Categories: Narasi

Berislam Yang Gaul

Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar kata gaul? Berdandan ala artis Korea? menggunakan bahasa alay? atau justru sholat lima waktu? Nah lo!

Apa hubungannya islam sama gaul? Bukankah Islam adalah agama; tuntunan hidup, bukan gaya hidup? Memangnya bisa ya beragama sambil tetap bergaya? Well, tentu saja bisa! Dan memang seharusnya begitu.
Pertanyaannya sekarang adalah, apa sih gaul itu? Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata ‘gaul’ berarti ‘berteman’ atau ‘bersahabat’. So, orang gaul adalah orang yang memiliki banyak teman/sahabat, semakin banyak ia memiliki teman, maka semakin gaul pula ia. Adapun gaya berpakaian, bahasa, pola komunikasi, dan gaya-gayaan yang acapkali ditunjukkan sebagian orang itu hanyalah cara yang digunakan untuk menambah teman. Masalahnya adalah, teman seperti apa yang anda inginkan?

Islam sebenarnya mengajarkan kita untuk menjadi orang yang gaul. Bahkan jika gaul hanya berarti berteman atau bersahabat, maka islam mengajarkan kita untuk menjadi orang yang suuuper gaul, karena agama yang satu ini mengajarkan kita untuk membangun persaudaraan! Islam menyebut ‘gaul’ ini dengan istilah Silaturahim yakni menyambung tali persaudaraan.

Islam menganjurkan kita semua untuk berteman dengan siapa saja; tidak membatasi diri untuk hanya berteman dengan orang-orang tertentu saja, karena menjalin hubungan dengan orang lain merupakan fitrah manusia sebagai makhluk sosial; manusia tidak dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain.
Meski demikian, islam memberikan panduan tentang pergaulan, hal ini dimaksudkan agar jalinan persaudaraan tidak malah mengarahkan seseorang menuju keburukan atau bahkan kejahatan. Berikut adalah tuntunan bergaul yang baik, namun tetap asik, menurut Islam;

1. Menjaga pandangan mata

Pasti anda pernah mendengar ungkapan berikut; dari mata turun ke hati, artinya pandangan mata memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku. Perilaku jahat atau baik banyak yang diawali dari pandangan mata; seseorang bisa melakukan tindak kejahatan mencopet misalnya, karena matanya memandang perhiasan yang dikenakan korban, sementara seseorang yang lain bisa berbuat kebaikan karena matanya melihat ada kesusahan di sekitarnya.
Islam menyadari besarnya pengaruh pandangan mata terhadap perbuatan seseorang, oleh karenanya islam mengajarkan kita untuk menjaga pandangan mata. Gampang kok menjaga pandangan mata, fokus aja ke hal-hal yang tidak mengundang pada keburukan.

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” (QS. 24:30)

2. Menghormati diri sendiri dengan menutup aurat

Anda pasti sudah tau dong kalau badan yang kita miliki ini sebenarnya adalah titipan dari Tuhan, kelak kalau ‘yang punya’ minta, kita mana bisa menolaknya. Kewajiban kita terhadap badan ini adalah menjaga dan menghormatinya, supaya nanti pas badan ini dikembalikan ke yang punya, kondisinya tetap bagus seperti seharusnya. Nah, salah satu cara untuk menjaga dan menghormati tubuh ialah dengan menutup aurat. Memang sih masih ada perbedaan pendapat tentang menutup aurat ini, terutama terkait dengan batasan-batasan aurat dan jenis penutupnya. Namun terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, aurat adalah mahkota dan kehormatan, artinya, jika kehormatan tersebut diumbar, maka pesonanya akan memudar. You are what you wear!

Pada suatu ketika, rasul berkata “Barangsiapa yang memakai pakaian menjolok mata, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat kelak..” ( Riwayat Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai dan Ibnu Majah).

3. Menjauhkan diri dari perbuatan yang mengarah pada zina

Keakraban terhadap seseorang kadang malah mengarahkan kita pada tindak-tindak kebablasan. Lupa tentang arti penting menjaga kesopanan atau bahkan kesusilaan. Nah, mumpung belum kebablasan, islam mengajarkan kita untuk segera menjauhkan diri dari perbuatan yang mengarah ke zina. Caranya gampang kok, jaga jarak aja! Jangan terlalu dekat, makin dekat makin lekat! Kalau emang udah tidak kuat, ya sudah, nikah saja. Gampang kan?!

4. Menghindar dari pembicaraan yang tidak baik

Tujuan utama dari berteman dengan banyak orang adalah menambah informasi dan jaring sosial. Dengan mengenal banyak orang, kita akan mudah mendapatkan informasi, jaring sosial kita juga akan makin luas. Hidup kita juga akan terasa lebih mudah, karena menambah teman = menambah informasi dan relasi sosial. Nah, dengan menggunakan standar ini kita bisa membedakan mana yang teman mana bukan. Hubungan anda dengan orang lain hanya akan disebut berteman/gaul/silaturahmi apabila hubungan tersebut didasari, dijalani, dan bertujuan untuk kebaikan. Oleh karenanya, pastikan bahwa jalinan silaturahmi anda hanya berisi hal-hal yang bermanfaat. Salah satu cara untuk memastikan bahwa hubungan anda dengan orang lain bermanfat adalah dengan menghindarkan diri dari pembicaraan yang tidak baik, seperti menggosip, menggunjing, atau bahkan memfitnah.

Al qur’an telah menjelaskan perihal pembicaraan yang baik, yakni:
1. Qaulan Sadida (An-Nisa’ :9) : Isi pesanan jujur dan benar, tidak ditambah atau dibuat-buat
2. Qaulan Ma’rufa (An-Nisa : 5) :Menyeru kepada kebaikan dan kebenaran
3. Qaulan Baligha (An-Nisa’ : 63) : Kata-kata yang membekas pada jiwa
4. Qaulan Maisura (Al-Isra’ : 28) : Ucapan yang layak dan baik untuk dibicarakan
5. Qaulan Karima (Al-Isra’: 23) : Perkataan-perkataan yang mulia

Ajaran islam memang menuntut muslim untuk menjadi gaul, berteman dengan siapa saja namun selalu bisa memberi manfaat. Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar).

Mari menjadi muslim yang gaul!

This post was last modified on 25 Maret 2015 10:06 AM

Service

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

7 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

7 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

7 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago