Dalam beberapa minggu terakhir, berbagai bencana alam silih berganti menimpa Indonesia. Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) pada 1-16 Januari 2021, terjadi 136 bencana alam di Indonesia. Bencana alam yang terjadi didominasi oleh banjir sebanyak 95 kejadian, tanah longsor 25 kejadian, puting beliung 12 kejadian, gempa bumi 2 kejadian dan gelombang pasang 2 kejadian. Ratusan bencana alam itu mengakibatkan 80 korban jiwa, 858 orang luka-luka, dan sebanyak 405.584 orang terdampak dan mengungsi. Pencatatan dampak bencana alam ini belum termasuk awan panas gunung Semeru dan erupsi gunung Sinabung (Tirto.id)
Keadaan ini sungguh menyedihkan. Banyak orang-orang tak berdosa meregang nyawa dan ratusan orang harus ketinggalan rumah dan tempat tinggalnya. Namun, ironisnya, di tengah bencana-bencana alam yang menyedihkan ini, masih saja ada orang-orang yang berbicara ngawur, dan memperkeruh keadaan. Misalnya, seperti adanya orang-orang yang melegitimasi dan mengatakan bahwa bencana alam yang dialami Indonesia di awal tahun 2021 ini tak lain adalah azab. Azab karena negeri ini di pemimpin oleh pemimpin dhalim, katanya.
Seharusnya, asumsi-asumsi semacam ini tidak dikemukakan ke publik. Di satu sisi, itu tidak akan memberi solusi. Dan di sisi lain karena pendapat yang demikian tak lebih dari sekadar pendapat serampangan yang nir-argumen rasional. Sebab, bagaimana bencana alam ini bisa dikatakan sebagai azab, sementara orang-orang muslim alim lainnya juga tertimpa oleh musibah bencana alam ini. Azab, jika merujuk pada teks terminolgisnya—adalah siksaan yang diberikan Tuhan kepada orang-orang yang melanggar perintahnya. Bukan kepada hamba-hambanya yang masih beriman.
Bencana Alam sebagai Pengingat
Karena itu, daripada memaknai bencana alam yang menimpa Indonesia di awal 2021 ini sebagai azab, alangkah lebih baiknya jika kita memaknai bencana alam ini sebagai alarm pengingat bagi kita semua. Alarm pengingat bahwa kita harus selalu menjaga alam demi menjaga Indonesia.
Karena, tidak bisa mungkiri bahwa salah satu sebab pasti dari silih bergantinya bencana alam yang menimpa Indonesia ini karena selama ini kita tidak bisa menjaga alam Indonesia. Banjir, misalnya, semua itu—terlepas dari kehendak Tuhan—terjadi karena kita yang tak bisa menjaga keseimbangan alam. Sampah yang mengotori sungai-sungai dan hutan yang tak pernah absen digunduli, dan serta aktivitas penambangan yang setiap harinya merongrong bumi terus saja kita lakukan tanpa memperhatikan dampak negatifnya.
Sehingga, dari situ, daya imbang bumi pun menjadi tidak stabil. Dan, alam pun pada akhirnya tak bisa mengontrol aktivitas dirinya. Yang pada akhirnya, harus terjadilah longsor, gempa bumi, banjir dan yang lainnya.
Sebab itu, marilah kita jaga alam demi menjaga Indonesia sebaik-baiknya. Manfaatkan alam seperlunya. Jangan berlebihan. Jangan sampai menimbulkan kerusakan di muka bumi. Sebab, kitalah yang akan merasakan dampak negatif dari kerusakan alam yang disebabkan oleh kita itu. Dan, yang jelas semua ini bukanlah azab. Ini adalah pengingat bagi kita semua untuk terus menjaga alam. Karena itu, tak perlulah kita mengatakan semua ini karena dosa kelompok ini dan itu, apalagi sampai berkesimpulan bencana alam ini disebabkan karena pemimpin Indonesia dhalim. Jangan!!! Itu bukan solusi.
Solusinya, marilah kita berdoa untuk keselamatan saudara-saudara kita yang tertimpa musibah itu. Semoga mereka diberi ketabahan dan lekas bisa keluar dari masalah bencana yang sangat tak diinginkan itu. Setelah itu, marilah terus bergerak untuk menjaga alam Indonesia untuk tetap hijau, seimbang, dan stabil sehingga tak menimbulkan bencana-bencana alam tak diinginkan di kemudian hari. Wallahu a’lam.
This post was last modified on 19 Januari 2021 12:28 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…