Keagamaan

Iman Itu Menyejukkan, Bukan Menciptakan Keonaran

Iman adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada umat manusia. Ia adalah pondasi hidup yang membawa kita lebih dekat kepada-Nya, sekaligus mengarahkan kita pada kebajikan, kedamaian, dan ketenangan batin. Pada dasarnya, iman adalah kekuatan yang membawa kesejukan dalam hati dan kedamaian di dunia bagi diri dan lingkungan.

Namun, dalam kenyataannya, masih ada sebagian orang yang memandang iman dengan cara yang berbeda, bahkan menyimpang dari kenyataan. Mereka menggunakan agama sebagai alat untuk menciptakan perpecahan, kekerasan, dan keonaran. Hal ini tentu bertentangan dengan tujuan utama agama itu sendiri, yaitu membawa rahmat bagi seluruh alam semesta.

Dalam Al-Qur’an, Allah berkali-kali menekankan pentingnya hidup dengan penuh kedamaian dan kasih sayang. Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan bahwa seorang mukmin sejati adalah orang yang mampu menjaga lisan dan tangannya dari menyakiti orang lain. Seorang yang beriman adalah sumber kebaikan, ia menjadi rahmat bagi keluarganya, lingkungannya, bahkan bagi orang-orang yang berbeda keyakinan dengannya sekalipun.

Jika iman dijalankan dengan baik dan benar, ia akan menghasilkan suasana hati yang tenang, penuh syukur, dan cinta kasih kepada sesama. Iman seharusnya menyejukkan hati, bukan menimbulkan kebencian atau kekerasan. Namun, kita sering kali melihat dalam beberapa kasus, ada orang-orang yang mengatasnamakan imannya untuk membenarkan tindakan kekerasan, ekstremisme, dan bahkan terorisme yang jelas-jelas merugikan.

Mereka dengan mudahnya menggunakan dalil-dalil agama untuk memicu konflik, baik dalam skala kecil di masyarakat, maupun dalam skala besar di tingkat global. Padahal, jika dipahami dengan benar, tidak ada satu pun ajaran agama, termasuk Islam, yang membenarkan tindakan keonaran atau kekerasan seperti intoleransi, radikalisme, dan bahkan terorisme.

Sebagai seorang yang beriman, kita diajarkan untuk meredam emosi dan mencari solusi yang lebih damai dan toleran. Iman yang benar mengajarkan kita untuk berpikir jernih, bersikap bijaksana, dan menjaga perasaan orang lain. Menggunakan kekerasan atau menimbulkan keonaran tidak pernah menjadi solusi, melainkan hanya akan memperburuk keadaan.

Iman menuntun kita untuk menghormati perbedaan. Allah menciptakan manusia dengan beragam suku, bangsa, dan keyakinan. Hal ini bukanlah alasan untuk saling bermusuhan, melainkan seharusnya menjadi kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain. Dalam QS Al-Hujurat: 13, Allah berfirman: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.

Karena itu, mereka yang menciptakan keonaran dan memecah belah masyarakat atas nama iman sebenarnya sedang melenceng jauh dari ajaran agama yang sebenarnya. Mereka terperangkap dalam pemahaman yang sempit, yang hanya melihat satu sisi dari ajaran agama tanpa memandang konteks dan tujuan utamanya yang menjadi inti dari ajaran agama.

Mereka lupa bahwa Islam, dan iman secara umum, adalah tentang cinta kasih, toleransi, dan perdamaian. Tidak ada tempat bagi kebencian atau kekerasan dalam ajaran Islam. Apa pun alasan yang mereka berikan, baik itu politik, sosial, maupun ekonomi, tidak dapat dibenarkan jika dilakukan dengan cara yang merusak kedamaian dan keharmonisan hidup bersama.

Oleh karena itu, penting bagi setiap individu yang beriman untuk selalu menjaga kesejukan hati dan jiwanya. Iman yang menyejukkan akan tercermin dari sikap kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apakah kita mudah tersulut amarah, ataukah kita mampu bersabar? Apakah kita suka memusuhi orang lain karena perbedaan, ataukah kita lebih memilih untuk saling menghormati dan bekerjasama dalam kebaikan? Semua itu adalah cerminan dari kualitas iman yang ada di dalam hati kita. Iman bukanlah sekadar kata-kata atau pengakuan lisan, tetapi harus diwujudkan dalam bentuk tindakan dalam kedamaian dan kebajikan.

Sebagai umat yang beriman, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi contoh kebaikan bagi orang lain. Ketika orang lain melihat ketenangan, kesabaran, dan kebaikan yang terpancar dari diri kita, mereka akan merasakan bahwa iman itu benar-benar menyejukkan. Sebaliknya, jika kita menunjukkan sikap yang penuh kebencian, intoleransi, dan kekerasan, kita justru akan mencoreng citra iman itu sendiri. Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk menjadi umat yang terbaik, khaira ummah, yang senantiasa menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Ini adalah panggilan untuk menebarkan kesejukan, bukan keonaran.

Iman yang sejati adalah iman yang membuat seseorang lebih baik, lebih sabar, lebih bijaksana, dan lebih peduli terhadap sesama. Iman itu menyejukkan hati kita, menuntun kita menuju jalan yang lurus, dan menjauhkan kita dari segala bentuk kejahatan. Dengan iman, kita belajar untuk hidup berdampingan dalam harmoni, saling menghormati, dan saling membantu. Sebagai manusia yang beriman, kita harus berusaha sebaik mungkin untuk menjaga perdamaian, baik dalam hati kita sendiri maupun dalam masyarakat luas.

susi rukmini

Recent Posts

Beragama dengan Ilmu: Menyusuri Jalan Kebenaran, Bukan Sekadar Militansi

Beragama adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan banyak individu. Ia menjadi landasan spiritual yang memberi…

4 menit ago

Kedewasaan Beragama, Menata Rasa Sesama

Nuladha laku utama Tumrape wong Tanah Jawi Wong agung ing Ngeksiganda Panembahan Senopati Kepati amarsudi…

7 menit ago

Waspada Kebangkitan Ormas Intoleran dan Ancaman Kerukunan di Sulawesi Selatan

“Kita perang saja! Tentukan saja, kapan dan di mana perangnya?” “Biar saya sendirian yang pimpin…

23 jam ago

Melawan Amnesia Pancasila; Dari Ego Sektarian ke Perilaku Intoleran

Hari-hari belakangan ini lanskap sosial-keagamaan kita diwarnai oleh banyaknya kasus intoleransi. Mulai dari kasus video…

24 jam ago

Memecah Gelembung Fanatisme di Media Sosial

Fanatisme itu ibarat minuman keras yang memabukkan. Daripada aspek kebermanfaatannya, fanatisme justru lebih sering memicu…

24 jam ago

Refleksi Kesaktian Pancasila: Pilar Keteguhan Bangsa dalam Menghadapi Tantangan

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, bukan sekadar rangkaian kata dalam lima sila. Ia adalah nafas…

2 hari ago