Hari ini umat muslim sedang berduka atas meninggalnya salah satu ulama panutan umat, Syekh Ali Jaber. Ulama kelahiran Madinah ini dikabarkan meninggal pada Kamis (14/1) pukul 08.38 WIB di RS Yarsi, usai menjalani perawatan insentif karena sempat terpapar Covid-19. Tentunya, ini merupakan kehilangan ulama yang kesekian kalinya bagi umat Islam selama pandemi Covid-19, mengingat sebelumnya telah banyak ulama panutan bangsa yang mendahuluinya.
Dalam perjalanan dakwahnya, Syekh Ali Jaber dikenal luas sebagai ulama yang lapang dada dan pemaaf. Selain itu, menurut Ketua Dewan Masjid Indonesia, Jusuf Kalla, beliau merupakan ulama dengan dedikasi tinggi dalam mengedukasi bangsa agar dapat hidup sesuai tuntunan agama. Dia juga dikenal sebagai ulama yang sejuk dakwahnya dan dekat dengan masyarakat Indonesia, karena selain berdakwah dari masjid ke masjid di Indonesia, beliau juga berdakwah melalui media sosial. Sungguh, figur yang sangat dibutuhkan untuk membimbing masyarakat yang tengah kesulitan mencari teladan.
Tingginya dedikasi Syekh Ali Jaber untuk umat sangat tampak pada aktivitas dakwahnya yang tiada henti. Alih-alih berhenti berdakwah selama pandemi Covid-19, Syekh Ali Jaber justru selalu aktif membimbing masyarakat dengan nasihat-nasihat teduhnya. Tentunya, tanpa melanggar protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia. Salah satu kegiatan dakwahnya, tulis cnnindonesia.com, yakni Syekh Ali Jaber berdakwah dari dalam mobil dengan mengenakan masker berwarna hijau. Beliau menayangkan dakwahnya melalui akun instagram dengan keterangan “pesan buat kita bersama, NKRI harga mati”.
Pewaris Cinta Nabi
Tentu kita masih ingat kejadian yang sempat menggemparkan masyarakat Indonesia. Yakni, penusukan Syekh Ali Jaber saat berdakwah di Bandar Lampung, Minggu (13/8/2020). Beliau yang sedang menyampaikan tausiah, tiba-tiba diserang oleh pemuda berinisial AA dengan senjata tajam, sehingga menyebabkan luka di bahu kanan.
Alih-alih menghukum pelaku penusukan, Syek Ali Jaber justru menahan masyarakat yang marah atas perilaku tak terpuji tersebut. Beliau justru meminta para jamaah untuk menahan diri agar tidak menyerang balik si pelaku. Pelaku pun kemudian diserahkan kepada pihak yang berwajib.
Kemudian, saat kasus tersebut memasuki persidangan, lagi-lagi Syekh Ali Jaber menampakkan sikap welas asihnya kepada pelaku. Saat menghadiri sidang secara virtual, Kamis (26/11/2020), Syekh Ali Jaber menyatakan telah memaafkan pelaku tersebut, bahkan sejak pertama kejadian. Beliau juga berpesan kepada pelaku untuk menjaga diri dan terus memperbaiki hubungannya dengan Allah Swt., salah satunya melalui shalat. Pelaku pun dengan terbata-bata meminta maaf kepada beliau.
Spirit cinta kasih Syek Ali Jaber kepada pelaku penusukan merupakan warisan akhlak mulia para nabi, terutama Nabi Muhammad Saw. Ketika Rasulullah Saw. diludahi berkali-kali oleh seorang Yahudi suruhan Quraisy, beliau tidak marah dan justru menjenguk pelaku tersebut saat sakit. Bahkan, beliau menjadi penjenguk pertama orang tersebut.
Kemudian, kala Rasulullah Saw. dilempari batu penduduk Thaif yang menolak dakwah Islam, beliau tidak marah. Oleh malaikat Jibril dan malaikat gunung, Rasulullah Saw. sudah ditawari untuk menimpakan dua gunung di Makkah kepada penduduk Thaif. Namun, Rasulullah Saw. tidak tertarik dan menjawab, “Jangan! Siapa tahu Allah Swt. akan mengeluarkan seseorang yang mengucapkan ‘laa ilaaha illallaah’ dari rahim mereka.”
Mengenang dakwah Syekh Ali Jaber
Sejumlah umat Islam di Indonesia sempat resah pada awal-awal dakwah Syekh Ali Jaber, yang mempermasalahkan Qurban dan tawassul yang dipraktikkan oleh muslim Indonesia. Namun, barangkali hal tersebut karena beliau lahir di Madinah, sehingga saat kali pertama dakwah di Indonesia belum terlalu mengenal kulturnya.
Buktinya, tak lama berselang, Syekh Ali Jaber meminta maaf kepada MUI dan masyarakat Indonesia karena telah membuat resah. Menurut Ketua Komisi MUI Pusat, Muhammad Cholil Nafis, dalam hidayatullah.com, Syekh Ali Jaber tidak ada niatan untuk mendiskreditkan masyarakat muslim Indonesia. Beliau juga tidak bermaksud masuk masalah khilafiyah, sehingga jika ada pendapat yang berbeda, beliau meminta MUI dan para ustaz untuk meluruskan. Bahkan, Syekh Ali Jaber dikatakan siap bekerjasama dengan siapapun demi persatuan umat Islam dan menyebarkan dakwah dengan damai.
Tampak jelas kebesaran hati Syekh Ali Jaber menyatakan kesalahannya karena telah membuat masyarakat resah. Ini merupakan bukti betapa beliau lebih mendahulukan kepentingan umum dibandingkan diri sendiri. Beliau tidak memaksakan kebenaran yang diyakini, tetapi menampakkan kebaikan atau akhlak seorang muslim. Bahwa dalam berdakwah, mempertimbangkan kondisi sosial-masyarakat amatlah penting. Sehingga, kebenaran yang disampaikan dapat diterima masyarakat luas. Dan, tidak menimbulkan keresahan di masyarakat yang dapat membuat retak hubungan harmonis bangsa Indonesia.
This post was last modified on 15 Januari 2021 2:55 PM
Perkembangan mengkhawatirkan terjadi di Suriah. Kelompok pemberontak Suriah menyerbu dan merebut istana Presiden Bashar al-Assad…
Pasca dibubarkan dan dilarang pemerintah pada medio 2019 lalu, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) telah melakukan…
Gawai besar pemerintah untuk menyelenggarakan Pemilihan Umum Daerah (Pilkada) serentak telah usai dihelat 27 November…
Predikat zero terrorist attack di akhir masa pemerintahan Joko Widodo sekilas tampak menorehkan catatan positif…
Pilkada 2024 menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Ajang ini melibatkan…
Dalam sebuah wawancara, mantan teroris Ali Imron pernah berkata bahwa ia bisa meradikalisasi seseorang hanya…