Konflik antara Israel dan Palestina saat ini terjadi di dunia dunia; nyata dan maya. Di dunia nyata, konflik itu mewujud ke dalam aksi saling serang antara kelompok militan Hamas dan tentara Israel. Sedangkan di dunia maya, konflik itu mewujud ke dalam kontestasi opini dan persepsi yang saling berebut dominasi di dunia maya antara pihak yang pro-Palestina dan kelompok yang pro-Israel.
Sebagai sebuah agenda politik yang terstruktur dan masif, zionisme digerakkan oleh mesin ekonomi, politik, dan media massa yang menggurita. Hari ini, nyaris tidak ada media massa arusutama berskala global yang tidak berafiliasi dengan Yahudi zionis. Maka, pemberitaan konflik Palestina-Israel kerapkali bias dan tidak obyektif.
Beruntungnya, kini ada media sosial sebagai antitesis media arusutama. Sebagai media independen, medsos bisa menjadi sarana menyalurkan opini atau persepsi individual atas isu tertentu. Munculnya, influencer dari berbagai macam platform medsos seperti Instagram, YouTube, atau TikTok telah menggeser otoritas media massa mainstream.
Dalam isu Palestina, banyak influencer dan selebritas dunia yang menggunakan akun medsosnya untuk menyuarakan solidaritas Palestina. Salah satu yang lantas menjadi fenomena adalah Bella Hadid. Isabella Khair Hadid ini merupakan model papan atas yang biasa dikontrak oleh brand-brand ternama seperti Christian Dior, dan sebagainya.
Bella Hadid merupakan imigran Palestina dimana sang nenek mengalami pengusiran paksa oleh pemerintah Israel. Latar belakang itulah yang membuat Bella berkomitmen untuk membela Palestina. Ia turun ke jalan bersama demonstran untuk menuntut dihentikannya aksi militer Israel di Gaza.
Ia juga mengunggah pernyataan di akun Instagram-nya yang secara eksplisit membela Palestina. Bahkan, ia mengirim pesan pada selebritas lainnya untuk menggunakan akun media sosial mereka sebagai alat untuk mendukung Palestina. Dengan jumlah follower di Instagram lebih dari 65 juta, penyataan Bella ini tentu berdampak luas.
Terbukti, suara pro-Palestina di meds kian kencang terdengar. Hastag “Free Palestine” menggema di banyak platform medsos. Meski sejumlah platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan YouTube secara eksplisit menunjukkan sikap pro-Israel, namun netizen tidak kehilangan cara untuk menyatakan dukungan pada Palestina. Ketika media massa arusutama berhasil dikendalikan oleh jejaring zionis Yahudi, media sosial justru menjadi saluran alternatif.
Media Sosial dan Produksi Wacana Sosial-Politik
Fenomena Bella Hadid yang menyatakan dukungan pro-Palestina di media sosial dan diikuti oleh para followers-nya ini terjadi karena adanya kedekatan personal antara figur selebritas dan para fansnya.
Dalam buku berjudul Social Media, Fame, and Influence, Julai Powell menjelaskan bahwa unsur utama media sosial adalah terjalinnya relasi dua arah antara seorang publik figur (selebgram, youtuber, atau tiktoker) dengan pengikutnya. Kedekatan yang bersifat interaktif dua arah inilah yang tidak dimiliki oleh media arusutama yang sifatnya hanya komunikasi satu arah.
Relasi dua arah di medsos antara artis dan penggemar ini menimbulkan ikatan batin yang nisbi kuat. Alhasil, seorang selebgram, youtuber, atau tiktoker akan dianggap sebagai inspirasi bahkan rolemodel oleh pengikutnya. Tidak hanya diikuti gaya berpakaiannya, selera makanannya, tujuan liburannya, namun juga cara berpikir dan pandangan politik-sosialnya.
Powell menjelaskan bahwa di era digital, seorang selebritas medsos tidak hanya berfungsi sebagai penghibur layaknya artis di media mainstream. Lebih dari itu, selebritas medsos juga bisa menjadi semacam opinion maker atas sebuah isu.
Fenomena Bella Hadid dan para selebritas lain yang menggunakan medsos sebagai alat memproduksi dan mendistribusi opini khususnya terkait isu Palestina kiranya relevan dengan teori Powell tersebut. Yakni bahwa medsos bisa menjadi sarana produksi wacana dan opini yang efektif. Medsos telah menjadi elemen penting dalam transformasi wacana di era digital ini.
Meski demikian, apa yang dilakukan oleh Hadid dan para selebritas lain jelas bukan tanpa risiko. Hadid kehilangan 5 juta followers-nya setelah unggahan pro-Palestina. Kontraknya dengan jenama Cristian Dior juga tidak diperpanjang. Ia diganti oleh model asal Israel yang follower Instagram-nya hanya puluhan ribu. Tapi, Bella menganggap hal itu sebagai harga yang harus ia bayar untuk menyuarakan keberpihakannya pada Palestina.
Gerakan pro-Palestina di medsos tentu tidak serta-merta membuat sikap Israel berubah begitu saja. Jalan menuju kemerdekaan Palestina tentu masih panjang. Namun, gelombang narasi pro-Palestina di medsos setidaknya menunjukkan pada dunia bahwa keberpihakan pada kemanusiaan itu nyata adanya. Narasi pro-Palestina di medsos juga membuktikan bahwa prinsip kemanusiaan itu bisa melampuai sekat ras, kebangsaan, dan keagamaan.
This post was last modified on 17 November 2023 12:53 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…