Meningkatnya jumlah penduduk merupakan realita yang terjadi di Indonesia saat ini, sementara ketersediaan lahan pemukiman semakin berkurang. Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan program Keluarga Berencana guna mengendalikan populasi penduduk. Meledaknya jumlah penduduk dapat memunculkan berbagai potensi permasalahan, salah satunya adalah kekerasan. Dalam konteks masyarakat Indonesia, permasalahan yang timbul dapat disikapi melalui musyawarah mufakat, sehingga kemungkinan pecahnya kekerasan dapat dicegah.
Jika tidak segera dicegah, permasalah yang awalnya kecil dapat berubah menjadi besar dan mengarah pada perilaku kekerasan. Sebagai warga negara yang patuh akan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika, kita seharusnya dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dengan semangat saling menghargai dan persaudaraan. Dengan begini permasalahan yang ada tidak berkepanjangan.
Akar dari permasalahan adalah kekayaan yang didapat tanpa usaha, kesenangan tanpa hati nurani, pengetahuan tanpa karakter, perdagangan tanpa moralitas, ilmu tanpa kemanusiaan dan ibadah tanpa pengorbanan.
Jika diperhatikan dengan seksama, ada bermacam-macam kekerasan yang terjadi hampir di segala sektor. Seperti pada sektor pendidikan, sektor sosial, sektor ekonomi, sektor kebudayaan, dll. Faktor penyebab utama dari permasalahan di atas tidak bisa hanya dititikberatkan pada satu faktor saja, karena faktor satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Contohnya pada bidang pendidikan, peredaran buku yang sedang marak diedarkan justru bukanlah buku yang sepenuhnya berisi tentang pendidikan dan moral, akan tetapi buku yang isinya cenderung mengarah pada kekerasan sosial, pelecehan, kriminalitas, bahkan ada yang sampai memanipulasi politik negara. Hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, maka dalam hal ini seharusnya para penulis buku tersebut dapat menghasilkan sebuah karya yang bermutu dan layak disuguhkan di tengah-tengah masyarakat, bukan hanya untuk sekedar menarik perhatian, tetapi untuk mampu memberi pesan moral yang baik dan bermutu agar dapat memberi lebih banyak manfaat bagi para pembacanya.
Hal semacam ini pada awalnya dianggap menjadi hal yang tidak pantas dipublikasikan, namun karena adanya pergeseran gaya hidup dan perubahan masyarakat dalam mengkonsumsi suatu informasi, maka hal yang sedemikian rupa ini nampaknya sudah terbiasa terjadi serta berimplikasi menjadi hal yang biasa didengar dan ditiru oleh kalangan masyarakat. Tak kalah penting, memilih teman dan lingkungan yang baik dan mendukung juga amat perlu. Karena dimana seseorang itu berada, tempat itu juga yang akan membentuk karakter seseorang.
Semua hal besar itu dimulai dari hal-hal kecil, jika kekerasan itu sendiri tidak diselesaikan dari sekarang, mau kapan lagi? Haruskah kita menunggu jatuhnya jumlah korban yang lebih banyak? Jikapun kekerasan tersebut sudah terjadi, setidaknya generasi sekarang harus segera merubah pola pikir tentang kekerasan itu sendiri agar kehidupan bermasyarakat yang damai, aman, dan tentram dapat terus tercipta. Sehingga cita-cita Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur dapat terwujud.
Penulis: Fauziah Nisa Addin, Siswa SMA MTA, Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta.
Jumat Agung, yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib,…
Jumat Agung yang jatuh pada 18 April 2025 bukan sekadar penanda dalam kalender liturgi, melainkan…
Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus…
Perjanjian Hudaibiyah, sebuah episode penting dalam sejarah Islam, memberikan pelajaran mendalam tentang prioritas maslahat umat…
Seperti sudah diduga sejak awal, fatwa jihad melawan Israel yang dikeluarkan International Union of Muslim…
Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini telah menjadi…