Narasi

Betlehem: Inspirasi Relijiusitas dan Persatuan

Di tengah keberagaman yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, perayaan hari besar keagamaan sering kali menjadi ujian sekaligus peluang untuk memperkuat nilai-nilai kebersamaan lintas agama. Tema Natal 2024, yakni “Kembali ke Bethlehem” menghadirkan pesan mendalam tentang panggilan untuk hidup sederhana, penuh kasih, dan harmoni atas nilai-nilai yang selaras dengan semangat kebangsaan kita.

Menurut laporan terbaru dari PEW Research Center (2024), Indonesia dinobatkan sebagai negara paling relijius di dunia. Namun, tantangan tetap ada. Kelompok radikal ekstremis kerap memanfaatkan momentum ini untuk menyebarkan narasi intoleransi. Pandangan sempit seperti menolak fasilitasi ibadah umat Kristiani dengan alasan tasyabbuh (penyerupaan) atau toleransi kebablasan, justru berpotensi merusak harmoni sosial.

Menteri Agama Nasaruddin Umar secara tegas mengingatkan bahwa menghormati dan mendukung perayaan hari besar keagamaan adalah bagian dari implementasi nilai relijiusitas yang lebih luas. “Relijiusitas sejati tidak berhenti pada aspek teologis, tetapi harus tercermin dalam kehidupan sosial, seperti kasih, damai, keadilan, dan kesederhanaan,” ungkapnya dalam sebuah wawancara. Bahkan, Wakil Presiden memberikan nomor kontak pribadinya untuk menerima laporan jika ada gangguan terhadap ibadah Natal, sebuah komitmen nyata untuk menjaga kerukunan.

Betlehem, merupakan sebuah kota suci di Tepi Barat Palestina, yang memiliki makna historis dan spiritual yang cukup mendalam. Selain menjadi tempat kelahiran Yesus Kristus, Betlehem juga dikenal sebagai kota Raja Daud. Tema “Kembali ke Bethlehem” pada Natal Nasional 2024 mengajak umat untuk kembali merenungkan pesan perdamaian, iman, dan panggilan hidup yang bermakna.

Puncak perayaan Natal Nasional akan dilaksanakan pada 28 Desember 2024 di Indonesia Arena, Jakarta. Acara tersebut tidak hanya akan dihadiri oleh Presiden RI, Prabowo Subianto, tetapi juga tokoh lintas agama dan sekitar 13.000 umat Kristiani dari berbagai daerah di Tanah Air. Kehadiran tokoh-tokoh lintas agama dalam acara ini mencerminkan semangat pluralisme yang menjadi fondasi kuat bangsa Indonesia.

Relijiusitas sejati, sebagaimana dijelaskan oleh para tokoh agama, adalah melibatkan nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari. Kasih, damai, keadilan, dan kesederhanaan adalah prinsip universal yang harus menjadi panduan dalam membangun kehidupan bermasyarakat. Dalam perayaan Natal 2024, semangat ini dihidupkan melalui berbagai kegiatan sosial, seperti bakti sosial, donasi untuk korban bencana, dan penghijauan lingkungan.

Semangat tersebut juga tercermin dalam peran aktif negara untuk memastikan keamanan dan kenyamanan umat Kristiani dalam merayakan Natal. Upaya ini tidak hanya mencerminkan komitmen pemerintah dalam menjaga kerukunan, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya solidaritas sebagai bangsa. Aparat keamanan bekerja sama dengan masyarakat untuk menciptakan suasana aman, termasuk melalui patroli gabungan dan koordinasi lintas lembaga.

Sayangnya, nilai-nilai luhur ini sering kali mendapat tantangan dari kelompok tertentu yang menyebarkan narasi kebencian. Mereka memanfaatkan perbedaan teologis untuk menciptakan polarisasi di masyarakat. Narasi seperti “toleransi kebablasan” atau “menyerupai agama lain” sering kali digaungkan tanpa memahami esensi relijiusitas yang sejati.

Padahal, seperti yang dikemukakan oleh Nasaruddin Umar, menghormati perayaan agama lain bukanlah ancaman bagi akidah, melainkan wujud dari iman yang matang. Pesan ini perlu terus digaungkan agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh narasi yang memecah belah. Tentu saja, tokoh agama memiliki peranan penting untuk dapat memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat luas tentang toleransi dan kerukunan.

“Kembali ke Bethlehem” juga mengajarkan tentang keimanan dan keyakinan, sebagaimana kisah para gembala yang segera menuju Bethlehem setelah mendengar kabar dari malaikat mengenai kelahiran Tuhan Yesus. Kisah ini mengingatkan umat untuk hidup dalam keimanan yang teguh dan penuh keyakinan, sekaligus menginspirasi umat untuk berani melangkah keluar dari zona nyaman demi membawa kebaikan bagi sesama.

Masyarakat majemuk di indoensia perlu bekerja sama untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi semua umat beragama. Semangat para gembala yang penuh keberanian dan pengorbanan dapat menjadi teladan bagi setiap individu untuk mengedepankan kebaikan bersama.

Perayaan Natal 2024 yang khidmat menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan nilai-nilai kebersamaan dalam keberagaman. Dengan semangat “Kembali ke Bethlehem,” umat Kristiani diajak untuk menghidupi panggilan Tuhan melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula, masyarakat Indonesia secara umum dapat mengambil inspirasi dari tema ini untuk terus memperkuat persaudaraan lintas agama.

Imam Santoso

Recent Posts

“Kembali ke Betlehem” : Menabur Kasih, Mencegah Ekstremisme

Pengusung ideologi ekstrem telah membuat kekacauan sejak berabad-abad yang lalu. Penyakit dari ekstremis sebenarnya adalah…

1 jam ago

Posisi Iman dalam Ucapan Selamat Natal

Setiap tahun, perdebatan kosong mengenai ucapan selamat Natal itu selalu tumbuh dari situasi diri kita…

1 jam ago

Menjaga Gereja, Kebijakan Gus Dur Dan Banser Jaga Kebhinekaan

Setiap Hari Raya Natal, Barisan Ansor Serbaguna (Baser) NU hampir bisa dipastikan menjaga gereja-gereja selama perayaan…

1 jam ago

Mengokohkan Iman dengan Merayakan Perbedaan

Penguatan iman tidak berarti menghindari perbedaan, melainkan dengan menerima dan merayakannya sebagai bagian dari desain…

2 jam ago

Tafsir Surat Maryam Ayat 33; Menjernihkan Polemik Ucapan Selamat Natal

Perdebatan ihwal boleh-tidaknya seorang muslim mengucapkan selamat Natal itu memang menjengkelkan, membosankan, dan kurang kerjaan.…

2 hari ago

Potret Iman dalam Kebhinekaan

Nandhing sarira iku Aku-sliramu dudu Tepa sarira rasamu-rasengmami Mulat sarira puniku Swug sirna pandhakuning wong…

2 hari ago