Dalam sebuah hadits Sahih Bukhari dan Muslim Rasulullah pernah memprediksikan munculnya generasi muda dengan gairah keagamaan yang tinggi, tetapi tidak diikuti dengan kapasitas keilmuan yang memadai. Mereka tidak mempunyai perangkat keilmuan untuk mendalami ajaran Islam, tetapi mereka sangat militan dalam beragama.
Rasulullah bersabda : Akan muncul di akhir masa ini nanti sekelompok orang yang umurnya masih muda-muda dan lemah akalnya. Apa yang mereka ucapkan adalah perkataan manusia terbaik. Mereka suka membaca al-Qur’an akan tetapi bacaan mereka tidak sampai melewati pangkal tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama seperti halnya anak panah yang melesat dari sasaran bidiknya. (HR Bukhari-Muslim).
Kelompok anak muda ini seringkali mengklaim sebagai kelompok paling benar dalam menerapkan agama. Mereka seolah merasa paling rajin beribadah dan paling fasih dalam membaca al-Qur’an. Seolah umat Islam yang ada menjadi kurang Islami dalam pandangan mereka. Mereka tampil memukau dan militan dengan gagasan atas nama agama dan membela Tuhan, tetapi dengan kemampuan akal yang sangat lemah.
Dalam sejarah Islam, kita melihat salah satu representasi anak muda itu melalui sosok Abdurrahman bin Muljam, pembunuh Sayidina Ali bin Abi Thalib, Sang Khalifah. Ibnu Muljam dikenal sebagai anak muda yang taat beribadah, bahkan hafal al-Qur’an. Namun, melalui pemahaman keagamaannya yang sempit dan ekstrim ia menganggap Sang Khalifah adalah bagian dari kelompok kafir yang halal darahnya karena menerima proses tahkim yang tidak berdasarkan hukum Allah.
Representasi Ibnu Muljam dalam konteks kekinian sudah teramat banyak. Mereka masih muda yang mempelajari agama secara instan melalui internet atau melalui pengajian yang tertutup. Mereka tampil seolah paling Islami dengan mengkafirkan dan membid’ahkan masyarakat sekelilingnya. Dan mereka dengan militan meneriakkan “Takbir” untuk mengganti hukum negara yang ada yang dalam pandangan mereka adalah kafir.
Baca Juga : Mengenalkan Islam Rahmat untuk Generasi Milenial
Pun generasi muda ini tidak segan menghalalkan darah sesama muslim. Serangan demi serangan teror dilakukan oleh mereka yang masih belia dengan kemampuan keagamaan yang instan, tetapi militan. Militansi mereka tidak dibarengi dengan literasi keagamaan yang memadai. Pemahaman yang sempit dan tekstual telah menjerumuskan mereka kepada pemahaman takfiri.
Menjadi pekerjaan rumah bersama untuk merangkul keberadaan mereka. Mereka sebenarnya dengan niat tulus ingin mendalami agama, tetapi bertemu dengan pengajaran islam yang fatamorgana. Impian tentang Islam yang mereka idamkan dibangun atas dasar pengetahuan yang sempit dengan dukungan militansi yang kuat.
Dakwah moderasi dan Islam rahmatan lil alamin menjadi sangat penting digencarkan di kalangan generasi seperti ini. Kita tidak mengharapkan lahirnya generasi Ibnu Muljam baru di dunia Islam dan dalam konteks Indonesia kekinian. Mereka yang sudah teracuni dengan propaganda militansi harus dibawa kea lam literasi agama yang rahmat dan moderat. Mereka sejatinya adalah korban yang ingin mengorbankan dirinya untuk kepentingan agama, tetapi dengan cara yang salah. Generasi muda Islam saat ini harus menjadi penebar rahmat. Cara menanamkan ajaran Islam yang rahmat harus dikembalikan pada misi kerasulan itu sendiri. Bahwa Rasul diutus dimuka bumi untuk memperbaiki akhlak. Pembenahan akhlak bagi generasi muda sangat penting sebelum mereka berkoar untuk menegakkan agama. Akhlakul karimah menjadi benteng mereka dari pengaruh paham yang sempit dan menyempitkan akal sehat mereka.
This post was last modified on 30 Juni 2020 2:26 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…