Editorial

Bayangkan Dunia Tanpa Konflik Palestina-Israel

Imagine there’s no countries, It isn’t hard to do, Nothing to kill or die for,  And no religion, too

Imagine all the people, Living life in peace

Lagu “Imagine” dari John Lennon, sebuah karya seni yang memikat dan mendalam, tak hanya menciptakan melodi yang indah tetapi juga menyuntikkan makna filosofis yang mendalam. Dalam dunia yang dipenuhi konflik, seperti peristiwa tragis di Palestina dan Israel, lirik lagu ini memberikan panggilan universal untuk perdamaian dan persatuan.

Lagu “Imagine” John Lennon yang dirilis 1977 telah digunakan oleh UNICEF dalam berbagai kampanye mereka untuk perdamaian. Dalam banyak versi mereka menggandeng artis-artis ternama dan dengan menampilkan anak-anak dari seluruh dunia. Bayangkan sejenak dunia tanpa perang, yang ada semua anak dengan warna kulit akan tersenyum bergandengan tangan dan berbagi dunia bersama.

Lirik lagu “Imagine” memulai perjalanan filosofisnya dengan menggambarkan dunia tanpa batasan yang memisahkan kita: tanpa batas negara, tanpa agama, dan tanpa kepemilikan pribadi. John Lennon mengajak kita membayangkan dunia di mana persatuan dan keselarasan mendominasi, sambil menyingkirkan segala sesuatu yang telah menjadi sumber perpecahan.

Negara memang bukan memecah belah manusia. Begitu pula agama. Namun, kerap kali orang mengatasnamakan negara, apalagi agama untuk berperang dan saling membunuh. Sumber masalah memang bukan negara dan agama, tetapi fanatisme, keserakahan dan ambisi kekuasaan yang melebihi batas diri sebagai manusia.

Lennon, mantan anggota band legenderis Beatles, memang kerap dituduh komunis, sosialis, atau pun anti agama. Pernyataan itu pun telah dibantahnya selama ia hidup. Imagine adalah ketulusan hati dari seorang yang mendamba perdamaian. Secara tegas lagu itu adalah manifesto politik dari anak manusia yang menginginkan perdamaian di tengah potensi perang atas nama negara dan kekerasan atas nama agama kerap dipertontonkan.

Kita hanya diajak sejenak untuk membayangkan. Bayangkan dunia tanpa sesuatu yang menimbulkan konflik. Bayangkan dunia tanpa tembok pemisah antar manusia. Bayangkan dunia memiliki jembatan “A brotherhood of man” yang menghubungkan dunia tanpa melihat batas negara, agama, etnisitas dan status sosial. Bayangkan jika kita bisa hidup bersama, dan rasanya itu tidak sulit seperti yang dibayangkan.

Melihat konflik Palestina-Israel, kita dapat menghembuskan panggilan untuk membayangkan perdamaian di wilayah yang terus-menerus dilanda pertikaian ini. Tanpa meniadakan batas negara, bayangkan jika negara bukanlah halangan bagi semua orang untuk selalu merawat persaudaraan antar manusia. Tanpa meniadakan agama, bayangkan jika seluruh umat manusia bersatu dalam persaudaraan kemanusiaan di bawah lindungan Tuhan yang penuh kasih.

Sekali lagi, rasanya itu tidak sulit dicapai. Bayangkan anak-anak tersenyum dan saling bergandengan tangan. Tidak seperti anak-anak di Palestina saat ini yang merenggang nyawa, menderita korban luka dan kehilangan masa depannya karena arogansi politik atas nama negara. Ketika kita membayangkan dunia tanpa batas negara di Palestina-Israel, kita melihat potensi bagi persatuan dan kehidupan yang damai.

Imagine terdengar utopia. Namun, ia mampu mengajak sejenak manusia untuk merenung, berpikir dan membayangkan keserakahan kekuasaan politik dan kebuasaan manusia yang memangsa yang lainnya. Ia mengajak manusia untuk membayangkan hidup dalam kerjasama tanpa batas yang membedakan karena semuanya berada dalam satu naungan persaudaraan kemanusiaan.

Sediakan waktu sejenak dan ruang yang sempit sekalipun untuk refleksi bahwa mungkin kita semua, pada suatu titik, perlu membayangkan dan mempertanyakan realitas yang telah kita alami saat ini. Perang, pembunuhan, dan kekerasan atas nama diri dan kelompok telah membutakan nurani kemanusiaan. Bayangkan perang Palestina-Israel tidak pernah ada dalam sejarah dunia.

This post was last modified on 17 November 2023 3:32 PM

Redaksi

Recent Posts

Mengapa Tidak Ada Trias Politica pada Zaman Nabi?

Di tengah perdebatan tentang sistem pemerintahan yang ideal, seringkali pandangan kita tertuju pada model-model masa…

3 hari ago

Kejawen dan Demokrasi Substantif

Dalam kebudayaan Jawa, demokrasi sebagai substansi sebenarnya sudah dikenal sejak lama, bahkan sebelum istilah “demokrasi”…

3 hari ago

Rekonsiliasi dan Konsolidasi Pasca Demo; Mengeliminasi Penumpang Gelap Demokrasi

Apa yang tersisa pasca demonstrasi berujung kerusuhan di penghujung Agustus lalu? Tidak lain adalah kerugian…

3 hari ago

Algoritma Kemarahan; Bagaimana Kegaduhan Medsos Berperan Mendelegitimasi Pemerintah?

Akhir Agustus, ketika sejumlah kota di Indonesia dilanda demonstrasi massa, media sosial pun ikut bergejolak.…

4 hari ago

Membaca Solusi Khilafah: Antara Romantisme Sejarah, Ideologisasi dan Realitas Kontemporer

Khilafah sering kali digembar-gembor oleh sebagian kecil kelompok sebagai solusi pamungkas bagi segala permasalahan umat…

4 hari ago

Membaca Kerentanan Anak Muda dalam Jejaring Kekerasan Demonstrasi

Demonstrasi yang terjadi di Indonesia pada tanggal 25-28 Agustus telah memberikan peringatan keras bagi para…

4 hari ago