkah
Watêke tan bêtah kaki
Rèhne ta sira Jawi
Sathithik bae wus cukup
Aja guru alêman
Nelad kas ngêblêgi pêkih
Lamun pêngkuh pangangkah yêkti karamat
—Serat Wedhatama
Pada hari ini sungguhlah enak bagi para anak keturunan Sunan Kalijaga yang mengambil sang mantan brandal itu sebagai penanda gen—terlepas dari anak keturunan sang sunan yang mengambil jalur para isterinya untuk ingin nyambung ke kanjeng nabi. Dari beberapa kisah tentang sang sunan, ia memang tak berkehendak untuk mengembangkan Islam transnasional seperti halnya yang Islam yang berkiblat ke Arab ataupun Yaman.
Taruhlah dalam Serat Seh Malaya dimana sang sunan mengurungkan niatnya untuk melakukan ibadah haji ke Arab, sebuah aktifitas yang pasti dilakukan oleh para ulama di masa lalu sembari menuntut ilmu. Sang sunan terkesan sangat percaya bahwa bangsanya, Nusantara, sama sekali tak kalah dalam hal derajat, pangkat, semat, dan keramat, dengan bangsa Arab ataupun Yaman.
Ketika para anggota walisongo yang lain seolah perlu menyematkan gelar “sayyid” ataupun “syarief”—dan bahkan “habib” di masa kini yang tengah mengalami problematisasi—untuk menambah kesan lebih otoritatif dalam hal keislaman dan mengajarkan Islam, sang mantan brandal itu cukuplah mengambil Arya Wiraraja, seorang Hindu dan visioner kerajaan Majapahit di era Raden Wijaya (yang sudah merintis geopolitik “Nusantara” di era Kertanegara di Singasari), dan Ranggalawe, sang pemberontak yang Hindu, sebagai otoritas kebangsaannya atau kenusantaraannya.
Pilihan strategi sang mantan brandal terbukti lebih ampuh daripada strategi para anggota walisongo lainnya. Orang bisa melihat, dalam catatan sejarah mainstream, pilihan politik-kultural Kalijaga ternyata selalu menang (Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, De Graff, 1989). Dikursus tentang anak Adipati Wilwatikta itu selalu menghiasi empat periode kekuasan di Jawa: akhir Majapahit, Demak, Pajang, dan awal Mataram Islam. Bahkan, ia seperti diletakkan di sekitar pusat kekuasaan: Brawijaya V (toleransi pada pilihan sang raja untuk setia pada kepercayaan lamanya), Patah (nasehat untuk memperhitungkan jasa-jasa Brawijaya V yang non-muslim), Hadiwijaya (dukungan ketika berkonflik dengan Arya Penangsang), dan Panembahan Senapati (nasehat tentang pembangunan benteng keraton).
Tanpa mengurangi penghormatan pada Nabi Muhammad sebagai leluhur, sebagaimana yang terlihat ditempuh oleh para wali lainnya, Kalijaga lebih memilih leluhurnya sendiri yang nyata-nyata telah berjasa pada bangsanya, Nusantara, sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi bocornya alokasi keuntungan perkembangan Islam ke bangsa lain, misalnya, Arab ataupun Yaman. Dengan memilih leluhurnya sendiri otomatis keuntungan atas perkembangbiakkan Islam—kultural-politis-ekonomis—akan kembali ke bangsanya sendiri: Nusantara.
Dalam logika Kalijaga, bangsa Arab ataupun Yaman tentu tak mengenal Nusantara ataupun bangsa Nusantara, sebaik apapun atau sesetia apapun bangsa Nusantara pada mereka. Namun, kisah akan berbeda ketika Ranggalawe ataupun Arya Wiraraja yang ditautkan, meskipun mereka non-muslim, bangsa Nusantara jelas mengenalnya.
Seandainya secara paksa kau meneladani
Teladan Sang Nabi
O, terlalu jauh, Nak
Dasarnya tak akan kuat
Karena senyatanya kau Jawa
Sedikit saja sudah cukup
Jangan seperti guru alay
Meneladani kaum khos sesempurna fikih
Dengan tekad bulat pasti keramat.
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…