Masalah Palestina telah menjadi isu global yang menyentuh hati banyak orang di seluruh dunia. Negara dan rakyat Palestina mati-matian berjuang untuk mendapatkan negara yang merdeka dan berdaulat. Namun, di tengah perjuangan tersebut, gerakan seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) cenderung menunggangi isu Palestina untuk agenda politik mereka sendiri, yaitu pendirian khilafah.
Rakyat Palestina telah lama menderita di bawah pendudukan Israel. Sejak pendirian negara Israel pada tahun 1948, konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel telah menyebabkan banyak penderitaan dan kehilangan nyawa. Palestina berusaha mendapatkan pengakuan internasional sebagai negara merdeka, tetapi hingga saat ini, upaya tersebut masih menemui banyak rintangan.
Berbagai upaya diplomatik dilakukan Palestina, termasuk mencoba mendapatkan pengakuan dari PBB dan negara-negara lain. Meski demikian, hingga kini, Palestina belum sepenuhnya mendapatkan kemerdekaan dan kedaulatan yang diimpikan.
Di sisi lain, HTI adalah organisasi yang menginginkan berdirinya khilafah global dan menolak konsep nasionalisme. Mereka menganggap nasionalisme sebagai produk Barat yang menyengsarakan umat Muslim. HTI percaya bahwa hanya dengan khilafah, umat Islam dapat mencapai kejayaan dan kemakmuran. Pandangan ini sering kali bertentangan dengan semangat nasionalisme yang dianut oleh banyak negara, termasuk Palestina yang memperjuangkan kemerdekaan nasional mereka.
Demo HTI : Lebih Banyak Bendera Kelompok Daripada Bendera Palestina
Dalam setiap aksi dan demonstrasi yang diselenggarakan HTI, isu Palestina sering kali diangkat. Namun, jika diperhatikan lebih seksama, banyak atribut dan bendera HTI lebih dominan dibandingkan dengan bendera Palestina. Hal ini menimbulkan kesan bahwa isu Palestina hanya dijadikan alat oleh HTI untuk menarik simpati dan dukungan terhadap agenda khilafah mereka.
Berbeda dengan HTI, masyarakat internasional menunjukkan solidaritas tulus terhadap Palestina. Di berbagai negara, termasuk Eropa dan Amerika, masyarakat turun ke jalan meneriakkan “Bela Palestina” sambil mengibarkan bendera Palestina. Solidaritas ini muncul dari keprihatinan mendalam terhadap penderitaan rakyat Palestina, bukan untuk kepentingan politik tertentu.
Solidaritas dari masyarakat Eropa, Amerika, dan dunia pada umumnya terlihat jelas dalam berbagai aksi dan kampanye untuk mendukung Palestina. Demonstrasi besar-besaran sering terjadi di kota-kota besar seperti London, Paris, dan New York, di mana ribuan orang berkumpul mengutuk kekerasan dan mendukung hak-hak Palestina.
Menurut Dr. Norman Finkelstein, seorang akademisi dan penulis buku tentang konflik Israel-Palestina, “Solidaritas global terhadap Palestina adalah bentuk nyata dari kemanusiaan yang melampaui batas-batas nasional dan agama. Ini menunjukkan bahwa isu Palestina adalah isu hak asasi manusia yang harus diperjuangkan oleh semua orang.”
Krisis Kemanusiaan Jangan Ditunggangi
Data dari berbagai lembaga internasional menunjukkan betapa seriusnya krisis kemanusiaan di Palestina. Misalnya, laporan dari Human Rights Watch menyebutkan bahwa situasi di Gaza semakin memburuk dengan blokade yang terus berlanjut, menyebabkan kekurangan barang-barang pokok dan layanan kesehatan. Situasi ini mendorong solidaritas global untuk menuntut diakhirinya pendudukan dan pemulihan hak-hak Palestina.
Namun, HTI dan organisasi sejenis tampaknya lebih fokus pada penyebaran ideologi mereka daripada memberikan bantuan konkret kepada rakyat Palestina. Banyaknya atribut HTI dalam demonstrasi menunjukkan bahwa agenda mereka adalah mendirikan khilafah, bukan murni membantu perjuangan Palestina.
Solidaritas internasional terhadap Palestina sering kali diorganisir oleh kelompok-kelompok kemanusiaan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan masyarakat umum yang tidak memiliki agenda politik tertentu. Mereka mengibarkan bendera Palestina sebagai simbol dukungan dan perjuangan untuk keadilan dan kemerdekaan Palestina. Sementara itu, HTI menggunakan bendera mereka sendiri, yang menunjukkan bahwa fokus utama mereka bukanlah Palestina, melainkan pendirian khilafah.
Profesor Noam Chomsky, seorang intelektual dan aktivis terkenal, mengatakan, “Solidaritas global yang kita lihat untuk Palestina adalah cerminan dari kesadaran kolektif tentang pentingnya keadilan dan kemanusiaan. Ini berbeda dengan gerakan-gerakan yang memiliki agenda politik sempit dan mencoba menunggangi penderitaan orang lain untuk keuntungan mereka sendiri.”
Masalah Palestina adalah isu kemanusiaan yang memerlukan solidaritas dan dukungan tulus dari seluruh dunia. Sayangnya, ada kelompok-kelompok seperti HTI yang mencoba menunggangi isu ini untuk agenda politik mereka sendiri. Ini terlihat dari dominasi atribut dan bendera HTI dalam demonstrasi yang seharusnya fokus pada dukungan terhadap Palestina.
Berbeda dengan solidaritas masyarakat internasional yang tulus dan murni untuk Palestina, HTI menggunakan isu Palestina sebagai alat untuk menyebarkan ideologi khilafah mereka. Oleh karena itu, penting untuk terus mendukung Palestina dengan cara yang benar dan murni, serta waspada terhadap upaya-upaya kelompok tertentu yang mencoba memanfaatkan isu ini untuk kepentingan politik mereka.
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…