Narasi

Bijak dalam Berdakwah

Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah Saw dalam berdakwak adalah mengajak keluarganya dan kerabat-kerabatnya untuk beriman kepada Allah secara rahasia. Dakwah ini disebut sebagai dakwah bissir (rahasia) karena khawatir terhadap kelangsungan hidup mereka dan risalah yang disampaikan belum populer di kalangan masyarakat Arab kala itu. Setelah Rasulullah berhasil mengajak keluarganya ia pun mengajak sahabat-sahabatnya dan orang di sekitarnya termasuk melangkah menuju ke negeri Thoif untuk memperkenalkan Risalah yang diembannya. Dakwah ini kemudian disebut dalam sejarah sebagai Dakwah bil jahr (atau terang-terangan).

Baik dakwah Bissir dan Dakwah Bil jahr semua dilakukan oleh Rasulullah secara manual atau secara langsung dan bertatap muka dengan mereka yang diajak beriman kepada Allah. Metode yang paling maju dilakukan oleh Rasulullah saat itu adalah mengirim surat secara langsung kepada mereka yang diajak masuk ke dalam agama Allah sebagaimana yang dilakukan kepada kaisar-kaisar kala itu.

Dalam menyampaikan dakwah yang diemban tidak sedikit kendala yang dihadapinya, penolakan mentah-mentah dari tokoh-tokoh masyarakat Arab, caci maki, upaya pembunuhan dan berbagai bentuk tantangan lainnya yang ditujukan kepada Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya. Namun, semua itu dihadapi dengan penuh tanggung jawab, professional dan bijaksana tanpa mencederai yang lain, sehingga apa yang disampaikan dapat diterima oleh semua kalangan bukan saja di lingkungan mereka tetapi juga menyebar ke wilayah-wilayah lainnya di kawasan jazirah Arab, hingga akhirnya Islam menjadi salah satu agama mayoritas  di kawasan itu.

Pola dakwah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah mulai ditinggalkan para  da’i dan memilih gaya baru sesuai dengan perkembangan zaman. Setiap Da’i kini dapat menyampaikan pesan-pesannya di manapun mereka berada dan dapat mengirim kepada siapapun tanpa batas. Media sosial menjadi opsi utama dalam menyampaikan pesan-pesan apapun yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Orang sudah tidak perlu lagi ke masjid mendengarkan ceramah atau mengundang ustaz ke rumahnya untuk mengetahui persoalan-persoalan agama, tetapi cukup mengunduh topik-topik yang diinginkan. Para Ustaz dan Da’i pun juga demikian tidak perlu membuka kitab-kitab ulama terkenal yang selama ini dijadikan rujukan utama dalam memahami Islam tapi cukup mengunduh di internet semua masalah yang ingin diketahui dapat ditemukan secara gampang.

Metode dakwah seperti di atas dapat dirasakan dampaknya saat ini. Hiruk-pikuk politik dan sosial kemayarakatan saat ini yang ditandai dengan munculnya berbagai isu yang kini mengancam kehidupan sosial masyarakat adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Radikalisme, terorisme, intoleransi, ekstrimisme, saling fitnah, hoax, sesat menyesatkan, takfiri, khilafah  dan berbagai isu lainnya yang kini ribut dibicarakan di media massa cetak dan electronik tidak terlepas dari peran penting media sosial yang dimanfaatkan oleh segilintir orang yang mengatasnamakan dirinya berdakwah di jalan Allah.

Metode serampangan itu tidak memiliki  perhitungan dan pertimbangan dan tanpa mengetahui medan di mana ia menyampaikan pesannya, bukan saja menimbulkan kegelisahan di tengah-tengah masyarakat umum, tetapi juga telah menimbulkan kebencian terhadap sesama saudara-saudara seiman dan sebangsa. Padahal dalam metode dakwah sudah ditentukan dalam Islam bahwa “Ajaklah mereka itu menuju jalan tuhanmu dengan cara yang baik dan bijaksana” dan istilah populer yang dikenal bahwa “setiap ide dan pemikiran yang disampaikan memiliki tempat dan waktu‘. Artinya, dalam menyampaikan risalah yang diinginkan harus penuh perhitungan dan pertimbangan dan mengetahui secara pasti kondisi masyarakat sehingga apa yang disampaikan dapat diterima oleh audensi itu sendiri.

Jika dakwah  dilakukan secara serampangan, bukan saja akan menyudutkan Islam itu sendiri tetapi juga akan menimbulkan kegelisahan dan kekacauan di tengah-tengah masyarakat kita sebagaimana yang terjadi saat ini. Dakwah Islam sejatinya memiliki strategi sesuai dengan yang diajarkan dalam Islam agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw bukan dengan cara dan metode yang serampangan, apalagi kekerasan.

This post was last modified on 31 Januari 2017 9:18 AM

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

4 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

4 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

4 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

4 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

1 hari ago