Narasi

Teroris Pahlawan Kesiangan

Kata orang bijak sejarah tidak mungkin berulang. Sejarah tetaplah sejarah tetapi bukan berarti kita tidak perlu mengungkit dan melupakan sejarah karena mereka yang lupa sejarah tidak akan mungkin memetik hikmah dan pelajaran dari sejarah itu sendiri. Belajar sejarah merupakan hal yang mutlak sehingga seseorang akan lebih bijak dalam menyikapi perkembangan zaman.

Umat Islam pada era awal zaman Nabi dan sahabatnya mampu membaca seluk-beluk beberapa imperium di sekitarnya baik secara sosial maupun ekonomi dan politik  sehingga mereka mampu menyebarkan dan menundukkan kekuatan-kekuatan pesaingnya yang ada di belahan dunia sekitarnya. Mereka telah menawarkan konsep-konsep hidup yang dapat diterima akal dan nurani sehingga mereka berbondong-bondong memeluk dan tunduk pada kebijakannya. Islampun tegak berdiri menguasai separuh dari belahan dunia tengah saat itu.

Salah satu yang mendorong para kelompok radikal teroris untuk bereaksi melawan pemerintahan di beberapa negara Islam karena bayang-bayang sejarah Islam yang pernah menghiasi peradaban dunia kala itu. Ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban semua ada pada kekhilafaan Islam. Ia ibarat magnet yang menarik perhatian semua kekuatan di dunia ini untuk mengetahui rahasia peradaban Islam. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kita menemukan terminologi-terminologi yang terkait dengan Islam seperti sejarah Islam, filsafat islam dan lain-lain sebagainya yang dikembangkan oleh sarjana-sarjana non-muslim. Bayang-bayang inilah yang membuat mereka ingin mengembalikan kejayaan Islam  sehingga nekad melakukan apa saja yang telah didoktrinkan oleh tokoh-tokoh mereka yang mendambakan Khilafah Islamiyah.

Berpikir dan mendambakan kembalinya era-era kejayaan Islam sebagaimana dulu adalah sesuatu yang wajar-wajar saja bahkan dapat dikatakan logis jika umat islam berusaha untuk mengembalikan kejayaan itu. Tapi persoalannya setiap masa punya logika tersendiri, masa lalu tidak mungkin dengan logika sekarang ini karena perubahan zaman dan karakter manusianya ikut mengalami perubahan. Jika peradaban dulu ingin dikawinkan dengan logika sekarang sudah barang tentu akan menghadapi resistensi yang kuat apalagi jika tidak memahami subtansi secara komprehensif.

Islam datang untuk mengikis kedhaliman yang dilakukan oleh kelompok tertentu terhadap kelompok lain yang tidak berdaya bukan saja secara ekonomi, tetapi juga secara sosial dan budaya. Islam menawarkan konsep hidup yang ideal bagi mereka sebagai manusia dan menentang keras pelanggaran hak asasi manusia atas nama kekuasaan dan kepentingan. Konsep ini juga dikembangkan oleh dunia saat ini terutama di dunia Islam walaupun terdapat sisi pandang yang berbeda namun pada intinya semua mengarah pada perlindungan dan eksistensi manusia itu sendiri sebagai makhluk tuhan yang paling mulia.

Jika kondisinya demikian lalu apa yang membuat kita untuk melawan mereka yang telah memperjuangkan dan mempertahankan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh Islam itu sendiri? Apakah karena kita tidak puas atau tidak mendapat kesempatan sehingga harus melawan mereka dengan berbagai cara yang menakutkan? Bukankah saatnya harus membuka mata, pikiran dan hati untuk bisa menyikapi perkembangan zaman dengan tetap menanamkan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw?

Yang aneh bin ajaib, karena anak-anak muda yang masih berumur kisaran 17-25 tahun yang nota bene belum memahami agama secara komprehensif kini tampil sebagai pahlawan-pahlawan yang memperjuangkan agama dengan berbagai cara. Mereka secara masif menyebar berbagai meme dan video untuk membentuk opini publik yang menyesatkan dan membenturkan antara kelompok dengan kelompok lain, memfitnah bahkan mencaci ulama-ulama yang telah memiliki kredibilitas ilmu dan pengetahuan. Aksinya pun bukan saja menakutkan, tetapi juga telah meresahkan masyarakat. Padahal jika kita kembali membuka lembaran sejarah betapa banyak tokoh-tokoh Islam dulu dan sekarang yang telah gigih memperjuangkan Islam secara benar tanpa melukai orang lain sehingga Islam tetap eksis dan mayoritas di muka bumi ini.

Jika mereka mengklaim bahwa dulu pada zaman Rasulullah Saw dan sahabatnya banyak kalangan muda yang tampil sebagai pahlawan berjuang bersama Rasulullah dan sahabatnya. Itu bisa diterima. Namun perlu diingat bahwa mereka itu hidup bersama Rasulullah dan sahabat-sahabatnya dan mendapat petunjuk langsung sehingga apapun yang mereka lakukan tidak akan keluar dari koridor kebijakan Rasulullah Saw dan sahabatnya yang merupakan orang-orang yang terbaik di era Islam.

Di era sekarang ceritanya tentu sangat berbeda. Oleh karena itu jauh sebelumnya baik Al Quran maupun hadis-hadis Nabi telah mengingatkan bagaimana kita sejatinya menjadi muslim yang baik selamat dunia dan akhirat tanpa harus menjadi pahlawan yang kesiangan. Wallahu alam.

This post was last modified on 31 Juli 2017 4:13 PM

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Pentingnya Etika dan Karakter dalam Membentuk Manusia Terdidik

Pendidikan memang diakui sebagai senjata ampuh untuk merubah dunia. Namun, keberhasilan perubahan dunia tidak hanya…

1 hari ago

Refleksi Ayat Pendidikan dalam Menghapus Dosa Besar di Lingkungan Sekolah

Al-Qur’an adalah akar dari segala pendidikan bagi umat manusia. Sebab, Al-Qur’an tak sekadar mendidik manusia…

1 hari ago

Intoleransi dan Polemik Normalisasi Label Kafir Lewat Mapel Agama di Sekolah

Kalau kita amati, berkembangbiaknya intoleransi di sekolah sejatinya tak lepas dari pola normalisasikafir…

1 hari ago

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

2 hari ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

2 hari ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

2 hari ago