Narasi

Waspada Para “Pembangkang” di Tengah Musibah Pandemi!

Pada hakikatnya, orang yang selama ini sering-kali “membangkang” di setiap aturan protokol kesehatan, menolak vaksinasi dan bahkan menolak kebijakan PPKM, senyatanya mereka-mereka ini sebetulnya sama-sekali tidak akan (bertanggung-jawab) di tengah kegentingan musibah yang kita alami selama ini. Karena dengan membangkang, sama saja mereka enggan atas keselamatan dirinya dan termasuk keselamatan kita bersama.

Oleh karena itu, kita perlu waspada terhadap para “pembangkang” di tengah musibah pandemi covid-19 ini. Karena, mereka seperti hanya mengajak kita untuk “bunuh diri” di tengah penularan dan penyebaran covid-19 yang terus membludak. Karena jelas, mereka hanya bermodal pembangkangan, berkomentar miring, lalu memprovokasi masyarakat, agar ikut menolak segala kebijakan etis yang ada.

Bahkan secara reflektif,  mereka senyatanya tidak memiliki solusi yang konstruktif untuk bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik. Justru, dengan pembangkangan inilah, bangsa ini semakin terombang-ambing ke dalam situasi yang semakin buruk. Akibat penularan dan penyebaran yang semakin melonjak di berbagai daerah.

Maka, sangat tidak masuk akal, jika kita masih mengikuti setiap omongan orang yang tidak bertanggung-jawab atas keadaan ini. Yaitu  mereka yang hanya membangkang, tetapi sama-sekali tidak memiliki rasa tanggung-jawab atas keselamatan kita di tengah musibah pandemi ini. Apakah kita akan terus seperti itu?

Misalnya dalam contoh kasus, ada begitu banyak para pembangkang yang ngotot menolak untuk menggunakan masker. Entah asumsi yang digunakan seperti tidak baik untuk pernapasan atau alasan lainnya yang tidak bisa dibuktikan secara medis. Lantas, ketika kita mengikuti omongannya (misalnya), lalu kita tidak menggunakan masker. Lantas, apakah ketika kita tertular atau justru menulari seseorang, karena telah positif tertular covid-19, apakah orang yang membangkang tersebut mau bertanggung-jawab atas kejadian ini? Saya rasa mereka hanya bisa diam dan membisu.

Bahkan, dalam contoh lain misalnya para pembangkang ini sengaja memprovokasi masyarakat agar menolak vaksinasi. Pun berbagai narasi hoax mulai dibuat agar masyarakat ketakutan dan menolak untuk divaksin. Tentu, alasan utamanya hanya membangkang segala kebijakan yang etis tersebut. Sehingga, penularan dan penyebaran covid-19 semakin membludak Segala aktivitas sosial-masyarakat mulai kembali ditutup dengan adanya kebijakan PPKM. Lantas, apakah para pembangkang yang sering-kali berkoar-koar agar masyarakat menolak vaksinasi bisa bertanggung-jawab atas keadaan yang genting seperti ini? Tentu jawabannya tidak.

Bahkan, ketika kebijakan PPKM berjalan, para pembangkang ini terus berupaya untuk memprovokasi masyarakat untuk menolak dan memberontak. Seolah aktivitas keagamaan masyarakat sengaja ditutup. Sebagaimana aturan PPKM untuk melarang segala aktivitas ibadah di rumah Ibadah. Tentu, aturan ini sengaja dibuat berupa narasi kebencian oleh para pembangkang agar masyarakat memahami bahwa ini bentuk lain dari diskriminasi pemerintah terhadap umat beragama.

Sehingga, penularan dan penyebaran covid-19 justru semakin bertambah. Sebagaimana di beberapa daerah mulai semakin membludak penularan-nya. Setelah melakukan kerumunan massal di rumah ibadah. Lantas, semua kejadian di atas ini, apakah mereka-mereka ini para “pembangkang” mau, bisa dan sedia untuk bertanggung-jawab atas kejadian ini? Apakah mereka bisa mengubah keadaan yang begitu genting ini bisa berubah menjadi lebih baik?

Saya rasa, pertanyaan-pertanyaan yang semacam itu seperti “ketukan hati dan akal sehat” bagi kita semua untuk merenung dan berpikir. Bahwa para pembangkang yang sering-kali “membangkang” di setiap kebijakan etis pemerintah, sejatinya mereka-mereka ini tidak bisa bertanggung-jawab atas keadaan ini. Mereka hanya memprovokasi kita untuk tidak menggunakan masker, menolak vaksinasi dan bahkan melanggar aturan PPKM. Lantas, ketika kita sudah (positif covid-19) mereka seperti menggulung tikar tanpa (rasa tanggung-jawab). Lantas, hanya kitalah yang menderita.            

Oleh karena itu, kita perlu waspada terhadap narasi provokatif yang sengaja dibuat oleh para pembangkang. Karena, mereka sejatinya tidak memiliki daya untuk bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik. Justru, pembangkangan yang dilakukan, hanya akan menjadikan keadaan ini semakin buruk. Sebagaimana penularan dan penyebaran covid-19 yang akan terus membludak hingga membawa kita semakin tergerus ke dalam kegentingan. Akibat kita terlalu “bodoh” karena mudah percaya dengan para “pembangkang” yang sejatinya, mereka-mereka ini tidak bertanggung-jawab atas keadaan ini.

This post was last modified on 26 Juli 2021 12:57 PM

Sitti Faizah

Recent Posts

Kultur yang Intoleran Didorong oleh Intoleransi Struktural

Dalam minggu terakhir saja, dua kasus intoleransi mencuat seperti yang terjadi di Pamulang dan di…

1 hari ago

Moderasi Beragama adalah Khittah Beragama dan Jalan Damai Berbangsa

Agama tidak bisa dipisahkan dari nilai kemanusiaan karena ia hadir untuk menunjukkan kepada manusia suatu…

1 hari ago

Melacak Fakta Teologis dan Historis Keberpihakan Islam pada Kaum Minoritas

Serangkaian kasus intoleransi dan persekusi yang dilakukan oknum umat Islam terhadap komunitas agama lain adalah…

1 hari ago

Mitos Kerukunan dan Pentingnya Pendekatan Kolaboratif dalam Mencegah Intoleransi

Menurut laporan Wahid Foundation tahun 2022, terdapat 190 insiden intoleransi yang dilaporkan, yang mencakup pelarangan…

1 hari ago

Jaminan Hukum Kebebasan Beragama bisa Menjamin Toleransi?

Indonesia, dengan kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan yang beragam, seharusnya menjadi contoh harmoni antar umat…

2 hari ago

Mencegah Persekusi terhadap Kelompok Minoritas Terulang Lagi

Realitas kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan di Indonesia seharusnya menjadi fondasi untuk memperkaya keberagaman, namun…

2 hari ago