Indonesia merupakan negara majemuk dengan beragam budaya, suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Semua menghias indah wajah bangsa Indonesia dibawah naungan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan sebuah nikmat tiada tara yang telah diberikan oleh Tuhan YME. Kemajemukan bangsa Indonesia terkadang juga menimbulkan perbedaan-perbedaan yang berujung dengan konflik antar golongan. Hal tersebut wajar mengingat Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam kebudayaan, suku, agama, ras dan antar golongan. Namun perbedaan yang berujung konflik seharusnya dapat kita sadari lebih dini sehingga dapat kita minimalisir agar tidak terjadi.
Konflik-konflik yang sering muncul di Indonesia banyak berawal dari dunia maya. Bukan menjadi rahasia umum lagi, hampir setiap masyarakat memiliki ponsel yang dapat di gunakan untuk mengakses Internet dan bermain di media sosial. Internet sudah menjadi sebuah kebutuhan penting di era globalisasi ini. Terkadang pula kebutuhan ini justru mengalahkan kebutuhan primer kita seperti sandang, pangan, dan papan. Hal tersebut seolah menjadi wabah bagi kita seiring dengan maraknya alat komunikasi yang mudah di jangkau hampir setiap lapisan masyarakat. Sayangnya hal tersebut tidak di iringi dengan etika dalam menggunakan media sosial dengan baik dan benar.
Dikutip dari Kompas.com edisi 24 Oktober 2016, Survey yang dilakukan sepanjang 2016 menunjukkan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke Internet. Adapun total penduduk Indonesia sendiri sebanyak 256,2 juta orang. Hal ini menjadi indikasi kenaikan 51,8 persen dibandingkan jumlah pengguna internet pada tahun 2014. Survey yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2014 hanya ada 88 juta pengguna internet. Selanjutnya dalam hal media sosial, 71,6 juta orang menggunakan Facebook atau sekitar 54%, kemudian disusul 15% atau 19,9 juta pengguna Instagram, dan 11% pengguna Youtube.
Dan parahnya lagi penguasa jagat maya sekarang ini adalah anak muda. Dilansir dari www.cnnindonesia.com, generasi muda dalam rentang usia 20-24 tahun dan 25-29 tahun memiliki angka penetrasi hingga lebih dari 80% pengguna internet di Indonesia. Angka tersebut relatif tinggi ketimbang penduduk kelompok usia lainnya berdasarkan riset terbaru yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesa. Pada kategori 20-24 tahun ditemukan 22,3 juta jiwa yang setara 82% dari total penduduk di kelompok itu. Sedangkan pada kelompok 25-29 tahun, terdapat 24 juta pengguna internet atau setara 80% total jumlah jiwa.
Pelatihan Khusus
Berdasarkan beberapa survey di atas menunjukkan bahwa generasi muda kita berada pada posisi yang berbahaya jika tidak dibentengi dengan baik. Media sosial sudah menjadi identitas diri di dunia maya. Kemudahan mengakses internet dan bermain di media sosial jika tidak dibarengi dengan etika bermedia sosial akan membawa malapetaka bagi mereka dan masa depan Indonesia. Karena tidak dapat dipungkiri hal tersebut akan mempengaruhi tumbuh kembangnya generasi muda sekarang ini. Kasus-kasus SARA yang terjadi di Indonesia juga tidak terlepas oleh generasi muda yang kurang memahami fungsi media sosial dengan baik.
Pelatihan khusus tentang cerdas di dunia maya dan memanfaatkan media sosaial nampaknya dapat menjadi solusi untuk menanggulangi konten yang berbau SARA di dunia maya, khususnya untuk generasi muda. Kebanyakan mereka yang memainkan isu SARA di dunia maya tidak faham tentang bahayanya isu tersebut karena dapat memicu konflik dan perpecahan. Selain itu penyebaran kampanye tentang pentingnya kesadaran dalam bermedia sosial dengan sehat juga perlu direalisasikan oleh semua pihak, demi menjaga kestabilitasan keamanan negara agar tidak mudah terjadi konflik antar sesama warga. Oleh karena itu, mari bersama kita jaga dan sadarkan generasi muda kita tentang pentingnya cerdas dalam bermain di dunia maya, untuk menjaga masa depan Indonesia.
This post was last modified on 26 Januari 2018 1:11 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…