Narasi

Dai Kamtibmas; Pendekatan Humanis Kontra Radikalisme dan Intoleransi

Adalah suatu fakta bahwa arus paham ekstremisme dan radikalisme telah melahirkan doktrin-doktrin yang dapat memecah belah bangsa, mengikis nasionalisme, dan juga menggerus kebhinnekaan. Ada satu kondisi menghawatirkan di mana akhir-akhir ini banyak muncul juru dakwah atau dai yang justru dalam ceramahnya menyisipi paham ekstrem dan radikal. Bahkan, tak jarang mereka juga menebar seruan intoleransi yang tentunya hal ini melenceng dari ajaran Islam, sebagai agama rahmat bagi seluruh alam.

Merespon hal tersebut, kehadiran pendakwah bervisi kebangsaan adalah sangatlah penting. Pendakwah di samping dituntut mempunyai kedalaman ilmu ke-Islaman juga keluasan wawasan kebangsaan. Sebagaimana dilansir dki.kemanag.go.id (3/2/2021) bahwa baru saja kepala Polda Metro Jaya, Fadil Imran melantik 31 Pengurus Da’i Kamtibmas Polda Metro Jaya. Menurutnya, Program Dai Kamtibmas ini sebagai bentuk tindak lanjut perintah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang meminta adanya pendekatan yang lebih humanis terhadap masyarakat. Hal ini tentunya menjadi angin segar strategi baru memberantas radikalisme dengan bahasa umat.

Tugas utama dari Dai Kamtibmas ini adalah menyampaikan pesan-pesan dakwah yang moderat untuk menciptakan masyarakat yang santun, berakhlak, dan jauh dari radikalisme dan terorisme. Selain itu juga dai Kamtibmas yang tersebar akan berkeliling menyampaikan pesan dan imbauan menerapkan protokol kesehatan kepada jamaah. Setidaknya tersebar 31 Dai Kamtibmas di Metro Jaya dan masing-masing Polres juga mempunyai Dai Kamtibmas.

Dai Kamtibmas ini tentunya disamping memiliki pemahaman ke-Islaman yang mendalam juga wawasan kebangsaan yang komprehensif menjiwai. Harapannya pendakwah Kamtibmas ini tentu akan membuat masyarakat yang toleran. Saling menghargai dan menghormati antar golongan yang berbeda pemahaman ataupun keyakinan (agama). Apalagi, perlu dipahami bahwa Indonesia bukan Negara Agama, karena di negara ini diakui berbagai macam agama seperti Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Bisa disimpulkan bahwa Dai Kamtibmas ini adalah pendakwah yang memiliki karakter moderat dan bervisi kebangsaan. Sebagaimana, Nabi Muhammad telah memberi keteladanan kepada kita mengenai konsep-konsep dakwah moderat. Bendera yang diusung dalam konsep dakwah Rasulullah SAW adalah rahmatan lil ‘alamin. Dakwah moderat ini sudah muncul mulai dari zaman Rasulullah SAW, di antaranya pada pasal-pasal Piagam Madinah, yang terdiri dari 47 Pasal.

Konsep dakwah tersebut juga yang diteladankan Rasulullah SAW mana kala peristiwa penaklukan Kota Makkah (fathu Makkah). Nabi SAW mengembalikan warga yang dahulu yang diusir; membebaskan musuh Islam yakni Abu Sufyan berikut keluarganya, perlindungan terhadap kaum perempuan dan anak-anak, perawatan tanaman dan juga larangan mengusik tempat peribadatan agama lain (Sofiuddin, 2018).

Keteladanan Nabi Muhammad SAW tersebut yang akhirnya membuat rasa haru Abu Sufyan, keluarganya dan warga Makkah sehingga mereka berbondong-bondong dengan kerelaan tanpa paksaan memeluk Islam. Pendekatan dakwah Rasulullah SAW yang mengusung dakwah moderatisme inilah yang membuat Islam mudah diterima dan cepat menyebar. Moderatisme dakwah yang diterapkan oleh Rasulullah benar-benar memberi maslahah dan rahmatan lil ‘alamin.

Pendekatan itu juga yang digunakan oleh para Walisongo dalam menyebarkan Islam di Nusantara, terutama di Tanah Jawa. Para wali berdakwah secara lemah lembut dan mengusung Islam yang ramah dan rahmah. Inilah sejatinya dakwah Islam yang damai tanpa bertikai, ramah tanpa marah. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa dakwah menggunakan pendekatan moderat sangatlah strategis, terlebih bagi negara bangsa yang bhineka seperti Indonesia.

Harapannya dengan adanya Dai Kamtibmas ini dapat membuat masyarakat santun, berakhlak, toleran, rukun, dan cinta damai. Dan yang jelas terbebas dari doktrin atau paham radikalisme, ekstremisme, serta sikap intoleran ataupun takfirisme. Dengan hadirnya Dai Kamtibmas ini, tentunya juga akan menjadi spirit dakwah ala Rasulullah yang sebenarnya yakni dengan santun dan lemah lembut.

This post was last modified on 8 Februari 2021 8:59 AM

Suwanto

Penulis merupakan Peneliti Multiple-Representation Learning di PPs Pend.Kimia UNY, Interdisciplinary Islamic Studies di Fak. Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, dan Culture Studies di UGM

Recent Posts

Hijrah Sejati Tak Pernah Melahirkan Takfirisme

Setiap tahun baru hijriah datang membawa pesan sunyi dari masa lalu: sebuah perjalanan agung yang…

7 jam ago

Kebebasan yang Melukai: Saat Ekspresi Menabrak Batas Kesucian; Refleksi Penghinaan Majalah LeMan

Baru-baru ini, majalah satir asal Turki, LeMan, menuai kecaman setelah menerbitkan karikatur yang diduga menggambarkan sosok…

8 jam ago

Hijrah Yang Terlupa: Dari Sekat Sempit Menuju Kebersamaan Madani

Pada malam kamis, 26 Juni 2025 – Jum’at, 27 Juni 2025 umat Islam merayakan tahun…

8 jam ago

How to Train Your Dragon dan Menjadi Viking yang Khoiru Ummah

Berkisah tentang Hiccup, remaja Viking yang tinggal di pulau Berk, tempat di mana bangsa Viking…

1 hari ago

Makna Hadis “Iman Kembali Ke Madinah”; Universalisme Kemanusiaan Sebagai Jawaban atas Krisis Global

Ada sebuah hadist yang cukup populer di kalangan umat Islam. Yakni hadist tentang kembali ke…

1 hari ago

Tradisi Suran dan Titik Terendah dari Hijrah

Apa yang tampak baik, dan secara sekilas seperti hal yang dianjurkan, terkadang adalah hal yang…

1 hari ago