Narasi

Generasi Muda dan Penyebaran Pesan Damai di Dunia Maya

Bulan Mei identik dengan pergerakan yang dipelopori oleh kaum muda. Peristiwa Kebangkitan Nasional dan Reformasi adalah bukti nyata bahwa pemuda memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa dan negara. Tentu dua peristiwa tersebut adalah salah dua dari sekian banyak perubahan yang ditorehkan anak bangsa.

Benar apa yang ditegaskan oleh Ribut Lupiyanto dalam artikelnya berjudul “Pemuda Cinta Damai dan Radikalisasi Dini” (jalandamai.org, 16/5), bahwa masa depan bangsa tergantung pada peran dan kondisi pemuda saat ini. Sehingga tantangannya semakin kompleks, terutama dalam menciptakan perdamaian dunia.

Sebagaimana yang telah menjadi pengetahuan umum bahwa tantangan perdamaian dunia dan juga nasional adalah semakin meluasnya paham radikal terorisme. Seiring kemajuan teknologi dan informasi, paham-paham yang berpotensi menciptakan kegaduhan ini mampu menyesuaikan zaman.

Jika dahulu penyebaran paham ini masih dengan cara konvensional, melalui majelis ta’lim dan lain sebagainya, saat ini sudah melalui media sosial. Dan efeknya sungguh luar biasa.

Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol. Hamli, saat membuka Pelatihan Duta Damai Dunia Maya 2017 wilayah Jawa Tengah di Semarang, Senin (15/5/2017), menerangkan pada awal tahun 2000-an, salah satu juru bicara Al Qaeda mengatakan bahwa internet adalah universitas bagi Al Qaeda untuk melakukan propaganda. Itu dibuktikan dengan semboyan mereka yaitu daripada merekrut anggota baru ke Afganistan, akan lebih mudah dan berharga memindahkan pelatihan mereka ke rumah, desa, dan perkampungan muslim di negaranya masing-masing. Dan strategi itu kini dilakukan kelompok radikal ISIS (damailahindonesiaku.com, 15/5).

Kontribusi Duta Damai

Menimbang kondisi diatas, menjadikan pemerintah harus memutar otak untuk merumuskan pencegahan paham radikal dan terorisme yang sudah merebak di dunia maya. Puncaknya, pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membentuk kelompok duta damai. Program yang dilaksanakan sejak 2016 ini, sekarang sudah membentuk 28 kelompok yang tersebar di lima provinsi, Sumut, Sulsel, Jakarta, DIY, dan Jabar. Dan terakhir, BNPT mulai melebarkan duta damai di Jawa Tengah.

Jika ditelisik lebih dalam, duta damai memiliki kontribusi positif. Pertama, mencegah paham radikal di dunia maya. Berkali-kali pemerintah menegaskan bahwa dunia maya menjadi wahana empuk kaum radikal nterorisme untuk merekrut anggota baru. Senada dengan iti, Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Kolonel Pas. Drs. Sujatmiko saat pembukaan Pelatihan Duta Damai Dunia Maya 2017 wilayah Jawa Tengah di Semarang, Senin (15/5/2017), menegaskan bahwa dunia maya memiliki viewer yang luar dan tanpa batas. Itulah yang dimanfaatkan kelompok radikal terorisme untuk menyebarkan ideologi mereka serta merekrut anggota-anggota baru.

Nah dalam pada kondisi demikian, tentu harus ada upaya pencegahan semesta. Disinilah, pemuda, terutama duta damai memainkan perannya untuk meluruskan dan memberikan pencerahan kepada masyarakat yang dihantam berbagai nideologi dan bujuk rayu dari kaum radikal teroris.

Kedua, melakukan kontra propaganda konten negatif. Narasi-narasi yang dibangun oleh kelompok radikal terorisme sungguh luar bisa. Mereka bisa mengoyak nalam bawah sadar seseorang, bahkan juga iman seseorang. Salah satu kelompok yang “sukses” melakukan cara ini adalah ISIS. Kelompok ini mulai mencitrakan bahwa jihad itu keren. Lebih dari itu, mereka sering “menjual” surga. Bahwa orang yang mati syahid akan menempati surga. Dengan demikian, orang akan menganggap bahwa bom bunuh diri adalah jihad yang tepat.

Tentu indoktrinasisasi semacam ini harus dilawan. Caranya melakukan narasi kontra propaganda terhadap ajaran dan ideologi mereka. Tujuannya jelas,agar masyarakat, terutama awam, memiliki pemahaman yang luruh sesuai dengan hakikat ajaran agama. Sekali lagi, inilah tugas dan tanggung jawab pemuda, sebagai agent sosial of change dan lain sebagainya.

Ketiga, menjadi universitas perdamaian. Pesan perdamaian harus selalu digelorakan. Terlebih dalam konteks Indonesia saat ini dimana keberagaman sudah nyaris tidak dimaknai sebagai sebuah kekayaan yang menjadikan perdamaian mungkin terjadi. Apalagi dalam perkembangan beberapa tahun belakangan ini, dimana masyarakat terbelah-belah karena lebih mementingkan kelompok masing-masing.

Terkait hal ini, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengingatkan bahwa keberagaman yang ada bukanlah alasan untuk memecah persatuan bangsa. Sebab, bangsa ini berdiri di atas keberagaman, dan kita dapat hidup berdampingan secara damai.

Sebagaimana yang telah ditegaskan Presiden Jokowidodo dalam pertemuannya dengan tokoh lintas agama, bahwa gesekan, fitnah, dan saling membenci harus disudahi. Kita semua saudara.

Pesan tersebut, bagi pemuda harus dimaknai secara baik dan benar, bahwa pemuda jangan sampai menjadi bagian dalam memperbesar perbedaan. Pemuda harus menjadi universitas perdamaian, tempat untuk mengajarkan dan menyebarkan pesan-pesan damai, tanpa terkecuali dalam dunia maya.

This post was last modified on 26 Mei 2017 9:56 AM

M Najib

Presiden Direktur Abana Institute, Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago