Narasi

Islam, Indonesia, dan Pergerakan Perdamaian

Tidak diragukan lagi bahwa Islam adalah agama yang menyeru kepada perdamaian. Sebagaimana arti kata Islam sendiri yang bermakna keselamatan atau perdamaian, maka ajaran Islam berkisar pada upaya memberi kasih sayang kepada sesama manusia. Dalil naqli jelas, bahwa Allah Swt mengutus Nabi Muhammad saw semata-mata sebagai rahmat bagi semesta alam (Q.S. Al-Anbiya’ : 107).

Rahmat menurut Syaikh Ahmad Musthafa Al Maraghi dalam tafsirnya adalah perasaan jiwa yang mendorong pemiliknya untuk berbuat baik kepada orang lain. Contoh paling gamblang tentang rahmat ini bisa kita jumpai dalam pribadi Rasulullah saw. Sepanjang hidup Rasulullah senantiasa menebarkan kasih sayang kepada sesama. Rasulullah menjalankan misi perdamaian agar umat manusia hidup dalam tatanan yang penuh harmoni.

Untuk menjaga perdamaian, Rasullulah melarang caci maki dan kata-kata kotor kepada pihak lain. Melaknat juga perbuatan yang tidak disukai beliau. Imam Muslim meriwayatkan, “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diminta oleh sebagian sahabat mendoakan tidak baik kepada orang musyrik. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai tukang melaknat, sesungguhnya aku diutus hanya sebagai rahmat.”

Tentang larangan melaknat ini, Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudzâharah wal Muwâzarah, juga memberikan larangan. Beliau berkata :

“Jangan sekali-kali mendoakan datangnya bencana atau mengutuk diri sendiri, keluargamu, hartamu ataupun seseorang dari kaum Muslimin walaupun ia bertindak dzalim terhadapmu, sebab siapa saja mengucapkan doa kutukan atas orang yang mendzaliminya, berarti ia telah membalasnya. Rasulullah saw telah bersabda: ‘Jangan mendoakan bencana atas dirimu sendiri, anak-anakmu ataupun harta hartamu. Jangan-jangan hal itu bertepatan dengan saat pengabulan doa oleh Allah SWT’.”

Begitulah akhlak Rasulullah saw yang senantiasa menjaga keseimbangan umat agar tetap beriringan dalam harmoni. Maka ajaran yang dibawa, yakni agama Islam senantiasa menebarkan nilai-nilai perdamaian di alam semesta ini.

Islam sebagai Pergerakan Perdamaian

Mengingat ajaran Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw membawa misi perdamaian, maka nilai-nilai tersebut tidak akan mendatangkan kemaslahatan kalau terhenti pada aspek wacana semata. Maka dalam hal ini Islam harus mewujud dalam pergerakan, yakni pergerakan perdamaian. Apalagi saat ini tantangan perdamaian kian kompleks. Terutama setelah direstuinya Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel oleh Donald Trump. Konflik di timur tengah semakin meruncing dan berbuntut panjang.

Dalam hal ini, Islam harus digerakkan sebagai solusi perdamaian. Harus ada aktor yang siap memainkan peran. Di Indonesia, Presiden Jokowi nampaknya sudah mulai bergerak ke arah sana. Setelah Donald Trump memutuskan kebijakan atas pengakuan Yerusalem, Jokowi secara cekatan langsung bertindak, yakni dengan membuat pernyataan kecaman terhadap presiden Amerika Serikat tersebut. Jokowi juga meminta negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI untuk bersidang dan mengambil tindakan.

Jokowi bersama sejumlah menteri dan rombongan kemudian bertolak ke Turki untuk menghadiri KTT OKI yang diselenggarakan pada Rabu tanggal 13 Desember 2017 kemarin. Agenda KTT Luar Biasa itu membahas kebijakan baru Trump yang menimbulkan reaksi sangat luas dan keras dari masyarakat internasional. Isi utama kebijakan itu adalah pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dan perintah pemindahan kedutaan negara itu dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Apa yang dilakukan Jokowi yang mewakili negara dengan mayoritas muslim terbesar, jauh sebelumnya juga dilakukan oleh KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Dalam catatan Greg Barton, ketika Gus Dur menjadi presiden, pernyataan perdana dalam politik luar negeri ialah rencananya membuka hubungan dagang dengan Israel, serta memperbaiki hubungan diplomatik serta ekonomi dengan China dan India.

Mengapa dengan Israel? Sebab Gus Dur sangat mengetahui jaringan Israel-Amerika yang berpengaruh dalam bidang politik-ekonomi dunia. Gus Dur juga berharap bisa memanfaatkan celah dalam diplomasi konflik Timur-Tengah. Dengan demikian, Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia, akan didengar di ranah internasional sebab terlibat langsung dalam upaya perdamaian di Timur Tengah.

Apa yang dilakukan Gus Dur, Jokowi, juga beberapa pemimpin muslim di negara lain atas upaya perdamaian di Timur Tengah, adalah bentuk dari perwujudan Islam sebagai gerakan perdamaian. Dengan langkah ini, kita berharap Islam terus mampu mengawal perdamaian dunia dan menciptakan stabilitas global yang kondusif.

Fatkhul Anas

Recent Posts

Kultur yang Intoleran Didorong oleh Intoleransi Struktural

Dalam minggu terakhir saja, dua kasus intoleransi mencuat seperti yang terjadi di Pamulang dan di…

2 jam ago

Moderasi Beragama adalah Khittah Beragama dan Jalan Damai Berbangsa

Agama tidak bisa dipisahkan dari nilai kemanusiaan karena ia hadir untuk menunjukkan kepada manusia suatu…

2 jam ago

Melacak Fakta Teologis dan Historis Keberpihakan Islam pada Kaum Minoritas

Serangkaian kasus intoleransi dan persekusi yang dilakukan oknum umat Islam terhadap komunitas agama lain adalah…

3 jam ago

Mitos Kerukunan dan Pentingnya Pendekatan Kolaboratif dalam Mencegah Intoleransi

Menurut laporan Wahid Foundation tahun 2022, terdapat 190 insiden intoleransi yang dilaporkan, yang mencakup pelarangan…

3 jam ago

Jaminan Hukum Kebebasan Beragama bisa Menjamin Toleransi?

Indonesia, dengan kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan yang beragam, seharusnya menjadi contoh harmoni antar umat…

1 hari ago

Mencegah Persekusi terhadap Kelompok Minoritas Terulang Lagi

Realitas kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan di Indonesia seharusnya menjadi fondasi untuk memperkaya keberagaman, namun…

1 hari ago