Narasi

Tegas Tolak Ideologi Khilafah, Jaga Keutuhan NKRI

Rabu 19/8/2020 ada sebuah cuitan Facebook atas nama Abdul Hamid yang menghina ulama NU dan Khususnya Habib Luthfi bin Yahya. Setelah di telisik lebih jauh, diketahui bahwa pembuat status berada di kediaman di Rembang (Pasuruan). Berangkat dari kasus penghinaan inilah kemudian ratusan Banser meradang. Hingga pada tanggal 20/08/2020 sekitar 150 Banser yang dipimpin oleh Muafi memimpin aksi tabayun ke rumah Abdul Hamid Rembang. Setelah sampai di rumahnya, Abdul Hamid mengakui dengan sebenar-benarnya bahwa semua yang dituduhkan/atau status yang ada di sosial media itu memang dirinya yang menulis. Bahkan ia menambahkan sering melakukan pertemuan dengan angora HTI lainnya di sebuah lembaga pendidikan yang ada di Desa kalisat, Kecamatan Rembang.

Mendapati ada sebuah lembaga lain, Banser kemudian bergerak menuju lembaga pendidikan di Desa Kalisat yang sering dipakai sebagai tempat pertemuan HTI. Setelah sampai tujuan, rombongan Banser mendapati sebuah yayasan Al Hamidy Al Islamiyah, yang kemudian bertemu langsung dengan Zainulloh selalu pimpinan yayasan. Hingga pada titik fitalnya menemukan sebuah foto presiden Joko Widodo yang di coret di bagian matanya, diberi kumis. Yang dalam pandangan umum ini bisa disebut sebagai bullying terhadap orang yang menjadi nomer satu di Indonesia sekarang ini. Naasnya setelah bernegosiasi ternyata Zainullaoh selaku pemimpin HTI menolak menyatakan sikap untuk tidak menyebarkan ideologi organisasinya.

Hadirnya kasus ini, mengindikasikan bahwa persoalan tentang HTI belum benar-benar usai. Pada kenyataannya meskipun sudah dibubarkan secara formal oleh negara, tetapi HTI masih dengan enteng menyebarkan pahamnya. Sebuah paham yang sebenarnya sudah dibubarkan oleh pemerintah melalui Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017. Yang pada kenyataannya ideologi ini berseberangan dengan konsep yang diusung Indonesia yang mengadopsi Ideologi Pancasila.

Dari kasus ini, mengindikasikan bahwa Indonesia membutuhkan penjagaan yang kuat dalam menjaga kekokohan NKRI. Sederhananya, memang HTI sudah dibubarkan, tetapi sisa-sisa perjuangannya yang kukuh akan pendirian ideologi mungkin masih berkeliaran menyebarkan ideologi yang dianutnya. Terlebih bagi orang-orang desa pasti paham semacam ini akan sangat mudah diserap dan diamini mereka. Sebagaimana contoh dalam kasus ini, salah satu dari pemimpin mereka yang ditanya tentang wakil presiden ia tidak mengetahuinya. Hal ini bisa disinyalir, bahwa mereka sudah terdoktrin paham HTI, sehingga untuk mengenal wakil presiden yang juga merupakan salah satu tokoh ulama sekarang tidak menahu. Bahkan disebutkan juga, bahwa dalam lokasi tersebut tidak terpasang bendera merah-putih, yang sebenarnya sekarang masih memasuki momen kemerdekaan atau Agustusan.

Sebenarnya ketika melihat lebih jauh, Hizbut Tahrir sudah banyak dibubarkan di negara-negara lain, tidak hanya di Indonesia. Misalnya di Mesir juga pernah membubarkan Hizbut Tahrir pada tahun 1974 lantaran diduga terlibat upaya kudeta dan penculikan mantan atase Mesir. Di Suriah, organisasi ini dilarang lewat jalur ekstra-yudisial pada 1998. Tidak terkecuali juga Rusia dan Jerman yang juga melarang eksistensi organisasi. Di Rusia Mahkamah Agung Memasukkan Hizbut Tahrir dalam 15 organisasi teroris pada 200. Konsekuensinya, Hizbut Tahrir dilarang melakukan kegiatan apapun di Rusia.

Inilah yang kemudian menjadi acuan dalam menjaga keutuhan negara dan bangsa Indonesia. Bahwa pada faktanya organisasi Hizbut Tahrir memang tidak sesuai konsep yang diusung beberapa bangsa, termasuk Indonesia. Karena apabila dilihat dengan kaca mata ideologi Hizbur Tahrir lebih menekankan pada perjuangan membangkitkan umat Islam atau menjadikan negara Islam. Sedangkan Indonesia memiliki berbagai keragaman suku serta agama di dalamnya. Maka sudah sangat jelas, bahwa HTI sangat layak dibubarkan dari negara Indonesia, dengan tujuan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

This post was last modified on 24 Agustus 2020 6:49 PM

Sudiyantoro

Penulis adalah Penikmat Buku dan Pegiat Literasi Asli Rembang

Recent Posts

Kekerasan Performatif; Orkestrasi Propaganda Kebencian di Ruang Publik Digital

Dalam waktu yang nyaris bersamaan, terjadi aksi kekerasan berlatar isu agama. Di Sukabumi, kegiatan retret…

20 jam ago

Mengapa Ormas Radikal adalah Musuk Invisible Kebhinekaan?

Ormas radikal bisa menjadi faktor yang memperkeruh harmoni kehidupan berbangsa serta menggerogoti spirit kebhinekaan. Dan…

20 jam ago

Dari Teologi Hakimiyah ke Doktrin Istisyhad; Membongkar Propaganda Kekerasan Kaum Radikal

Propaganda kekerasan berbasis agama seolah tidak pernah surut mewarnai linimasa media sosial kita. Gejolak keamanan…

20 jam ago

Merawat Persatuan, Meredam Bara di Tengah Fanatisme Golongan

Peristiwa bentrokan antar kelompok yang terjadi di Pemalang, Jawa Tengah dan Depok, Jawa Barat beberapa…

20 jam ago

Apakah Ada Hadis yang Menyuruh Umat Muslim “Bunuh Diri”?

Jawabannya ada. Tetapi saya akan berikan konteks terlebih dahulu. Saya tergelitik oleh sebuah perdebatan liar…

2 hari ago

Persekusi Non-Muslim: Cerminan Sikap Memusuhi Nabi

Belum kering ingatan kita tentang kejadian pembubaran dengan kekerasan terhadap retreat pelajar di Sukabumi, beberapa…

2 hari ago