Narasi

Tantangan 2025 : Mewaspadai Manipulasi Informasi Terkait Geopolitik di Timur Tengah

Tantangan Indonesia di tahun 2025, semakin berat. Masifnya teknologi informasi dan komunikasi di era digital ini tak selaras dengan literasi digital masyarakat, terutama kemampuan membaca dan memahami informasi secara kritis. Menurut laporan World’s Most Literate Nation Ranked dari Central Connecticut State University, Indonesia berada dalam rangking ke-60 dari 61 negara terkait minat baca.

Rendahnya minat baca Indonesia menyebabkan masyarakat mudah terpapar informasi palsu, disinformasi dan propaganda di media sosial. Kita seringkali terpedaya oleh narasi yang manipulatif, yang bisa menyesatkan bahkan berujung pada perpecahan sosial. Hal ini menjadi ancaman nyata bagi stabilitas sosial dan keamanan nasional. Algoritma menciptakan fenomena Echo Chamber atau ruang gema yang menjadikan pengguna internet dijejali informasi serupa.  Fenomena seperti inilah yang menyebabkan seseorang mudah terpapar paham radikal terorisme di internet, yang disebut self-radicalization.

Kemenangan Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) di Suriah, misalnya. Ruang media sosial belakangan, dipenuhi narasi-narasi provokasi dan glorifikasi tanpa adanya data dan fakta. Narasi ini diproduksi oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab, yang memanfaatkan sentimen keagamaan untuk kepentingan terselubung. Tak heran, narasi yang berkembang di media sosial, netizen menyambut kemenangan tersebut dengan gegap gempita, menganggapnya sebagai perjuangan mujahidin atas nama agama.

Padahal, kemenangan HTS merupakan kemenangan warga Suriah yang melibatkan berbagai kelompok masyarakat, termasuk Druze, Kristen, dan kelompok lainnya. Bahkan Secara terang-terangan, HTS juga menjamin kehidupan dan keselamatan warga Suriah tanpa melihat suku dan agama. Informasi yang bias dan tidak akurat ini dengan cepat menyebar karena minimnya kemampuan masyarakat untuk memverifikasi informasi.

Secara historis, Suriah memiliki konflik internal yang panjang. Apa yang terjadi di Suriah ini, merupakan perjalanan panjang perjuangan rakyat Suriah yang melibatkan beragam kelompok dan golongan. Rakyat Suriah mengharapkan adanya reformasi kepemimpinan dan perubahan, seperti layaknya pergerakan rakyat Indonesia yang menginginkan reformasi pada tahun 1998. Namun tak dipungkiri banyak proxy-proxy negara asing yang ikut campur di dalamnya.

Sebelumnya, Suriah dibekingi kekuatan penuh oleh Rusia. Beragam kelompok yang memberontak Bashar Al-Assad diberangus dengan bantuan kekuatan militer Rusia. Dikala Rusia sedang dibebani perang dengan Ukraina, rakyat Suriah bersatu dan bergerak bersama. Alhasil, perebutan kota-kota besar Suriah tidak menimbulkan perlawanan berarti dari Rezim Bashar Al-Assad.

Selain itu, dibalik HTS juga terdapat peran negara asing yang turut ikut menyukseskan jatuhkan Bashar Al-Assad, seperti Amerika, Qatar, dan Turki. Hal ini dibuktikan dengan adanya normalisasi hubungan dengan pemerintahan Suriah yang baru. Belakangan, Inggris, Jerman dan Perancis pun turut mengirim diplomatnya untuk menjalin hubungan diplomatik.

Oleh karena itu, perlu mewaspadai narasi narasi yang berkembang di masyarakat terkait konflik di Suriah. Jangan Sampai, hal ini dimanfaatkan sel sel tidur kelompok garis keras untuk menduplikasi apa yang terjadi di Suriah ke Indonesia. Apalagi, kita memiliki pengalaman buruk dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang tertipu hijrah ke Suriah karena propaganda ISIS.

Andri Bima

Recent Posts

Wahabi-Salafi yang Meresahkan : Dari DIstorsi Naskah Kitab Ulama Klasik Hingga Ideologi Teror

Dalam kurun tahun 2023-2024 memang berita serangan aksi terorisme sudah bersih dan berkurang. Hal ini…

15 jam ago

Menjaga Iman dan Merawat Tanah Air

Akidah merupakan jantung kehidupan seorang Muslim. Sebagaimana akar yang kokoh menopang sebuah pohon, akidah memberikan…

15 jam ago

Proyeksi 2025; Akankah Dakwah Puritan Masih Digemari Muslim Gen Z Urban?

Dakwah Islam yang berkarakter puritan tengah menjadi tren belakangan ini. Terutama di jagad medsos. Dakwah…

15 jam ago

Tantangan Propaganda Digital : Tantangan Baru dengan Wajah Lama

Tahun baru seharusnya menjadi momen refleksi dan harapan. Namun, di tengah semangat optimisme pergantian tahun,…

2 hari ago

Harapan dan Strategi Baru Menghadapi Dinamika Tantangan Terorisme 2025

Tahun 2025 hadir dengan harapan baru bagi bangsa Indonesia. Keberhasilan mencatatkan "zero terrorist attack" sepanjang…

2 hari ago

Resolusi 2025: Mewaspadai Propaganda Radikal HTI dan Wahabi Berkedok Purifikasi

Salah satu bentuk propaganda yang perlu diwaspadai di tahun 2025 adalah upaya kelompok radikal seperti…

2 hari ago