Narasi

Bermedia Sosial dengan Semangat Sumpah Pemuda

Pemersatu dan perekat adalah dua kata kunci yang bisa diambil dari peristiwa sumpah Pemuda. Peristiwa bersejarah ini, yang pada awalnya pada terjadi 28 Oktober 1928 silam menjadi momentum bagi seluruh lapisan masyarakat dengan menjadikan bertumpah darah, berbangsa, dan berbahasa yang satu sebagai sebuah semangat besar.  Dengan Sumpah Pemuda, tumbuh persatuan, nasionalisme, dan rasa kebangsaan yang pada akhirnya para pemuda mempunyai semangat untuk terus memperjuangkan Indonesia. Sumpah pemuda sudah berhasil memporak-porandakan politik Penjajah ketika itu yang terkenal dengan Adu Domba.

Bila konteks Sumpah Pemuda delapan puluh tahun yang lalu adalah untuk mempersatukan untuk menumbuhkan nasionalisme, maka konteks sekarang era-nya sudah berubah, yakni era media sosial. Tentu timbul pertanyaan, semangat apa yang bisa diambil dari peristiwa Sumpah Pemuda dalam konteks  medsos sekarang? Pertanyaan ini penting dijawab karena tanpa ada signifikasi dari sebuah peristiwa sejarah, maka peristiwa itu seolah-olah tidak mempunyai daya pengaruh lagi. Poin yang bisa dijadikan sebagai pegangan dalam bermedia sosial yang diambil dari Sumpah Pemuda adalah Pemersatu dan Perekat di antara pengguna medsos.

Maksud Pemersatu, bahwa dalam bermedia sosial, setiap kita harus sadar betul, bahwa dunia maya sama seperti dengan dunia nyata. Jika dalam dunia maya ada perpecahan, ujaran kebencian, hoax, dan adu domba, maka secara otomatis ia akan berdampak –sadar atau tidak –kepada dunia nyata, yang pada akhirnya akan merusak hubungan antara sesama masyarakat. Maka dalam konteks ini, setiap pengguna medsos harus sadar bahwa perpecahan dan adu domba yang ada di medsos itu sama dengan menyalahi dan menabrak nilai-nilai yang ditanamkan oleh para leluhur kita delapan dekade silam.

Penelitian terakhir menunjukkan, bahwa salah satu sebab mengapa banyak terjadi hoax dan adu domba di media sosial tidak lepas dari adanya Pelintiran. Pelintiran ini bisa berwujud membesar-besarkan, mendramatisir, mengekspos berlebihan, mengeksploitasi sesuatu, dan menafsirkan sesuai kepentingannya, yang sejatinya bukan seperti itu. Tentu, apabila pengguna medsos menghayati semangat Sumpah pemuda itu sebagai Pemersatu, hal-hal seperti itu tidak akan terjadi.

Hal selanjutnya setelah semangat Pemersatu tertanam dalam kesadaran penggunaan medsos adalah semangat Perekat. Semangat Perekat ini diaplikasikan sebagai wujud nyata, bahwa manusia-manusia yang ada di medsos itu adalah berbangsa, berbahasa, dan bertanah air yang sama dengan kita. Seringkali timbul hal-hal negatif dalam bermedsos tidak lepas karena kita menempatkan manusia-manusia itu sebagai orang asing, yang tidak ada sangkut-pautnya dengan dunia kita. Pemahaman seperti dengan sendirinya akan membawa perasaan tidak bersalah ketika kita mem-bully, membuat berita palsu, menyebar ujaran kebencian, dengan alasan mereka bukan bagian dariku.

Sumpah Pemuda mengajarkan kita adalah sama; sama-sama bertanah air, sebangsa dan satu negara. Kita adalah bersaudara.

Hamka Husein Hasibuan

View Comments

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago