Categories: Keagamaan

Tabligh Sebagai Basis Metode (Base of Method)

Tabligh sebagai salah satu sifat Nabi Saw., umumnya diartikan dengan menyampaikan. Seorang Nabi atau Rasul memang punya sebuah misi untuk menyampaikan ajaran Allah Swt., pada umatnya. Dan, sangat mustahil seorang Nabi atau Rasul untuk menyembunyikan (kitman) ajaran Allah Swt.

Dalam menyampaikan ajaran Allah Swt., seorang Nabi atau Rasul tentu punya cara atau metode yang tepat. Karena tanpa cara atau metode yang tepat, sangat mustahil misinya berhasil. Sejarah mencatat bahwa misi yang diemban Nabi Saw., berhasil secara optimal. Hal ini terbukti kalau sampai saat ini Islam masih ada dan tetap berkembang. Namun bukan itu yang menjadi intinya. Melainkan pada cara atau metode Nabi Saw., dalam menyampaikan ajaran Allah Swt.

Jika melihat data sejarah baik yang ada di dalam Alquran, riwayat hadis maupun sejarah secara umum, dalam tabligh Nabi Saw., selalu ada muatan-mutan etisnya. Ia tidak tabligh secara serampangan, apalagi frontal. Melainkan mengedepankan etika dalam segala sesuatunya.

Salah satu contohnya adalah ketika Nabi Saw., berdakwah (tabligh) secara verbal, ia menggunakan pilihan diksi dan gaya ungkapan yang tepat. Ketika berhadapan dengan kaum elit, diksi dan gaya paparannya pun elitis. Namun ketika berhadapan dengan masyarakat biasa, ia memilih diksi dan gaya ungkapan yang populis. Bagaimanapun, ketepatan metode adalah yang utama.

Contoh lain, ketika berdakwah secara tindakan pun, Nabi Saw., selalu mengedepankan tindakan yang salih nan lemah lembut. Kalaupun dalam sejarah dikatakan bahwa Islam disebarkan melalui perang, jangan langsung terjebak bahwa dalam berdakwah harus melalui kekerasan. Namun harus dicermati terlebih dahulu situasi dan kondisi saat itu. Perang adalah cara alternatif yang digunakan Nabi Saw., bukan cara utama. Itu pun harus menunggu persetujuan dari Allah Swt.

Sebelumnya  Sesudahnya

This post was last modified on 9 September 2015 12:01 PM

Imam Malik

Adalah seorang akademisi dan aktifis untuk isu perdamaian dan dialog antara iman. ia mulai aktif melakukan kampanye perdamaian sejak tahun 2003, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Center for Religious and Sross-cultural Studies, UGM. Ia juga pernah menjadi koordinator untuk south east Asia Youth Coordination di Thailand pada 2006 untuk isu new media and youth. ia sempat pula menjadi manajer untuk program perdamaian dan tekhnologi di Wahid Institute, Jakarta. saat ini ia adalah direktur untuk center for religious studies and nationalism di Surya University. ia melakukan penelitian dan kerjasama untuk menangkal terorisme bersama dengan BNPT.

Recent Posts

Soft Terrorism; Metamorfosa Ekstremisme Keagamaan di Abad Algoritma

Noor Huda Ismail, pakar kajian terorisme menulis kolom opini di harian Kompas. Judul opini itu…

11 jam ago

Jangan Terjebak Euforia Semu “Nihil Teror”

Hiruk pikuk lini masa media sosial kerap menyajikan kita pemandangan yang serba cepat berubah. Satu…

13 jam ago

Rejuvenasi Pancasila di Tengah Fenomena Zero Terrorist Attack

Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Peringatan itu merujuk pada pidato Bung Karno…

13 jam ago

Menjernihkan Makna “Zero Terrorist Attack” : Dari Penanggulangan Aksi Menuju Perang Narasi

Dalam dua tahun terakhir, Indonesia patut bersyukur karena terbebas dari aksi teror nyata di ruang…

13 jam ago

Sesat Pikir Pengkafiran terhadap Negara

Di tengah dinamika sosial dan politik umat Islam, muncul kecenderungan sebagian kelompok yang mudah melabeli…

6 hari ago

Dekonstruksi Syariah; Relevansi Ayat-Ayat Makkiyah di Tengah Multikulturalisme

Isu penerapan syariah menjadi bahan perdebatan klasik yang seolah tidak ada ujungnya. Kaum radikal bersikeras…

6 hari ago