Narasi

Banjir di Jeddah dan Gempa Bumi di Cianjur: Bukti tidak Menerapkan Khilafah?

Ada sebuah anggapan, bahwa gempa bumi yang terjadi di Cianjur itu sebagai hukuman/azab terhadap bangsa ini, karena tidak menegakkan khilafah/syariat Islam. Lantas, bagaimana dengan Banjir yang terjadi di Jeddah, Arab Saudi itu?

Kalau kita berpikir jernih secara teologis, keduanya sebetulnya tidak ada bedanya yaitu sama-sama musibah. Fakta keduanya adalah bentuk kebenaran Tuhan yang berpijak kepada kehendak-Nya yang maha adil. Namun yang membedakan cara pandang keduanya adalah (kebencian dan nilai politis) yang mengakar di dalamnya.

Kurang “islami” apa negara Arab Saudi itu? Namun Allah SWT tetap memberikan musibah berupa banjir. Dari sinilah kita sebetulnya perlu sadar, bahwa anggapan tentang azab/hukuman terhadap negara yang tidak menegakkan khilafah merupakan logika yang cacat dan mencoba mengait-kaitkan kejadian yang semacam itu ke dalam kepentingan politik untuk membodohi dan menguasai tatanan.

Dalam konteks musibah, umat manusia sebetulnya berada dalam situasi “kosong pemahaman” yang hanya meniscayakan pijakan teologis untuk “sabar, menerima dan ada hikmah” di dalamnya. Siapa-pun tidak bisa memahami alasan-alasan logis di balik segala kejadian apa-pun yang telah diberikan oleh-Nya.  

Musibah tentu berkaitan dengan tanggung-jawab kita sebagai khalifah fil ardh. Di mana, Tuhan tidak memandang sistem berbangsa-nya seperti apa, ras-nya apa, bahasanya apa dan bahkan agamanya apa. Karena, ketika diberikan sebuah bencana/musibah ini tidak ada kaitannya dengan (identitas) melainkan ada kaitannya dengan (kualitas perilaku) kita yang mungkin kurang baik di dalam menjaga alam. 

\Lantas kalau kita berpikir kritis, apa sebetulnya yang spesial dengan ideologi khilafah itu? Kalau berbicara tentang sebuah janji yang tidak bisa ditepati, siapa-pun bisa melakukan itu. Namun dalam konteks tindakan, tentu ideologi khilafah menjadi satu hal pokok yang menyebabkan permusuhan, konflik berdarah, kehancuran sebuah negara dan di luar nilai-nilai Islam itu sendiri yang seharusnya merujuk pada perilaku (perusak tatanan) yang dilarang oleh-Nya.

Dari sini kita sebetulnya bisa memahami, dua sampel musibah yang melanda Cianjur yaitu gempa bumi yang menelan banyak korban serta musibah banjir yang terjadi di Jeddah. Arab Saudi ini sebetulnya bukan tentang problem sistem bernegara yang digunakan. Ini bukan karena tidak menegakkan ideologi khilafah/syariat Islam.

Akan tetapi, ini adalah sebuah pelajaran berharga akan pentingnya peduli terhadap lingkungan dan alam sekitar. Ini adalah tentang akhlak, kebaikan kita, hubungan kita dengan alam atau-pun ini berkaitan dengan pesan-pesan ketuhanan untuk kita bisa bersabar. Siapa-pun tidak menginginkan hal ini terjadi dan inilah ketetapan Tuhan yang maha adil.          

Bahkan, dalam banyak fakta di negara-negara Timur-Tengah, tegaknya ideologi khilafah menjadi penyebab kehancuran terhadap peradaban umat manusia, tatanan dan penuh kezhaliman. Dari sini kita bisa menepis sebuah anggapan bahwa suatu negara akan terhindar dari bencana jika menegakkan khilafah. Sebab, ideologi khilafah adalah problem penting dalam bencana kemanusiaan yang merobek tatanan.

Inilah yang harus kita sadari. Bahwa, kejadian alam layaknya musibah gempa bumi atau-pun banjir yang terjadi bukan karena tidak menegakkan khilafah. Kita harus menepis segala anggapan buruk sangka yang ada tentang musibah. Sebab, musibah bukan azab, melainkan ketetapan yang telah diberikan oleh-Nya kepada siapa-pun dan di negara mana-pun yang mengharuskan kita untuk lebih dekat dan peduli terhadap alam dan lingkungan.

This post was last modified on 28 November 2022 2:40 PM

Sitti Faizah

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

10 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

10 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

10 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago