Tokoh

Berdaya seperti Alissa Wahid dan Kritis seperti Najwa Shihab: Kunci Agar Perempuan Terbebas dari Pengaruh Radikalisme

Berdaya seperti Alissa Wahid dan kritis seperti Najwa Shihab adalah dua hal penting yang mesti dimiliki oleh setiap perempuan Indonesia agar terhindar dari pengaruh paham radikal yang dapat mengancam keutuhan dan kedamaian masyarakat. Keduanya merupakan contoh dalam mengambil peran proaktif untuk mencegah penyebaran paham radikal serta menjaga toleransi.

Akar Masalah Terorisme Perempuan

Menurut Leebarty Taskarina dalam Perempuan dan Terorisme: Kisah-Kisah Perempuan dalam Kejahatan Terorisme (2018), keterlibatan perempuan dalam aksi kejahatan terorisme sederhananya bisa dibagi ke dalam dua bentuk. Pertama, mereka yang terlibat secara langsung dalam aksi-aksi terorisme, seperti menjadi anggota kelompok bersenjata, melakukan serangan, atau bahkan menjadi pembom bunuh diri dalam sejumlah peristiwa tragedi berdarah yang telah terjadi.

Kedua, sebagai pendukung. Menurut Taskarina, perempuan juga berkontribusi sebagai pendukung yang sangat penting dalam aksi kejahatan terorisme. Mereka bisa menjadi penggalang dana, menyediakan dukungan logistik, menyebarkan propaganda, atau memberikan tempat berlindung bagi anggota kelompok teroris. Perempuan sering kali dimanfaatkan oleh kelompok teroris untuk memenuhi berbagai kebutuhan, seperti menyembunyikan senjata atau pesan.

Masih menurut Taskarina, dalam dua bentuk keterlibatan itu, rata-rata perempuan ikut terlibat karena pengaruh dari orang-orang dekat mereka, seperti saudara atau bahkan suami mereka yang menjadi simpatisan atau pelaku aktif kejahatan teror. Fakta ini menunjukkan bahwa sebenarnya, kebanyakan perempuan terpengaruh paham radikal karena kurang berdaya dan kritis menghadapi pengaruh radikal yang disebarkan oleh saudara dekat atau suami mereka sendiri.

Karena itu, dengan ini maka rasanya menjadi sangat penting bagi perempuan untuk menjadi perempuan yang berdaya seperti Alissa Wahid dan kritis seperti Najwa Shihab. Alissa Wahid, sebagai seorang aktivis perdamaian dan pendiri Wahid Foundation, telah menunjukkan kepemimpinan yang kuat dalam memerangi paham radikalisme. Ia telah berdedikasi untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang Islam yang moderat dan inklusif.

Melalui berbagai kegiatan sosial-kemasyarakatan dan program pendidikan, Alissa Wahid telah membantu masyarakat untuk memahami bahwa Islam adalah agama perdamaian, dan bahwa radikalisme adalah penyimpangan dari ajaran sejati agama tersebut. Keterlibatannya dalam mempromosikan dialog antaragama dan antarbudaya juga menjadi langkah efektif untuk mencegah konflik yang bisa dimanfaatkan oleh para pengasong ideologi radikal.

Di sisi lain, kritisisme dalam berpikir seperti yang ditunjukkan oleh Najwa Shihab akan membantu untuk mengurai kompleksitas isu-isu yang terkait dengan radikalisme. Sebagai jurnalis, Najwa Shihab selama ini telah membuktikan keberaniannya dalam mewawancarai tokoh-tokoh kontroversial dan mengajukan pertanyaan yang tajam dan analitis untuk mengurai fakta.

Dengan kritis seperti Najwa Shihab, para perempuan niscaya akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang latar belakang, motivasi, dan tujuan dari raddikalisme sehingga menjadi tidak mudah terpengaruah paham radikal dari orang-orang dekat seperti saudara dan suami.

Kesimpulan

Berdaya seperti Alissa Wahid artinya kita perlu mengambil peran aktif dalam membangun toleransi, mengedukasi masyarakat, dan memperkuat nilai-nilai kebangsaan. Kita perlu berusaha memahami dan mengajarkan Islam yang moderat, yang menghormati hak asasi manusia dan mendorong kerjasama lintas agama. Sementara itu, menjadi kritis seperti Najwa Shihab berarti kita harus senantiasa menganalisis informasi dengan bijak, mempertanyakan narasi yang tidak konsisten, dan berusaha melihat gambaran yang lebih besar di balik suatu peristiwa.

Dengan berdaya seperti Alissa Wahid dan kritis seperti Najwa Shihab, maka niscaya kaum perempuan akan mampu membangun benteng yang kokoh terhadap pengaruh radikalisme. Sebab, keduanya adalah dua hal yang saling melengkapi: keberdayaan memberi kaum perempuan daya untuk beraksi dan menginspirasi orang lain, sementara kritisisme memungkinkan kaum perempuan untuk berpikir rasional dan memahami akar permasalahan dengan lebih baik.

Dengan meneladani keberdayaan Alissa Wahid dan kritisisme Najwa Shihab, kaum perempuan dapat membentuk masyarakat yang lebih tanggap, sadar, dan terbebas dari paham radikalisme yang dapat merusak harmoni dan kedamaian bangsa yang telah kita bangun selama ini.

This post was last modified on 31 Agustus 2023 1:50 PM

L Rahman

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

11 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

11 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

11 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

12 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago