Narasi

Waktunya Pemuda Bersih-Bersih “Serpihan” Sampah Radikalisme di Sosmed

Karakter radikalisme di sosial media itu tidak selamanya utuh. Dia tidak vulgar dan tidak pula secara terang-benderang mengajak seseorang ke dalam tindakan radikal. Dia lebih bersifat serpihan-serpihan sampah yang dapat mengotori pikiran seseorang secara perlahan.

Misalnya, banyak video hoax dan fitnah terkait isu konflik Palestina-Israil dengan menggiring opini; pemerintah kita dianggap acuh terhadap situasi yang ada di Palestina. Secara ideologi, melahirkan orientasi “civil distrust” cara pandang masyarakat ke dalam bentuk kekecewaan dan kebencian atas pemerintah.

Melihat problem semacam itu, sudah waktunya pemuda bangkit. Ini adalah (quality time) pemuda untuk bersih-bersih “serpihan” radikalisme yang menjadi sampah di masyarakat. Agar, serpihan-serpihan radikalisme itu tidak berkumpul menjadi satu (ideologi utuh). Lalu bertransformasi dari radikalisme ke terorisme. 

Seperti menjelang pemilu 2024 ini. Ada begitu banyak narasi hoax dan fitnah yang dibuat tentang para calon pemimpin kita. Dengan tujuan, masyarakat alergi, tidak percaya, menganggap semua dianggap akan menghancurkan tatanan negara. Cara pandang (pesimisme bernegara) yang semacam itu adalah bentuk dari serpihan radikalisme yang begitu cepat menjadi radikalisme utuh yang harus segera dibersihkan oleh pemuda.

3 Pola Bersih-Bersih Serpihan Radikalisme di Sosial Media

            Pertama, mengembalikan semangat yang positif dalam bernegara. Sebagaimana yang kita tahu, serpihan radikalisme itu selalu membawa “pikiran” yang negatif, pesimis dan membuat masyarakat kurang bangga dalam bernegara. Sehingga, pola serpihan radikalisme semacam itu, sangat mudah membuat seseorang memiliki ide radikalisme secara utuh.

Maka, trend sumpah pemuda masa kini adalah mengupayakan kontra-narasi dan membawa narasi-narasi positif dalam bernegara. Artinya, ketika ada pandangan positif bernegara, di situ akan memiliki sebentuk kekebalan dalam diri tiap orang. Sebab, serpihan radikalisme tumbuh dari konten/narasi yang selalu membuat masyarakat acuh dalam bernegara dan hilangnya kebanggaan dalam bernegara.

Kedua, menyalurkan kreativitas pemuda dalam menyampaikan pesan-pesan cinta tanah air. Secara konsekuensi logis, pemuda akan membawa pengaruh terhadap pemuda lain dan bahkan orang-orang yang dalam kategori (orang tua). Pemuda perlu mendorong kesadaran: “Jika pemuda-pemuda memiliki spirit cinta tanah air, masak yang tua kalah yang yang lebih muda”.

Misalnya, membuat konten tentang cinta keragaman, bermain bersama meskipun tak sama, membuat konten-konten kreatif tentang pentingnya menjaga NKRI. Sehingga dengan spirit pemuda yang semacam inilah, niscaya akan tumbuh pikiran-pikiran yang jauh dari orientasi anti-kebangsaan dan bisa kebal dari pola-propaganda narasi serpihan radikalisme itu.

Ketiga, peran pemuda dalam membawa narasi damai dan komitmen menjaga kebangsaan menjelang pemilu 2024. Sebagaimana yang kita tahu, pemilu 2024 tidak hanya menghasilkan ekspresi-ekspresi dukungan satu-sama lain antar lawan politik. Tetapi juga melahirkan banyak propaganda fitnah, sentiment, adu-domba dan munculnya pola radikalisme serpihan melalui gagasan demokrasi yang dianggap gagal atau sesat atau dianggap maksiat.

Maka, di sinilah pentingnya membangun trend sumpah pemuda di sosial media. Melibatkan kemampuan pemuda yang canggih. Dapat membawa pengaruh ke dalam platform sosial media dengan pesan-pesan perdamaian, kontestasi politik yang sehat dan bisa tetap menjaga semangat kebangsaan dengan tidak terpengaruh oleh ideologi yang sengaja ingin merusak tatanan negeri menjelang pemilu 2024 itu.

Sebagaimana dalam konteks membersihkan serpihan radikalisme di sosial media. Dengan 3 pan prinsip tadi, niscaya pemuda dapat meng-counter segala bentuk narasi-narasi yang melahirkan pandangan kekecewaan, anti-bernegara dan kebencian atas pemerintahan yang sah. Semua pandangan-pandangan semacam itu adalah bagian dari serpihan radikalisme yang harus segera dibersihkan sebelum menjadi radikalisme utuh. 

This post was last modified on 2 November 2023 2:43 PM

Saiful Bahri

Recent Posts

Sesat Pikir Pengkafiran terhadap Negara

Di tengah dinamika sosial dan politik umat Islam, muncul kecenderungan sebagian kelompok yang mudah melabeli…

4 hari ago

Dekonstruksi Syariah; Relevansi Ayat-Ayat Makkiyah di Tengah Multikulturalisme

Isu penerapan syariah menjadi bahan perdebatan klasik yang seolah tidak ada ujungnya. Kaum radikal bersikeras…

4 hari ago

“Multikulturalitas vis-à-vis Syariat”, Studi Kasus Perusakan Makam

Anak-anak tampak menjadi target prioritas kelompok radikal teroris untuk mewariskan doktrin ekstrem mereka. Situasi ini…

4 hari ago

Bertauhid di Negara Pancasila: Menjawab Narasi Radikal tentang Syariat dan Negara

Di tengah masyarakat yang majemuk, narasi tentang hubungan antara agama dan negara kerap menjadi perbincangan…

5 hari ago

Penangkapan Remaja Terafiliasi ISIS di Gowa : Bukti Nyata Ancaman Radikalisme Digital di Kalangan Generasi Muda

Penangkapan seorang remaja berinisial MAS (18 tahun) oleh Tim Densus 88 Antiteror Polri di Kabupaten…

5 hari ago

Jalan Terang Syariat Islam di Era Negara Bangsa

Syariat Islam dalam konteks membangun negara, sejatinya tak pernah destruktif terhadap keberagaman atau kemajemukan. Syariat…

5 hari ago