Dalam negara demokrasi kritik adalah sebuah keniscayaan. Dengan kata lain, kritik dan demokrasi adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ibaratnya, kritik adalah nutrisi untuk membangun peradaban politik yang lebih produktif dan deliberatif.
Tanpa adanya kritik, kehidupan demokrasi akan mandek dan stagnan; tidak terjadi perubahan dan perkembangan revolusioner. Bahkan, tanpa adanya kritik, kesalahan dalam sebuah kebijakan akan sulit mengalami perbaikan dan pembaruan.
Karena itu, di sejumlah negara-negara demokrasi yang telah mapan, masyarakat diberi ruang tersendiri untuk mengutarakan atau menyampaikan kritik. Yang artinya dalam perumusan kebijakan, masyarakat juga didengarkan pendapatnya.
Bahkan, di dalam sejumlah konstitusi negara-negara demokrasi modern seperti Indonesia, kebebasan menyampaikan pendapat atau kritik itu telah diklasifikasikan sebagai bagian dari hak asasi setiap warga negara.
Sebab, hanya dengan adanya kritik publik itulah sebuah kebijakan publik akan menjadi lebih matang dan sempurna. Sebab, pada esensinya, mengkritik adalah menganalisa dan membaca kebolongan sebuah kebijakan untuk kemudian diperbarui dan diperbaiki menjadi kebijakan publik yang lebih baik dan sempurna.
Namun, dalam perkembangannya, banyak kritik yang kini kerap disalahgunakan. Dalam beberapa waktu terakhir, semenjak maraknya media sosial, atas nama kebebasan berekspresi dan berpendapat, banyak pihak yang menebar kebencian, provokasi dan berita bohong (hoaks) dengan dalih memberikan kritik publik.
Adanya kebebasan berpendapat dan berekspresi yang ada hanya dijadikan legitimasi untuk membenarkan kebencian dan provokasi politic terjadap pemeringah. Tentu, ini telah menyalahi fungsi utama kritik yang dijamin konstitusi itu sendiri.
Hal semacam itu sekarang sangat marak kita temui. Utamanya di beranda media sosial kita. Kritik yang disampaikan banyak pihak bukan bermaksud membangun, tetapi membawa narasi penghancuran. Sehingga yang muncul bukanlah saran dan masukan, tetapi fitnah dan kebohongan.
Pendapat (kritik) yang disampaikan hanya atas dasar motif kebencian itu tidaklah bagus bagi demokrasi. Yang bukan hanya akan membuat keruh suasana, tetapi juga merobohkan pilar-pilar demokrasi kita menuju kehancuran dan kebinasaan.
Esensi kritik: menyampaikan kebenaran
Karena itu, kritik dan kebencian haruslah dibedakan. Mengkritik adalah menyampaikan kebenaran publik, bukan kebencian dan provokasi. Pendapat yang disampaikan atas dasar kebencian bukanlah kritik, tetapi kebencian itu sendiri.
Karena itu, hal semacam ini harus dihindari. Sebab, pendapat yang disampaikan atas dasar kebencian itu tidak akan memberikan dampak apa-apa kepada kehidupan demokrasi kita, kecuali kehancuran demi kehancuran politik itu sendiri.
Oleh sebab itu, hal pertama yang harus ada dalam kritik adalah kebenaran publik itu sendiri. Itulah esensi daripada kritik. Kritik yang disampaikan secara esensial semacam itulah yang akan berdampak positif terhadap kehidupan politik demokrasi kita.
Sebaliknya, kritik yang disampaikan dengan membonceng kebencian, justru akan menghancurkan kehidupan politik kita. Misal, seperti terjadinya perpecahan, permusuhan, dan lain semacamnya. Karena itu, kritik harus disampaikan secara objektif.
Yang dimaksud dengan kritik objektif di atas adalah: kritik disampaikan dengan data yang valid dan rasionalitas yang tinggi dan serta sudah melalui analysis dan kajian yang matang. Bukan hanya berisi informasi-informasi bohong yang tidak berdasar.
Dengan disampaikan secara objektif, sebuah kritik akan semakin membuat demokrasi kita semakin produktif. Sebab, hanya dengan kritik objektif itulah sebuah kebijakan publik akan mengalami proses pematangan yang lebih sempurna.
Mengkritik adalah memperbaiki. Jadi, sampaikanlah kritik secara objektif dan penuh kejujuran sebagai langkah menuju perbaikan demi perbaikan.
This post was last modified on 10 Januari 2023 1:47 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…