Narasi

Dear Zakiah Aini

Dear Zakiah Aini. Kau adalah wanita yang menyayangi kedua orang tuamu, saudaramu dan semua orang terdekatmu. Mungkin kau di sana telah menyadari bahwa dugaan-mu, keyakinanmu dan tindakanmu tentang sebuah jihad untuk melakukan teror itu murni keliru. Pilihan-mu untuk mengejar sebuah pahala, syafaat Nabi dan surga-Nya dengan cara membunuh atau merelakan nyawamu sendiri itu murni tidak dapat dibenarkan. Karena Islam tidak pernah mengajarkan umat-Nya untuk menjadi mulai di sisi Allah SWT dengan cara yang hina dan zhalim semacam itu.

Andai, bukti kasih sayangmu terhadap mama-mu dengan cara berbakti, merawatnya atau melayani hingga masa tua dengan tulus. Niscaya Allah SWT akan mengangkatmu ke dalam derajat kemuliaan dan kehormatan yang paripurna. Begitu juga mama-mu akan dimuliakan di sisi-Nya jika kamu dalam hidupnya terus menjadi orang yang baik, tidak melakukan kerusakan, rajin ibadah dan selalu berada di jalan yang benar.

Saya termasuk orang yang “membaca” surat wasiatmu. Kau sengaja ingin mengakhiri hidup-mu dengan cara “berbuat zhalim” terhadap penegak hukum di negeri ini. Pahala apa gerangan yang akan didapatkan atau bahkan ingin kau hadiah-kan kepada Mama-mu jika itu dalam praktiknya berwujud kezhaliman, kebiadaban atau kekerasan? Apakah kamu tega memberikan “Syafaat” kepada mama-mu yang kamu maksud itu dengan cara melakukan teror?

Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya hanyalah ungkapan cinta dan kekecewaanku yang paling mendalam terhadap apa yang kamu perbuat. Kau telah diperdaya oleh kelompok tertentu untuk melakukan kezhaliman dengan mengatasnamakan ini sebagai jihad. Kau telah ditipu oleh kelompok tertentu yang sengaja ingin memporak-porandakan negeri ini dengan mengatasnamakan kemuliaan-Nya. Kau termakan “hipnotis” dengan pikiran mereka yang jahat. Sehingga, kau selalu menganggap bahwa kezhaliman dan perilaku buruk untuk menyakiti orang lain ini sebagai jalan surga.

Pada akhirnya, kau mengembuskan napas terakhirmu dengan sebuah harapan, niatan dan tindakan yang tercela. Kau menodongkan senjata api kepada penegak hukum. Kau anggap itu musuh. Padahal, mereka adalah orang-orang yang setia menjaga negeri ini dari kekejian, tindakan kriminal dan perbuatan yang melanggar aturan.

Apa yang kau lakukan ini bukan sesuatu yang benar untuk diteruskan oleh perempuan-perempuan lain. Tindakan-mu itu murni sebuah kekeliruan yang sangat-sangat fatal. Harapan-mu itu sangatlah hampa dan kehilangan makna. Kau adalah korban kejahatan yang sengaja ingin merusak bangsa ini. Mereka sering-kali mengatasnamakan agama yang kau sebut sebagai kemuliaan.

Oleh karena-nya, izinkan saya untuk menjadikan-mu sebagai “percontohan” bagi perempuan-perempuan yang memiliki perasaan dan kasih sayang yang sangat mendalam kepada kedua orang tuanya dan seluruh keluarga yang disayanginya. Agar tidak melakukan sesuatu yang sangat fatal, membawa mudharat dan merusak ketenteraman sosial.

Karena sangat tidak mungkin jalur kehormatan-Nya, keselamatan-Nya, surga-Nya itu dapat diraih dengan cara-cara yang zhalim. Seperti melakukan teror atau bom bunuh diri. Karena tindakan yang semacam itu sejatinya sangat menyimpang, di luar jalur dan menyalahi prinsip ajaran-Nya.

Maka, dari situ sangat penting kiranya untuk membangun kesadaran penting termasuk perempuan yang memiliki harapan besar untuk mendapatkan surga-Nya dan ingin menghadiahi kemuliaan-Nya, syafaat nabi-Nya dan surga-Nya kepada orang tuanya. Lantas, berbuat baiklah, jangan merusak, selalu membangun riyadhah, memantapkan hati untuk mendekatkan kepada-Nya. Karena perbuat yang semacam itu adalah jala yang lurus sekaligus dibenarkan oleh agama-Nya.

NB: Perlu diketahui, Zakiah Aini adalah pelaku penyerangan di Mabes Polri pada Rabu 31 Maret 2021 kemarin. Dia adalah seorang wanita yang dijadikan “pengantin” untuk melakukan teror oleh kelompok terorisme. Dirinya masuk dan menodongkan senjata api, lalu menembakkannya beberapa butir peluru ke pada aparat hingga tindakan tegas harus dilakukan kepada Zakiah Aini dengan cara menembak mati di lokasi. 

This post was last modified on 8 April 2021 8:10 PM

Sitti Faizah

Recent Posts

Pilkada dan Urgensi Politik Santun untuk Mencegah Perpecahan

Pilkada serentak 2024 yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 merupakan momentum penting bagi masyarakat…

9 jam ago

Pilkada Damai Dimulai dari Ruang Publik yang Toleran

Dalam menghadapi Pilkada serentak, bangsa Indonesia kembali dihadapkan pada tantangan untuk menciptakan atmosfer damai yang…

9 jam ago

Tiga Peran Guru Mencegah Intoleran

Tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Peringatan ini sangat penting lantaran guru merupakan…

9 jam ago

Guru Hebat, Indonesia Kuat: Memperkokoh Ketahanan Ideologi dari Dunia Pendidikan

Hari Guru Nasional adalah momen yang tepat untuk merenungkan peran penting guru sebagai motor penggerak…

9 jam ago

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

3 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

3 hari ago