Narasi

Vaksinasi dan Edukasi : Dua Kunci Menghadapi Pandemi

Sudah genap 16 bulan Indonesia merasakan wabah covid-19. Di samping simpati dan empati, narasi provokasi baik dunia nyata maupun dunia maya ternyata banyak bertebaran di masa pandemic ini. Di tengah para pihak berjuang melawan penyebaran virus ini dan saat masyarakat merasa sudah lelah akibat dampak Covid-19 ini, para penghasut semakin gencar mengkontaminasi pemikiran masyarakat.

Harus diakui bahwa pandemi ini memang tidak hanya menyentuh aspek kesehatan masyarakat, tetapi juga berdampak multidimensi. Sisi kehidupan seluruh masyarakat dari pendidikan, sosial, ekonomi bahkan hingga keagamaan menjadi tergoncang. Dalam proses adaptasi ini, sunggug mengerikan narasi yang berkembang di media sosial.

Kita awal melihat bahwa narasi dimulai dengan cara membenturkan antara kebijakan dengan kondisi aktifitas keagamaan. Narasi ini tidak cukup berhasil karena kekuatan tokoh dan ormas moderat cukup sigap dalam mengedukasi masyarakat. Para provokator nampaknya gigit jari.

Narasi selanjutnya adalah tentang ekonomi. Lesunya kondisi ekonomi masyarakat akibat dampak kebijakan penanganan virus corona dinilai akan mudah digodok sebagai narasi provokasi. Kebijakan PSBB ataupun PPKM akan dibingkai sebagai kebijakan yang tidak memihak dan mematikan penghasilan atau pemasukan sehari-hari masyarajat.

Apa yang ingin ditargetkan adalah gerakan massal untuk menolak kebijakan dan terjadinya anarki seperti ketika chaos masa krisis dulu Masyarakat menengah ke bawah rasanya akan dipandang lebih mudah terprovokasi dengan berita-berita yang terkait akibat dampak kebijakan pemerintah tersebut terhadap aspek ekonomi karena menyangkut kehidupan mereka.

Apa yang harus dilakukan oleh para provokator adalah menjadikan isu kebijakan corona sebagai ajang peolakan pemerintah. Pada tahap selanjutnya akan muncul public distrust terhadap pemerintah yang akan berujung pada proses delegitimasi. Siapa yang bermain?

Tentu bukan sekedar masyarakat yang murni menyuarakan keprihatinan ekonomi. Penumpang gelap para politisi busuk berupaya untuk mengeksploitasi wabah corona demi memenuhi kepentingan politiknya yang sejak awal anti pemerintah saat ini. Anti bukan berarti oposisi, tetapi lebih pada tidak mengakui sejak awal struktur kepemimpinan yang ada.

Dua Kunci untuk Menghadapi Provokasi

Meski sudah banyak masyarakat yang mengetahui hal ini, namun menghilangkan provokasi terkait corona bukanlah mudah. Bagaimana tidak, nyaris setiap hari para provokator memproduksi berita-berita hoax yang dapat mengacaukan akal sehat publik yang membacanya. Mereka rajin melempar isu di beberapa media sosial.

Tentu kerja keras untuk melakukan vaksinasi harus menjadi prioritas utama untuk menumbuhkan daya tahan masyarakat terhadap virus. Vaksinasi harus disukseskan sebagai kunci pertama dalam melawan penyebaran virus ini. Walaupun tidak 100 persen bisa mencegah, tetapi vaksin mampu mengurangi dampak buruk dari serangan mematikan virus ini.

Selain vaksinasi, terpenting sebagai kunci kedua adalah edukasi. Dalam melawan narasi atau opini yang berisi isu provokatif, pemerintah juga melakukan beberapa cara dengan menyebarluaskan berita positif yang berisi harapan pada masyarakat seperti memperlihatkan kerja keras dari para tenaga kesehatan yang patut diapresiasi oleh masyarakat luas. Selain itu juga tentang upaya serius pemerintah dalam melawan penyebaran Covid-19 ini juga sangat penting untuk dipublikasikan agar masyarakat bisa mengetahui pemerintah tidak sedang berdiam diri.

Selain itu, edukasi selanjutnya yang harus disebarluaskan kepada masyarakat luas adalah sikap cerdas dalam mengenali informasi supaya mereka tidak mudah terprovokasi. Masyarakat haruslah sadar, dengan berita provokasi sebetulnya mampu memecah belah bangsa. Pemerintah dengan menggandeng tokoh dan organisasi masyarakat harus meyakinkan masyarakat untuk tidak mudah mengambil informasi tanpa proses verifikasi yang benar.

Vaksinasi dan edukasi adalah dua paket yang harus berjalan secara simultan. Masyarakat tidak hanya dihimbau untuk melakukan vaksin, tetapi juga harus menerima edukasi informasi yang memadai tentang pentingnya vaksin, kebijakan dan harapan besar bangsa ini untuk bisa melalui krisis saat ini. Butuh bergerak bersama dalam melawan pandemi ini.

This post was last modified on 29 Juli 2021 3:52 PM

Imam Santoso

Recent Posts

Pembelajaran dari Mitologi Kuda Troya dalam Ancaman Terorisme

Di tengah sorotan prestasi nihilnya serangan teror dalam beberapa tahun terakhir, kita mungkin tergoda untuk…

6 jam ago

Jejak Langkah Preventif: Saddu al-Dari’ah sebagai Fondasi Pencegahan Terorisme

Dalam hamparan sejarah peradaban manusia, upaya untuk mencegah malapetaka sebelum ia menjelma menjadi kenyataan bukanlah…

9 jam ago

Mutasi Sel Teroris di Tengah Kondisi Zero Attack; Dari Faksionalisme ke Lone Wolf

Siapa yang paling diuntungkan dari euforia narss zero terrorist attack ini? Tidak lain adalah kelompok…

9 jam ago

Sadd al-Dzari’ah dan Foresight Intelijen: Paradigma Kontra-Terorisme di Tengah Ilusi Zero Attack

Selama dua tahun terakhir, keberhasilan Indonesia menangani terorisme dinarasikan melalui satu frasa kunci: zero terrorist…

1 hari ago

Membaca Narasi Zero Terrorist Attack Secara Konstruktif

Harian Kompas pada tanggal 27 Mei 2025 lalu memuat tulisan opini berjudul "Narasi Zero Attack…

1 hari ago

Merespon Zero Attack dengan Menghancurkan Sekat-sekat Sektarian

Bagi sebagian orang, kata “saudara” sering kali dipahami sempit, hanya terbatas pada mereka yang seagama,…

1 hari ago