Narasi

Idul Adha di tengah Krisis Empati: Momen Merayakan Kepedulian dan Kebersamaan

Idul Adha adalah perayaan kedua umat Islam dengan ibadah istimewa kurban yang berpangkal pada keimanan dan kemanusiaan. Semangat kurban harus menjadi pondasi keimanan dan ketakwaan yang harus dimiliki oleh setiap umat. Kurban sarat dengan pelajaran moral yang mampu membekali manusia dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.

Perayaan Idul Adha itu memiliki pesan bahwa manusia hidup dalam cinta kasih dan harus berbagi kasih. Idul Adha mengajarkan kita akan arti sebuah pengorbanan. Pengorbanan yang dilandasi oleh keikhlasan dalam menjalankan pengabdian, tugas, dan perjuangan tanpa mengharapkan balasan dan pujian serta keuntungan materi yang menjadikan nilai kesalehan menjadi sia-sia.

Setiap muslim yang mampu untuk berkurban, maka ia bagikan daging hewan kurban kepada orang-orang yang tidak mampu yang ada di sekitarnya. Dengan begitu kegembiraan akan merata dan dirasakan oleh banyak umat Islam. Pengorbanan untuk berbagi kepada yang lain dan keikhlasan untuk bersama merasakan kebahagian.

Baca Juga : Kurban: dari Binatangisme Menuju Kemanusiaan

Hari raya sejatinya bukanlah hari kegembiraan bagi sebagian orang. Pada hakikat dari Hari Raya itu sendiri adalah kegembiraan bersama, kasih sayang, empati dan berbagi kepada sesama mahluk Allah. seperti sabda Rasulullah:

 مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ (رواه مسلم)

Artinya: “Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan baginya kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang Muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama Muslim” (HR Muslim).

Sederhananya kurban merupakan kiasan untuk menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang terdapat pada diri manusia. Seperti sifat yang serakah, yang mampu mengorbankan nyawa sodaranya sendiri hanya untuk kekuasaan. Mampu membunuh dan mengorban yang tidak bersalah demi kepentingan diri dan kelompoknya.

Masyarakat sudah mulai mengalami krisis simpati dan empati kepada yang lain. Hidup di tengah pandemic justru mendorong ke arah sifat individualis. Karena itulah, dengan spirit kurban harusnya mampu membangun rasa kemanusiaan yang menempatkan kepedulian sesama di atas segalanya. Tradisi kurban seharusnya menjadi sebuah pijakan awal dalam membangun masyarakat.

Keikhlasan dan ketulusan jiwa akan memunculkan ketegaran meskipun seseorang diasingkan dan  dikucilkan oleh banyak orang yang telah terpedaya hawa nafsu. Rasa ikhlas juga akan membuat hidup seseorang selalu merasa memperoleh kemenangan dalam kekalahan dan kenyang dalam kelaparan.

Keikhlasan akan menjauhkan seseorang dari sikap zalim. Kareba manusia yang zalim mencoba meraih kesuksesan di atas penderitaan, kepedihan, dan kesusahan orang lain. Orang yang zalim akan selalu berkhianat dan menjadikan orang lain sebagai tumbal untuk mengeruk keuntungan.

Kesuksesan umat untuk keluar dari bencana dan tragedi kemanusiaan tergantung pada keikhlasan, ketulusan, dan pengabdian mereka demi mengharap ridha Allah semata. Sehingga orang yang memiliki rasa ikhlas mampu menegakkan kemanusiaan yang ada pada dirinya.

Dapat kita renungkan di tengah pandemi covid-19 dan berbagai problem hidup, marilah kita meneladani apa yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim dan Isma’il ketika diuji oleh Allah dengan ujian yang sangat berat.  Ketakwaan, sikap sabar, tawakal, keteguhan hati dalam menjalankan perintah Allah dan ketundukan kepada-Nya, Nabi Ibrahim pada akhirnya mampu mendapatkan pertolongan dari Allah.

Kita harus yakin bahwa di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Dalam setiap musibah pasti ada hikmah, jika kita terus bertawakal. Kita harus yakin bahwa di setiap masalah, pasti akan kita temukan jalan keluar, jika kita bertakwa. Dan kita yakin bahwa di setiap kesusahan pasti ada kebahagiaan. Bangsa ini akan bangkit melalui berbagai cobaan dengan jiwa ikhlas dan komitmen para pemimpinnya dan dengan dukungan kebersamaan seluruh warga negaranya. Semangat Idul Adha melalui kurban adalah memupuk jiwa berkurban untuk kepentingan bersama.

This post was last modified on 30 Juli 2020 2:49 PM

Dodik Triyanto

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

6 jam ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

6 jam ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

6 jam ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

1 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

1 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

1 hari ago