Categories: Keagamaan

Fathanah Sebagai Basis Rasionalitas (Base of Rationality)

Sifat Nabi Saw., yang terakhir adalah fathanah. Umumnya diartikan dengan cerdas. Seorang Nabi atau Rasul tentu punya tingkat kecerdasan yang tinggi, pikiran yang jernih, penuh kearifan, dan kebijaksanaan. Sangat mustahil seorang Nabi atau Rasul itu bodoh. Karena nggak kebayang bagaimana jadinya jika seorang Nabi atau Rasul itu bodoh.

Keberhasilan misi Nabi Saw., selain ditopang dengan tingkat kejujuran/kebenaran dan tanggung jawab yang tinggi, serta metode yang tepat, juga disertai dengan kecerdasan dalam mengolah pikiran, hati, dan emosi.

Dalam konteks kekinian, sifat fathanah Nabi mesti dimaknai dengan basis rasionalitas. Karena dalam kehidupan, khususnya kehidupan beragama, tak cukup hanya bermodalkan keyakinan saja. Keyakinan tanpa adanya pijakan rasio, hanya akan membawa umat pada keterbelakangan dan kehancuran. Tanpa ada pijakan rasionalitas, seorang muslim akan cepat terbawa isu dan pemahaman yang menjebak. Sehingga yang terjadi adalah emosi yang membabi buta, keyakinan yang samar dan semacamnya.

Islam sendiri mengajarkan bahwa akal pikiran punya kedudukan yang begitu penting. Bahkan banyak indikasi verbal dalam al-Qur’an yang menyiratkan tentang pentingnya penggunaan pikiran. Misalnya adalah istilah ulul albaab, ‘ailun, ya’qilun, dan lain sebagainya. Karena wahyu tanpa akal tak akan pernah bisa berjalan. Atau sebaliknya, akal tanpa wahyu hanya akan menjadikan pribadi yang liar.

Sebelumnya

This post was last modified on 9 September 2015 11:57 AM

Imam Malik

Adalah seorang akademisi dan aktifis untuk isu perdamaian dan dialog antara iman. ia mulai aktif melakukan kampanye perdamaian sejak tahun 2003, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Center for Religious and Sross-cultural Studies, UGM. Ia juga pernah menjadi koordinator untuk south east Asia Youth Coordination di Thailand pada 2006 untuk isu new media and youth. ia sempat pula menjadi manajer untuk program perdamaian dan tekhnologi di Wahid Institute, Jakarta. saat ini ia adalah direktur untuk center for religious studies and nationalism di Surya University. ia melakukan penelitian dan kerjasama untuk menangkal terorisme bersama dengan BNPT.

Recent Posts

Kompleksitas Isu Sudan; Bahaya Jihad FOMO Berkedok Ukhuwah Global

Isu Suriah sudah lewat. Gaza sudah berangsur normal. Isu lain seperti Uyghur, Rohingya, dan sebagainya…

24 jam ago

Ilusi Persatuan Global; Meneguhkan Nasionalisme di Tengah Dunia Multipolar

Kelompok ekstremis terutama ISIS tampaknya tidak pernah kehabisan materi propaganda kekerasan. Setelah revolusi Suriah berakhir…

24 jam ago

Menakar Ukhuwah Global dan Kompromi Pancasila Sebagai Benteng Persatuan Dunia

Dalam beberapa dekade terakhir, istilah ukhuwah global sering digaungkan sebagai cita-cita luhur umat manusia—sebuah gagasan…

24 jam ago

Zaman Disrupsi dan Bagaimana Pemuda Memaknai Sumpahnya?

Zaman disrupsi telah menjadi babak baru dalam perjalanan umat manusia. Dunia berubah dengan sangat cepat,…

4 hari ago

Resep Pemuda di Era Rasulullah Membangun Persatuan Madinah

Setiap 28 Oktober, bangsa Indonesia mengenang kembali ikrar agung para pemuda dari berbagai penjuru Nusantara…

4 hari ago

Menghayati Elan Kepemudaan, Dari Generasi Pendiam Hingga Generasi Z dan Alfa

Pernah pada suatu masa, mobilitas dan militansi orang tak pernah ditentukan oleh otoritas-otoritas agung, nama-nama…

4 hari ago