Tak ada Indonesia tanpa persatuan. Semangat persatuan yang digagas oleh para pendiri bangsa mampu mengentaskan negeri ini dari belenggu kolonialisme. Anak-anak bangsa waktu itu menyadari pentingnya persatuan untuk menghentikan dan mengatasi kolonialisme yang telah berurat dan berakar di negeri ini. Bahwa kelemahan paling utama sehingga Indonesia bisa dijajah adalah karena tidak bersatu.
Sesungguhnya, jati diri bangsa Indonesia sejak masih bernama Nusantara merupakan suatu bangsa yang sangat menghargai perbedaan. Sekakipun semangat itu sempat terkoyak oleh tekanan kolonialisme melalui politik adu domba atau yang terkenal dengan devide et Impera. Sejarah mencatatkan tinta emas bagaimana kemudian anak bangsa ini berhasil mengembalikan jati diri mereka, mengenyampingkan aneka kepentingan baik menyangkut kesukuan, ras, etnik, warna kulit, agama, ideologi, maupun kepercayaan.
Kesadaran akan pentingnya merekatkan persatuan dalam kebhinekaan tersebut berhasil mengantarkan bangsa ini menghirup udara kemerdekaan. Suatu warisan yang harus selalu dipertahankan oleh generasi berikutnya, termasuk generasi kita sekarang. Pilar-pilar persatuan nasional seperti yang ada dalam sila ketiga Pancasila “Persatuan Indonesia” dan Pembukaan UUD 45 pada alinea keempat “Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Persatuan Indonesia” harus selalu tertanam dalam setiap pribadi penduduk Indonesia.
Sayangnya, semangat kesadaran akan kebhinekaan tersebut akhir-akhir ini mulai digerogoti. Ada upaya untuk menceraikan persatuan yang telah terbina secara baik. Salah satunya adalah menguatnya gejala intoleransi. Virus intoleransi menyebar ke semua lini tanpa terkecuali. Publik Indonesia diramaikan oleh tontonan tindakan intoleransi yang mengancam persatuan.
Penyemaian dan persebaran bibit intoleransi berjalan begitu cepat, terutama di media sosial. Bersamaan dengan itu paham radikal juga mengalami perkembangan pesat. Sebab intoleransi dan radikalisme memiliki hubungan erat tak terpisahkan. Intoleransi sebagai hulu dan hilirnya adalah radikalisme. Akibat dari keduanya adalah aksi-aksi terorisme seperti bom bunuh diri.
Untuk itu, diperlukan suatu upaya untuk memutus mata rantai penyemaian dan persebaran virus intoleransi dan segala hal yang berpotensi merusak persatuan. Di antara usaha yang harus dilakukan adalah memperkuat pendidikan multikulturalisme untuk menangkal bibit-bibit virus intoleransi. Sebab virus intoleransi berpotensi menjangkiti para siswa di sekolah. Generasi muda dalam hal ini para siswa harus dibekali dengan pendidikan multikulturalisme supaya kesadaran akan pentingnya persatuan tetap terpelihara dengan baik.
Pendidikan Multikultural untuk Menguatkan Persatuan
Pendidikan multikulturalisme semakin penting digencarkan saat ini, ditekankan terus agar generasi muda kita tidak mengkhianati sumpah pemuda. Sebagaimana diketahui bersama, virus intoleransi juga kerap kali muncul di lingkungan pendidikan. Hal itu berpotensi memisahkan nilai-nilai kebhinekaan dari bangsa Indonesia.
Untuk memproteksi penyebaran virus intoleransi dan paham radikal di lingkungan pendidikan yang berpotensi merusak rajutan persatuan bangsa, maka peran para pendidik (guru) sangat menentukan untuk menggencarkan penanaman pendidikan multikulturalisme guna menangkal peserta didik dari virus intoleransi dan paham radikal.
Sementara penyumbang paling dominan penyemaian benih intoleransi adalah doktrin agama yang disuguhkan dengan bangunan eksklusifitas yang superior. Model beragama yang menghadirkan kengerian dan ketakutan. Kengerian akan hadirnya umat yang berbeda agama dan dianggap sebagai ancaman, serta ketakutan eksistensi keagamaannya digerus oleh penganut agama lain atau aliran lain sekalipun seagama.
Jihad dengan penafsiran yang sangat artifisial, bom bunuh diri, persekusi dan pemaksaan untuk mengikuti ajaran agama tertentu atau aliran tertentu merupakan praktik akibat dari ketakutan dan kengerian atas adanya perbedaan yang dianggap sebagai ancaman. Syiar-syiar kebencian terhadap yang berbeda selalu dikumandangkan dengan alasan tidak kebenaran selain yang diyakini kelompoknya.
Para siswa harus diberikan kesadaran bahwa perbedaan sampai kapanpun akan tetap ada sebab telah menjadi kehendak Tuhan. Karenanya, anak didik harus selalu terdidik menerima kenyataan akan adanya kebenaran yang diyakini orang lain. Pada satu sisi seseorang memang harus meyakini agamanya paling benar, namun dalam saat bersamaan harus diyakinkan pula jika ada orang lain yang berpandangan agamanya paling benar juga.
Penanaman karakter seperti ini tidak mengurangi porsi beragama seseorang. Justru, semakin mempertebal keimanan dengan meyakini bahwa perbedaan merupakan sesuatu yang harus diterima. Menerima kenyataan akan kemestian adanya perbedaan akan melahirkan sikap menghormati kemanusiaan sebagai nilai luhur dan selalu menjaga aktifitas supaya tidak menciderai kemanusiaan.
Oleh karena itu, penanaman toleransi dan multikulturalisme merupakan sesuatu yang penting untuk memperkuat ikatan persatuan yang telah terbukti mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap kedaulatan bangsa. Persatuan itu nantinya yang akan memperkuat persaudaraan dan kebangsaan sebagai modal utama menciptakan peradaban bangsa Indonesia yang maju.
This post was last modified on 19 September 2023 11:55 AM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…