Categories: Narasi

Tips Tidak Cepat Marah

Marah merupakan kondisi dimana seseorang begitu bergejolak secara emosi. Ada kalanya marah memiliki sisi positif, karena dengan marah seseorang dapat mengoreksi diri dan menemukan ‘semangat’-nya untuk segera melakukan perbaikan. Namun tidak jarang –dan ini yang paling sering terjadi-, marah berwujud dalam bentuk-bentuk negatif, akibat yang ditimbulkan juga kontra-produktif. Marah jenis ini (negatif) kerap membuat penalaran seseorang menjadi berantakan, sehingga apapun yang dikatakan/lakukan kerap kali berada di luar kesadaran -dan tidak jarang berakibat fatal-.

Dalam sebuah hadis sahih diceritakan bahwa suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Rasul SAW, ia kemudian berkata: “berikanlah nasihat kepada saya!” dan Rasulallah pun berkata, “jangan marahm,” kemudian ia mengulanginya lagi, dan rasul kembali berkata, “jangan marah.” (HR.Bukhori). Dalam riwayat lain, Rasulallah SAW berkata: “jangan marah dan kamu akan mendapatkan surga.”

Marah dapat disebabkan oleh beragam sebab, oleh karenanya sebelum marah menjadi tidak terkendali, sebaiknya kita mengetahui sebab-sebabnya agar dapat segera dihindari. Beberapa hal yang paling sering menjadi penyebab kemarahan adalah;

  1. Sombong atau angkuh

Seseorang yang sombong terlalu sering menganggap diri lebih baik daripada orang lain. apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh orang lain selalu dianggap kurang atau bahkan salah. Orang yang sombong tidak senang jika ada orang lain yang melakukan hal yang lebih baik dari dirinya, alih-alih memberikan apresiasi, orang yang sombong malah akan sibuk mencari kekurangan dari hal baik yang dilakukan oleh orang lain tersebut. Kesombongan sangat dekat dengan kemarahan, semakin sombong seseorang maka semakin mudah marah ia.

  1. Negative Thinking

Selalu curiga dan berprasangka buruk terhadap segala hal adalah salah satu penyebab marah yang paling ‘ampuh’. Apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh orang lain tidak pernah benar di matanya, sehingga ketika ada orang lain yang melakukan sesuatu yang tidak ia senangi (meski hal tersebut benar), maka ia akan marah. Karenanya,  ‘merawat’ negative thinking sama halnya dengan membiarkan diri untuk berada dalam kondisi mudah marah. Padahal apapun yang dikatakan dan dilakukan orang yang sedang marah, hampir pasti akan salah.

  1. Rakus

Orang yang rakus adalah mereka yang sudah lupa cara bersyukur. Selalu merasa kurang dan cenderung menghalalkan segala cara untuk menutup kekurangan tersebut. Orang yang rakus tidak pernah merasa tenang, oleh karenanya ia akan mudah marah.

Beberapa ulama Islam kerap mengartikan marah sebagai ‘campur tangan’ setan yang berusaha menutup nalar dan kesadaran manusia, mereka berusaha menggiring manusia untuk berlaku buruk agar manusia semakin terpuruk.

Setan adalah makhluk Allah yang diciptakan dari api, satu-satunya cara untuk memadamkan api adalah dengan menyiramkan air. Syekh Sayyid Nada, salah seorang ulama besar Muslim menyatakan bahwa marah adalah api setan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf. Oleh karenanya obat mujarab untuk meredakan marah adalah dengan wudlu atau mandi.

Rasulullah SAW menyarankan agar kita mengubah posisi badan untuk meredakan marah. Dalam sebuah hadist disebutkan, Rasulullah bersabda; “Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring.” (HR Ahmad).  Sementara dalam alquran disebutkan bahwa Allah akan memuliakan hambanya yang mampu memberi maaf tatkala ia sedang marah. Allah berfirman dalam surat Asy-Syuura: 37) “…dan jika mereka marah mereka memberi maaf.”

Bersabar dan memberi maaf adalah dua hal yang  –meskipun terkadang terasa berat—sangat mujarab untuk membuat marah segera minggat. Silahkan dicoba!

This post was last modified on 16 Juni 2015 1:59 PM

Khoirul Anam

Alumni Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS), UGM Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Salafiyah Syafiyah, Sukorejo, Situbondo, Jatim dan Ponpes al Asyariah, kalibeber, Wonosobo, Jateng. Aktif menulis untuk tema perdamaian, deradikalisasi, dan agama. Tinggal di @anam_tujuh

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

11 jam ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

11 jam ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

11 jam ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

1 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

1 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

1 hari ago